Pasti kita pernah menemui, melihat, ataupun merasakan, ketika di depan atau di dekat kita, ada sosok seseorang, dengan pembawaan diri yang berwibawa.
Sosok yang terasa teduh, inspiratif dan nyaman setiap mendengar ujarannya, dan selalu sangat menyenangkan bila berada di dekatnya.
Ya, itulah sosok seseorang yang memiliki karisma.
Lalu, punyakah kita karisma tersebut atau bagaimana?
Ya, punya, tapi, kharisma itu tidak dilahirkan begitu saja tanpa suatu proses, karena seseorang perlu menggalinya dari dalam diri.
Menurut KBBI, ka·ris·ma adalah keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya; atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas kepribadian individu.
Nah, bila berdasar pengertian tersebut, maka artinya, kalau kita dapat memiliki kharisma, kita akan berpotensi jadi pemimpin, bisa menjadi lebih magnetis atau memiliki daya tarik bagi orang lain dan kita akan tampil sebagai orang yang dipercaya oleh orang lain.
Dengan memiliki karisma, dapat memungkinkan kita untuk membangun hubungan yang lebih medalam dan lebih kuat dengan orang-orang yang ada di sekitar kita.
Lalu, bisakah kita membangun karisma tersebut?
Nah, berkaitan dengan itu, penulis ingin berbagi sedikit pengalaman, untuk menjelajahi bersama, beberapa langkah yang mungkin dapat ditindaklanjuti ataupun yang dapat diterapkan untuk menggali karisma kita.
Apa sajakah langkah-langkah yang bisa ditindaklanjuti terebut?
1. Menumbuhkembangkan Keterberadaan diri pada lingkungan sekitar.
Keterberadaan diri pada lingkungan sekitar kita, merupakan aspek esensial yang berkontribusi pada karisma.
Keterberadaan diri berarti, kita memiliki perhatian penuh, "hadir" dan benar-benar perhatian dengan orang-orang yang ada di sekitar kita.
Jadi, dengan menjadi "hadir", kita akan menciptakan "kehadiran" kita sendiri, sehingga kita dapat membangun hubungan dengan orang lain.
Sehingga dari terciptanya hubungan tersebut, kedepannya kita dapat saling berbagi cerita, pengalaman, wawasan dan pengetahuan.
2. Membangun keyakinan untuk menumbuhkan rasa percaya diri.
Aspek penting lainnya dalam hal karisma adalah kepercayaan diri, dan memang tidaklah mudah untuk membangun kepercayaan diri ini.
Karena terkadang, jika kita terlalu percaya diri, justru ujungnya bisa berbuah menjadi arogansi dan kesombongan diri.
Namun yang jelas, pada intinya, kepercayaan diri adalah mampu menyeimbangkan dan menyelaraskan mental, sikap, perilaku, yang berkaitan dengan etika dan moralitas di muka umum.
Dalam bertindak selalu berpondasikan pada akal sehat, untuk menghindari kecerobohan dan kesalahan yang tak perlu.
3. Menanamkan keterpercayaan dan keterpekaan diri di muka umum.
Segala hal, tentang kebenaran palsu terbukti ada dalam kehidupan kita sehari-hari, bahkan terkadang yang benar justru dianggap sebagai kepalsuan.
Taksedikit, pemimpin ataupun orang-orang yang terjebak dalam situasi tersebut hanya demi keterpercayaan dirinya di muka umum.
Karena justru bertindak melanggengkan kepalsuan, dan takpeka dengan dampak yang terjadi bila ketidakbenaran itu terus berlangsung.
Oleh karenanya, diperlukan keterpekaan diri, untuk perduli mendengarkan, maupun perduli menyimak situasi yang aktual, disertai dengan bertindak dengan prinsip menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran.
Termasuk juga kepedulian untuk meningkatkan kemampuan analisa yang baik dan ketrampilan diri dalam mengorganisasi publik, menyadari bahwa untuk mengatur dan mengembangkan diri dari begitu banyak orang, tidak bisa dilakukan seorang diri.
Sehingga berbagai hal tindakan, terkait apa yang sekiranya dapat memberi kesan baik haruslah diutamakan, agar kedepannya dapat mencitrakan kita menjadi orang yang layak untuk memperoleh keterpercayaan di muka umum.
4. Menerapkan komunikasi publik sebagai seni percakapan.
Setiap orang karismatik harus mengetahui, bagaimana membangun komunikasi publik dengan percakapan yang meneduhkan dan dapat membuat orang lain merasa nyaman dalam percakapan tersebut.
Empati dan meyakinan dalam berkomunikasi, serta mahir ketika bertuturkata dalam berpidato, menyadari bahwa bertanya dan mengumpulkan banyak informasi merupakan nilai yang sangat penting untuk diterapkan.
Mengesampingkan ego untuk lebih banyak mendengar tidak pasif dan tinggal diam, untuk lebih "mendalami".

Bila ada permasalahan, mampu mengenali akar permasalahan dan mencari cara yang paling efektif untuk memecahkan permasalahan.
Dapat membesarkan hati dan meyakinkan untuk tetap bertahan, jika permasalahan tersebut memang sudah terlalu rumit untuk dipecahkan.
Sehingga inilah yang menjadi pedoman dasarnya, melakukan percakapan yang benar bukan bohong dan bualan, dan memang untuk mendisiplinkan percakapan yang baik dan positif ini, perlu pembiasaan, pendalaman dan latihan.
Namun, semua itu bukan tidak mungkin dikuasai, bila kita terus mendapatkan wawasan melalui proses pengalaman percakapan.
Sehingga akan dapat meningkatkan kemampuan dan perlahan menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, sampai nanti benar-benar dapat menguasai seni percakapan sepenuhnya.
***
Ya, tentunya banyak cara yang bisa diterapkan dalam rangka menggali karisma diri ini, dan berkaitan dengan itu, semoga apa yang penulis bagikan ini dapat menjadi salah satu referensinya dan dapat menjadi manfaat bersama.
Mungkin Anda memiliki pendapat lain mengenai cara menggali karisma ini, jadi mohon kiranya dapat saling berbagi dan menuliskannya di kolom komentar.
Salam hangat.
Sigit Eka Pribadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI