Pada satu titik tertentu seringkali setiap orang ataupun mungkin juga Anda mendapati rasa ingin berhenti dari pekerjaan, bahkan jadi benci dengan pekerjaan yang sedang Anda lakoni.
Tentu banyak alasan yang mendasarinya, mulai dari adanya rasa bosan dan jenuh karena rutinitas kerja yang itu-itu saja, karir yang terhambat, penghasilan, hingga alasan karena atasan ataupun manajer yang tidak memperlakukan Anda dengan kurang bijak dan layak, serta berbagai alasan yang lainnya.
Ya, perasaan dan pemikiran terkait itu memanglah wajar adanya, hingga akhirnya menimbulkan keinginan dan sesuatu hal yang dilematis, terkait keputusan apa yang harus Anda lakukan ke depannya, seperti misal tetap bertahan dengan pekerjaan atau keluar dari pekerjaan Anda.
Yang jelas, bila keputusan yang diambil adalah keluar meninggalkan pekerjaan Anda, maka berbagai pertimbangan yang mendalam sangatlah perlu dipikirkan.
Apakah dengan keputusan tersebut bisa membuat kondisi Anda jadi jauh lebih baik atau justru jadi sebaliknya?
Apakah setelahnya Anda bisa memperoleh pekerjaan yang lebih baik dari yang sebelumnya atau justru jadi sebaliknya?
Bagi yang belum bekeluarga dan masih memiliki jenjang masa depan karir yang panjang, tidaklah terlalu jadi masalah dan boleh saja berimprovisasi untuk keluar dari pekerjaan dan mencari pekerjaan baru.
Namun, bagi Anda yang sudah bekeluarga, tentunya hal ini amatlah berbeda, sebab pekerjaan Anda sangatlah berpengaruh bagi kehidupan roda perekonomian keluarga Anda.
Sebagai catatan penting adalah, di manapun Anda bekerja, sejatinya suasana ataupun sistem yang berlaku dalam dunia kerja itu hampir pasti 100 persen adalah sama.
Sehingga dalam hal ini, ketika ada kondisi Anda merasa bermasalah dengan pekerjaan Anda, pada umumnya yang kerap meliputi pemikiran Anda sebenarnya hanyalah faktor sering terjebaknya Anda dalam ruang pikiran "sawang sinawang".
Anda selalu memposisikan pekerjaan Anda tidak lebih baik dari pada pekerjaan rekan Anda di kantor, pekerjaan Anda tidak lebih baik dari pada pekerjaan yang lainnya yang ada di luar sana, apalagi ketika melihat rekan Anda di luar sana lebih sukses dibandingkan Anda.
Sehingga timbulah keinginan untuk keluar dari pekerjaan Anda, padahal belum tentu demikian, ketika Anda berada di sana, atau Anda berada di posisi teman Anda tersebut, bisa menjadikan Anda lebih baik.
Inilah yang sering kali jadi jebakan bagi Anda, sehingga bisa membuat Anda justru menyesalinya di kemudian hari, ketika pada kenyataannya Anda memutuskan keluar dari pekerjaan tapi justru kondisinya jadi lebih buruk dari pada yang sebelumnya.
Memang, pada beberapanya, ada yang bisa mendapatkan sesuai keinginan, yaitu bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik dari yang sebelumnya.
Namun tentunya Anda tidak boleh terlupa juga, bila pada kenyataannya ada fakta yang membuktikan, bahwa keadaan justru berlaku sebaliknya.
Oleh karenanya, di sinilah yang tentunya perlu menjadi pertimbangan Anda, sehingga harus benar-benar Anda pikirkan dengan matang bila Anda hendak mengambil keputusan keluar dari pekerjaan.
Dalam kaitannya dengan hal ini, penulis juga telah berulang kali melihat teman ataupun rekan kerja yang mencari pekerjaan baru karena putus asa akibat "sawang sinawang", yang membuat persepsi berpikir apa pun pekerjaan di luaran sana adalah lebih baik dari pekerjaan yang sedang dilakoninya.
Sayangnya, mereka belum benar-benar memutuskan dengan matang, sehingga kebanyakan dari mereka akhirnya justru terburu-terburu mengambil keputusan keluar dari pekerjaan dan banyak juga yang akhirnya menyesali keputusannya tersebut.
1. Tanyakan pada diri Anda, benarkah Anda memang sudah benci atau sudah tidak menyukai pekerjaan Anda?
Ya, tuntutan beban pekerjaan, tuntutan dari atasan, hingga atasan Anda yang tidak nyaman, dan hal lainnya yang membuat Anda jadi kehilangan rasa hingga kehilangan sentuhan pada pekerjaan Anda memanglah merupakan tantangan dan bisa jadi belenggu pemikiran di mana pun Anda bekerja.
Sehingga Anda perlu menanyakan dulu pada diri Anda, mengapa Anda sampai merasakan seperti itu pada pekerjaan Anda, benarkah kenyataannya memang seperti itu.
Langkah ini penting agar Anda bisa keluar dari pemikiran "sawang sinawang", sehingga jika Anda sedang merasakan situasi pekerjaan sedang bermasalah bagi Anda, maka Anda dapat memutuskan dengan lebih tepat, apa sih yang sebenarnya terjadi pada Anda.
Anda bisa meluangkan waktu Anda sejenak, dan pilihlah dengan bijak, tanyakan pada diri Anda sendiri, apakah Anda sudah mengerjakan pekerjaan Anda dengan baik?
Apakah dengan posisi Anda pada pekerjaan Anda sudah sesuai dengan nilai dan kualitas Anda, sudah layakkah Anda pada posisi berikutnya?
Apakah yang menjadi faktor penyebab kenapa sikap atasan Anda kalau kepada Anda kesannya kurang bijak dan kurang layak memperlakukan Anda?
Perlu juga memperhatikan apakah hal yang Anda rasakan tersebut berlaku juga secara umum pada kebanyakan orang di lingkup pekerjaan ataukah hanya pada berlaku pada Anda saja?
Sehingga di sini ada keseimbangan parameter berpikir sebagai pertimbangan Anda sebelum Anda memutuskan segala hal terkait dengan pekerjaan Anda.
2. Mengingat kembali komitmen dan visi misi Anda saat menyatakan diri siap bekerja
Anda juga perlu mengingat kembali terhadap komitmen Anda saat menyatakan diri siap bekerja di kantor, apa yang tertuang di dalamnya dan apa yang menjadi perjanjian Anda dengan kantor.
Kalau lah apa yang sudah Anda lakoni dalam pekerjaan masih sesuai dengan perjanjian Anda dengan kantor, maka di sini permasalahannya adalah terjadi pada goyahnya komitmen Anda karena pikiran "sawang sinawang" belaka.
Sehingga yang diperlukan adalah tetap fokus pada visi dan misi yang Anda miliki, sekaligus sebagai bagian dari instrospeksi untuk diri Anda sendiri.
Langkah ini akan menentukan manifestasi positif yang muncul dari dalam diri Anda untuk berkaca kepada orang-orang yang melompat lebih dulu ke dalam mimpi mereka bukannya sebagai pembanding atas ketidakberhasilan Anda.
3. Memaksimalkan potensi diri
Tempat kerja memang bisa menjadi seperti akuarium, dan mudah untuk membawa pemikiran jadi "sawang sinawang" bahwa ada dunia luas di luar sana yang lebih baik.
Saat Anda merasa berbagai rasa "sawang sinawang" terhadap pekerjaan Anda, menghinggapi tentang bagaimana diri Anda.
Anda memang akan mulai membuka persepsi Anda terhadap peluang yang mungkin dipenuhi yang mungkin tidak Anda dapatkan sebelumnya dari pekerjaan yang sedang anda lakoni.
Momen ini sebenarnya hanyalah ujian persimpangan jalan kehidupan, sehingga sangat perlu untuk menelaahnya dengan hal positif untuk mendorong potensi Anda, kembali kepada jati diri dengan menjadi diri sendiri.
Sehingga Anda kembali menemukan rasa percaya diri tentang potensi diri Anda, masih ada banyak peluang bagi Anda untuk mendapatkan lebih baik kedepannya terkait pekerjaan yang sedang Anda lakoni.
***
Sebenarnya yang perlu Anda sadari dalam hal pekerjaan yang Anda lakoni ini, maka yang menentukan seberapa jauh Anda berhasil, adalah bagaimana Anda bisa bertahan dan mampu menghalau dan menghadapi segala tantangan pekerjaan sebagai cerminan dari harga diri Anda.
Jadi, berlatar belakang dari semua inilah kiranya alasannya mengapa Anda janganlah hanya mendasarkan diri Anda pada pemikiran karena "sawang sinawang", terhadap pekerjaan Anda, tetaplah bertindak positif dahulu.
Menjadi positif berarti mampu menekan kesedihan, ketidakberterimaan dan mempertahankan diri dengan berani berkata jujur pada diri sendiri bahwa Anda benar-benar tidak merasa "sawang sinawang".
Dengan begitu Anda akan tetap bergairah, memancarkan kegembiraan dan semangat, untuk tetap komitmen bertanggung jawab pada pekerjaan Anda, pada kantor anda, pada keluarga Anda dan pada diri Anda sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H