Kita tentu selalu bergumul atau terlibat dengan berbagai aktivitas ataupun rutinitas dalam kehidupan sehari-hari.
Namun terkadang, sering sekali keterlibatan kita terhadap aktivitas ataupun rutinitas tersebut, membuat kita terlupa untuk melakukan hal yang sebenarnya cukup penting bagi diri.
Hal yang sering sekali membuat kita terlupa dalam aktivitas ataupun rutinitas kita tersebut adalah, memberi kesempatan untuk bernegosiasi pada diri sendiri.
Maksud dari memberi kesempatan untuk bernegosiasi pada diri sendiri di sini adalah, bagaimana kita bisa berlaku adil dan bijak, untuk selalu peka, perhatian, perduli dan mencintai diri sendiri.
Sehingga kita tidak serta merta mengambil keputusan terhadap diri hanya berdasar kepada emosi semata, tapi berdasar atas pertimbangan hati dan pikiran secara saksama.
Sebab, sering sekali terjadi ketika ketelanjuran keputusan telah dieksekusi oleh kita, tapi ternyata keputusan tersebut di luar ekspektasi kita, atau membuat kita jadi menyesalinya karena keputusan yang kita ambil tersebut ternyata hanya atas dasar emosi semata.
Bahkan juga, berbagai hal yang sering membuat kita terbawa insecure, bad thinking, over thinking, dan berbagainya yang sejenis adalah karena kita terkadang takpernah memberi kesempatan pada diri untuk melakukan negosiasi pada diri sendiri.
Nah, di sinilah letaknya, kenapa memberi kesempatan untuk bernegosiasi pada diri sendiri ini menjadi penting, karena amatlah berpengaruh bagi proses bertumbuh kembang diri dalam rangka menjadi lebih bijak di keseharian kita.
Termasuk juga bagi terapi diri, agar lebih dapat memaknai bagaimana kiranya melakoni kehidupan yang sedang dijalani.
Lalu, bagaimana sih caranya memberi kesempatan untuk bernegosiasi pada diri sendiri itu?
Ya, berdasar pengalaman dari penulis, dalam rangka bernegosiasi pada diri sendiri tersebut, setidaknya beberapa cara yang penulis tempuh berikut ini bisa diterapkan, di antaranya adalah;
1. Bernegosiasi pada diri dengan cara berbicara pada diri sendiri (Self Talk).
Ya, kita memang perlu berbicara pada diri sendiri, hal ini tentunya dalam rangka agar kita selalu wawas diri untuk memahami diri secara mendalam.
Hal ini tentunya dengan maksud memberi semangat dan motivasi bagi diri sendiri, wawas untuk membangun karakter, menguatkan diri dan meyakinkan diri.
Dengan begitu kita akan menyadari, bahwa sebenarnya kita mampu berbuat yang terbaik, karena kita terlahir adalah memiliki bakat dan potensi.
2. Bernegosiasi pada diri untuk memperbaiki diri (Self Awareness).
Secara teori, memperbaiki diri memang mudah untuk diucapkan, tapi belum tentu gampang untuk dipraktikan.
Pasalnya, kita sering terbentur pada sisi idealisme diri, sering meluluskan kemauan sendiri tanpa pertimbangan matang, dan enggan mengritik diri dalam rangka instrospeksi diri.
Nah, di sini jugalah bagaimana bernegosiasi pada diri sendiri itu diperlukan untuk mengimbanginya dalam rangka mengontrol diri, bahwasanya idealisme itu bukan harga mati, mengkritik diri bukan berarti menghakimi diri, mengendalikan diri bukan berarti mengekang diri, tapi sebagai jalan menyadarkan diri untuk menjadi lebih baik lagi.
3. Bernegosiasi pada diri untuk lebih perhatian pada diri sendiri (Self Care).
Sering sekali kita lupa, bahwa kemampuan jasmani dan rohani untuk beraktivitas ada batasnya, daya tahan fisik ada batasnya, butuh ruang untuk menjeda, rilek dan istirahat.
Di sinilah yang menjadi letak pentingnya, sehingga kita harus menegosiasikannya pada diri, bahwa otak kita butuh istirahat, tubuh kita butuh istirahat, kita butuh jeda dan rilek, diri kita perlu dirawat dan diperhatikan oleh kita sendiri.
4. Bernegosiasi pada diri dalam rangka membangun rasa percaya diri (Self Confident).
Ya, sering sekali kita terlalu menghakimi diri atas ketidakmampuan bakat dan potensi kita, merasa terbatas, sehingga terkungkung dalam pikiran pikiran yang buruk dan minor atas diri kita.
Padahal, bakat dan potensi itu ada dalam diri, tinggal bagaimana menemukannya dengan cara mencarinya dengan penuh rasa percaya diri.
Inilah yang harus kita negosiasikan pada diri, mempercayakan pada diri, bahwa sebenarnya kita mampu menggali bakat dan potensi tersebut, dan yakin pada diri bahwa kita mampu berbuat yang terbaik, karena ada bakat dan potensi dalam diri kita.
5. Bernegosiasi pada diri dalam rangka mengonsistenkan diri pada visi dan misi (Self Consitent).
Konsistensi diri adalah bersikap tetap, berpegang teguh, sesuai dengan apa yang telah ditekadkan terhadap diri kita sendiri, yaitu keteguhan dalam menetapi prinsip, visi dan misi diri.
Ini yang harus kita negosiasikan pada diri, sehingga kita tidak mudah goyah, gamang, bimbang ataupun ragu ketika suatu saat harus berbenturan dengan kendala, hambatan maupun tantangan.
Kita negosiasikan pada diri kita, bahwa kita harus bangkit ketika terpuruk dan kembali bisa konsisten untuk meneguhkan diri pada prinsip, visi dan misi kita.
***
"Bernegosiasi pada diri sendiri adalah cermin bagi diri, sebagai refleksi perlakuan bijak kita pada diri sendiri". (Quote by Sigit).
Demikianlah kiranya artikel singkat ini, semoga apa yang penulis bagikan berdasarkan pengalaman ini dapat bermanfaat.
Salam hangat.
Sigit Eka Pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H