"Setuju!!! Jawab serempak bangsa kadal gurun.
Begitulah gerutu dan kegetiran yang sering sekali berulang dan terulang di antara bangsa kadal gurun tersebut.
Sementara itu, bangsa katak bersama para anak turunannya, tetap menggelar rutinitas keceriaannya setiap hari, siang dan malam saling bergiliran tiada henti, tanpa menggubris sedikitpun dan menaruh empati ada bangsa yang terdera derita karena sering kelaparan.
"Kita bangsa katak adalah bangsa yang paling sempurna dan paling bahagia di padang gurun ini, oase ini adalah sebagai buktinya, jadi untuk apa kita menuruti apa mau para kadal gurun itu".
"Mereka adalah kasta rendahan, buktinya mereka hanya tinggal digurun kering kerontang itu, salah mereka sendiri tinggal di gurun pasir itu, betul tidak!". Kata yang paling dituakan pada bangsa katak tersebut.
"Betul!!! Secara serempak disambut setuju oleh seluruh katak yang ada di oase itu.
"Mereka bisanya hanya mengusik kebahagian kita saja, mereka sering sekali protes pada bangsa kita, padahal mereka itu hanya iri dan dengki pada bangsa kita yang sempurna ini, betul tidak!". Pungkas pemimpin bangsa katak itu.
"Betul!!! Dijawab lagi secara serempak oleh seluruh bangsa katak.
Setiap itu juga para kecebong anak turunan mereka membahanakan tawa, tanda ikut setuju dengan para tetua mereka.
Begitulah koar yang berulang dan sering terulang di antara bangsa katak yang justru membuncahkan kesombongan dari para bangsa katak, yang semakin lupa diri, bahwa sejatinya yang paling sempurna itu adalah Sang Pencipta semesta.
Hari terus berganti, bulan terus berganti, tahun terus berganti, tapi keakuran di antara kedua bangsa di yang mendiami padang gurun kahala tersebut takpernah tercipta konflik terus terjadi secara terulang dan berulang.