Wah, ngeri juga yah, masih pandemi corona tapi Pilkada 2020 tetap juga digelar, padahal risikonya tinggi banget terjadi penularan corona.
Waduh, jadi kalo begini, sama aja dengan hajatan nglaster maut bareng corona featuring Pilkada dong!
Mau bukti, lah itu malah ada acara kerumunan panggung hiburan waktu launcing paslon, apa itu nggak berisiko, itu juga malah ada paslon paslon yang pada kena corona dan ada yang meninggal pula, baru juga nyalon udah meniggal, prihatin deh.
Itu aja baru proses awal, gimana entar kedepannya ya, gimana pas kampanye, gimana pas nyoblosnya, masih pada nekat berkerumun nggak yah, aih gimana sih ini?
Heran banget, apa Pilkadanya nggak bisa ditunda dulu ya sama penyelenggaranya, kan ini bahaya, nyawa masyarakat kan makin jadi terancam!
***
Yah, begitulah kiranya pemikiran receh penulis, bukannya nggak mendukung sih, tapi penulis sangat mengkhawatirkan keselamatan masyarakat karena Pilkada 2020, kok tetap saja masih dilangsungkan di tengah ancaman berbahaya dari pandemi corona ini.
Padahal kalau bisa sabar, kan bisa ditunda dulu, mungkin bisa ditunda tiga bulan dulu kah, atau setengah tahun nanti kah, atau sampe coronanya bisa dikendaliin gitu lo.
Ini kok ya tega dan kesannya nekat banget gitu sih, kok nggak sabar banget sih para penguasa dan pemangku kepentingan ini, kok rakyat tetap dikorbanin, pada udah nggak sabar berkuasa dan bagi bagi jatah ya, hayoo ngakuuu,,,
***
Ya, yang jelas hajatan Pilkada Serentak 2020 di tengah pandemi corona ini, kalaulah tidak diselenggarakan dengan ekstra hati hati dan ekstra ketat menerapkan protokol pandemi, pasti bakal memunculkan kluster penyebaran corona yang masif!
Seperti yang telah ramai diberitakan, sejumlah calon kepala daerah dari berbagai wilayah mulai mendaftarkan dirinya menjadi bagian kontestasi Pilkada 2020.
Tapi baru juga fase pendaftaran saja, telah terjadi pengabaian/pelanggaran protokol kesehatan terkait pandemi corona.