Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Thanks Mom, Atas Segala Inspirasinya di Kancah Politik

16 November 2020   21:28 Diperbarui: 16 November 2020   21:45 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mama saya dan anak saya si kenzo | Dokumen pribadi

Ya, mama saya adalah sosok inspiratif yang memberikan begitu banyak pengalaman maupun pengajaran berharga dalam kehidupan saya.

Mulai dari kecil sampai dengan sekarang diusia saya yang sudah menginjak 41 tahun ini, saya selalu mengidolakan mama dengan segala ketangguhannya dan kehebatannya.

Ada pengalaman dan pengajaran yang amat membekas dan saya serap tertanam begitu mendalam dan berpengaruh sangat signifikan dari sosok mama dalam hal saya menempuh roda kehidupan ini.

Ya, jujur saja, saya banyak mendapatkan ilmu politik dan ilmu kepemimpinan dari mama saya, sebab mama saya dulunya adalah seorang politisi.

Meskipun semenjak tahun 2006 silam mama sudah mengundurkan diri dari kancah politik, tapi sepak terjang mama saat berkarir menjadi politisi amatlah tertanam begitu spesial bagi saya.

Sebenarnya sih saya sempat sangat marah, antipati dan sangat tidak setuju ketika pada tahun 1996 yang silam, mama memutuskan terjun dalam kancah politik.

Memang sih dalam keluarga, hanya saya saja yang paling antipati dengan keinginan mama untuk terjun ke kancah politik.

Saya dan keluarga | Dokumen pribadi
Saya dan keluarga | Dokumen pribadi
Saya sempat ngambek sama mama, sempat mengancam keluar dari rumah dan mengancam berhenti sekolah kalau mama tetap terjun di kancah politik.

Sebab yang tergambar dalam benak saya yang saat itu masih remaja sekitar usia 17 tahun terkait politik itu masih terlalu naif, dangkal dan negatif, bahwa politik itu kejam, politik itu busuk, politik itu buang buang uang, para politisi adalah kumpulan orang orang kejam dan para penghkianat dan bermacamnyalah yang sejenis.

Tapi dengan penuh perhatian dan dengan bijaksana, mama membujuk saya dan mengatakan tujuan mama, kenapa sampai mama harus terjun di kancah politik.

Sampai sekarangpun saya masih sangat mengingatnya, ternyata tujuan yang mendorong mama untuk terjun ke kancah politik waktu itu adalah, berjuang menempatkan keterwakilan perempuan dalam politik, berjuang menegakan anti kekerasan terhadap perempuan dan berjuang dalam rangka meruntuhkan hegemoni patriarki.

Secara perlahan, namun detil dan penuh pengertian mama menjelaskan semuanya kepada saya, dan setelahnya mama memberi pengertian kepada saya, akhirnya saya luluh juga, dan akhirnya setuju juga, tapi waktu itu tetap dengan syarat sih.

Syarat itu adalah jangan karena politik mama jadi nggak perhatian lagi sama saya dan adik adik, dan kalau mama melanggarnya saya minggat dari rumah.

Ya, begitulah waktu itu yang jadi syarat utama perjanjian gencatan senjata saya sama mama, saya mengizinkan mama terjun ke kancah politik tapi tetap bersayarat.

Hehehe, yah, namanya juga saat itu saya masih remaja, masih ABG, unyu unyu dan masih cari jati diri, jadi wajar saja kalau pikirannya masih terlalu sempit, belum matang dan dewasa.

Seiring waktu berjalan karir politik mama memang mengkilap, ternyata mama memang berbakat di kancah politik, melalui partainya ternyata pada tahun 1997 mama berhasil duduk di kursi legislatif, bahkan tidak main main, mama berhasil duduk di DPRD Tk I dan saat itu saya sudah jadi Mahasiswa.

Nah, ada yang unik pada tahun 1998 saat terjadi gelombang reformasi, karena sebagai mahasiswa yang juga aktivis kampus, saya turut terlibat dalam aksi demonstrasi di gedung DPRD Tk I saat reformasi waktu itu, yang artinya juga saya pasti akan bertemu mama di gedung tersebut.

Kebetulan waktu itu saya adalah salah satu perwakilan mahasiswa yang diperkenankan masuk berdiskusi dengan anggota dewan saat itu.

Nah, di sinilah ternyata saya harus terlibat perdebatan sengit sama mama, dengan gaya meledak ledak khas anak mahasiswa, saya dan kawan kawan mengungkapkan aspirasi kami.

Setelahnya kami ungkapkan aspirasi kami, ternyata yang berdiri memberikan statemen waktu itu adalah mama saya.

Waduh pikir saya, hampir saja saya mau walk out saat itu, tapi saya lihat tatapan tajam mata mama, yang seolah memberi kode kepada saya untuk tetap diam di tempat.

Singkat kata, saya terpana dengan apa yang ditampilkan mama dihadapan saya dan teman-teman, dengan begitu tenang dan aura kepemimpinan yang memancarkan rasa welas asih, mama tampil sangat mengesankan dan intinya mampu menenangkan kami.

Singkatnya lagi, semenjak momentum berkesan tahun 1998 inilah saya mulai perduli dan kepingin tau bagaimana sepak terjang mama jadi politisi yang jujur saja sebelumnya saya nggak pernah mau tau banget daj apatis tentang bagaimana sepak terjang mama di kancah politik.

Apalagi pada tahun 1999 saya jadi salah satu kandidat calon Kasenat di kampus, yang artinya saya harus membangun bagaimana citra saya agar dapat jadi Kasenat terpilih.

Akhirnya, saya jadi mengusik mama deh, karena jadi "kepo" alias mau tau banget bagaimana ilmunya menerapkan politik dan kepemimpinan ala kampus terkait pencalonan saya sebagai Kasenat kampus.

Memang sih pada akhirnya saya gagal terpilih jadi Kasenat di kampus, tapi satu hal yang pasti, saya dapat banyak pembelajaran dari mama tentang politik dan kepemimipinan.

Sampai saat sekarang ini pun saat saya sudah bekerja sebagai PNS dan di salah satu instansi negara dan entrepreneur bisnis (boleh lihat profil saya di facebook), bekal ilmu kepemimpinan dari mama tetap menjadi bagian dari acuan dan pedoman bagi saya dalam melaksanakan tugas pokok sebagai abdi negara dan entrepreneur.

Tentunya dalam hal ini, saya tidak menutup diri untuk membagikannya melalui artikel ini, dan jujur berikut dibawah inilah gaya kepemimpinan yang lebih doninan saya pergunakan.

Pemimpin itu harus otokrat demokrat dan partisipatif.

Memimpin secara otokratis artinya menjadi pemimpin yang tegas dan berwibawa dengan metode pendekatan kekuasaan oleh karena memiliki otoritas dan wewenang jabatan.

Sehingga otoritas dan wewenang jabatan tersebut dapat diberdayakan dalam rangka menata situasi kerja dan mendaya gunakan para bawahan ataupun pengikut.

Namun demikian, tetap harus partisipatif dan demokratis, menjunjung tinggi konsideran (keakraban yang welas asih) tapi dengan batasan.

Pemimpin yang berupaya tetap mau mendengar, meminta dan mempergunakan saran-saran dari para bawahannya atau pengikutnya.

Lalu setelahnya, mampu mendesentralisasikan dan mendelegasikan tugas dan wewenang yang yang dimiliki kepada sayap-sayap atau sub-sub bagian dalam organisasi.

Pemimpin itu harus terampil dalam hal directing and coaching.

Pemimpin yang directing yaitu menguasai fungsi manajemen dan hal yang berhubungan dengan upaya memberi bimbingan, saran, perintah-perintah, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik.

Pemimpin yang coaching, yaitu mampu membangun hubungan kemitraan melalui proses kreatif dan membangkitkan pemikiran yang menginspirasi melalui consulting, mentoring, dan training.

Pemimpin itu supporting.

Pemimpin yang supporting yaitu mampu memberikan pengaruh dan dorongan yang besar terhadap kinerja bawahan pada saat mereka sedang tidak stabil, mengalami frustasi dan kekecewaan.

Sehingga dituntut mampu memberikan arahan yang spesifik dan memberikan tuntunan yang baik kepada para bawahan ataupun pengikut dalam rangka penyelesaian tugas pekerjaan.

***

Sebenarnya sih masih banyak lagi apa yang bisa penulis tuangkan terkait hal-hal bermanfaat tentang sepak terjang mama di kancah politik.

Namun setidaknya dari apa yang sudah sedikit penulis ungkapan sampai di sini, kurang lebihnya inilah yang menjadi inspirasi berharga bagi saya dan kenapa saya begitu sangat mengidolakan mama.

Mama telah membuka jalan pikiran saya yang selama ini terlalu picik dan dangkal tentang politik dan kepemimpinan, dan banyak memberikan pelajaran dan pengalaman yang sangat bermanfaat dan berharga banget dalam kehidupan saya.

Thanks ya mom atas semua inspirasinya dan semua pelajaran, pengalaman dan warisan ilmunya yang hebat.

I love you forever mom.

Sigit Eka Pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun