Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita Rakyat sebagai Wahana Wawas Diri Atas Peringatan Lingkungan dan Alam

10 Januari 2021   19:37 Diperbarui: 10 Januari 2021   19:48 1290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini karena, biji wijen dan jeruk nipis yang digunakan putri raja untuk keramas tersebut adalah ternyata menjadi racun yang sangat berbahaya bagi kerajaan bawah sungai.

Nah, berdasarkan cerita rakyat ini ada pesan dan nilai moral lingkungan yang dapat diaktualisasikan dalam kehidupan nyata.

Bahwa manusia agar hendaknya saling menjaga dan berempati terhadap lingkungan serta menjaga ekosistem lainya di sekitar lingkungannya sebagai bagian dari perilaku etis manusia dalam merefleksi diri dengan lingkungan dan alam.

2. Bujang sembilan dan asal usul danau Maninjau dari Sumatera Barat.

Di kisahkan, ada sembilan bujang dan seorang perempuan yang hidup dinafkahi oleh pamannya, pada suatu ketika, paman mereka dan seorang pria bernama Giran menemui para bujang dan Sani (satu satunya perempuan dalam kerabat para bujang).

Dari pertemuan tersebut, membuat Giran dan Sani jadi saling jatuh cinta, pada suatu ketika diadakan perlombaan, dan akhirnya Giran mengikuti lomba dan dapat mengalahkan para bujang.

Namun, ternyata kekalahan para bujang tersebut menyulut api dendam kepada Giran, oleh karena itu, lamaran Giran kepada Sani ditolak, sani pun menjadi sedih, bermuram durja, hingga mengurung diri.

Di kisahkan kemudian, Sani dan Girang bertemu disuatu tempat dan ternyata pertemuan mereka berdua dipergoki oleh para bujang dan menuduh mereka, bahwa mereka.melakukan perbuatan maksiat.

Giran dan Sani disidang, dan mereka pun dinyatakan bersalah karena dianggap melanggar adat, mereka dihukum dan diarak ke kawah gunung tinjau, lalu sebelum mereka berdua menceburkan diri, Sani dan Giran sempat berkata,

"Wahai kalian semua, ketahuilah! Kami tidak melakukan perbuatan terlarang apa pun. Karena itu, kami yakin tidak bersalah," ucap Giran.

Setelah itu, Giran menengadahkan kedua tanganya ke langit sambil berdoa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun