Inilah juga sebagai bukti, bagaimana pentingnya tetap menerapkan protokol kesehatan yang tetap kami jalankan secara disiplin sekalipun sedang di rumah bercengkrama dengan keluarga.
Jadi, intinya dalam hal ini, saya sendiri yang kena isolasi mandiri dan harus manut, mungkin juga ini kesempatan bagi saya juga untuk lebih perduli dan perhatian pada diri sendiri.
Memang sih, selama pandemi ini dinamika tugas juga semakin ekstra meningkat, dan terkadang membuat saya lupa perhatian kepada diri sendiri, pun juga istri sempat sampai komplain dan protes.
"Hobi kok kerja, coba ingat kondisi, fisik, usia juga sudah nggak muda lagi, itu juga Kenzo butuh perhatian bapaknya, sedikit waktu pasti bisa untuk perhatian buat diri sendiri dan keluarga".
Begitulah yang sering sekali diungkapkan istri, sebenarnya sih istri sangat paham terkait dinamika tugas saya yang terkadang harus stand by 24 jam.
Namun demikian, di sinilah juga seyogianya yang perlu jadi instrospeksi bagi diri saya sendiri, setidaknya untuk memberi ruang relaksasi sejenak pada diri.
Ya, isolasi mandiri dengan status OTG positif sudah sering saya dengar, tapi baru kali ini saya merasakan dan mengalaminya sendiri, dan ternyata memang butuh kekuatan mental dan pikiran yang positif.
Terkadang justru pikiran yang memang sering sulit dibawa kompromi, terbawa macam-macam, kadang juga clingak-clinguk sendiri, bengong mau ngapain.
Namun, saya tetap berupaya berpikiran positif saja, saya terus kuatkan mental bahwa saya tidak apa-apa, sehingga agar rileks saya bawa santai saja, sambil ngemil, nonton film, nonton drakor juga, main game pokoknya yang bisa membuat saya santai dan rileks.Â
Dukungan doa dan motivasi dari rekan kerja di kantor juga membuat saya jadi tetap semangat menjalani isolasi mandiri ini.