Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kalau Nanti Puan Jadi Ketum PDIP, Jokowi Bisa Apa?

8 September 2020   18:23 Diperbarui: 8 September 2020   18:17 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Harian DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Puan Maharani dan bakal calon presiden dari PDI-P, Joko Widodo saat acara deklarasi di Kantor DPP PDI-P, Jakarta, Rabu (14/5/2014). PDI-P, Partai Nasional Demokrat, dan Partai Kebangkitan Bangsa menjalin kerja sama mengusung Jokowi sebagai calon presiden pada pemilihan presiden 9 Juli mendatang. (Foto KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO)


Estafet kepemimpinan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), bisa dimungkinkan akan jatuh ketangan Puan Maharani.

Apalagi kalau mencermati, mengamati dan menganalisa, bagaimana Megawati Soekarno Putri sudah mulai getol menggaungkan Puan Maharani untuk masuk dalam bursa Pilpres 2024 mendatang.

Bahkan kalau mau mengikuti jejak trah Soekarno, Puan Maharani sangat berpeluang menjadi kader yang bakal mengisi estafet kepemimpinan di tubuh PDIP.

Puan Maharani juga populer dan punya pengalaman politik, bahkan pernah jadi Menteri hingga menjadi Ketua DPR, track recordnya sangat lebih dari cukup untuk menggantikan posisi Megawati sebagai ketua umum PDIP.

Sehingga kalau berlatar belakang dari ini semua, maka memanglah hampir tak mungkin ada celah bagi Jokowi untuk menduduki posisi ketua umum PDIP.

Apalagi hubungan Megawati dan Jokowi disinyalir terkesan sudah kurang harmonis, karena sebab struktur kabinet yang disusun Jokowi, PDIP dapat jatah di bawah ekspektasi.

Jadi, kalau berdasar analisa di atas Puan Maharani memang jadi kesayangan Megawati, putri Mahkota yang digadang gadang bakal memimpin PDIP dan jadi andalan dalam gelaran Pilpres 2024 mendatang.

Lalu bagaimana dengan Jokowi, bisa apa pasca nanti turun tahta?

Ya, mungkin saja ada dua realitas yang bisa saja nanti terjadi, yaitu Jokowi tetap loyal pada PDIP atau Jokowi cerai dari PDIP lalu mendirikan partai baru.

PDIP beruntung kalau memang Jokowi masih setia, tetap jadi loyalis dalam partai, karena pamornya dan rekam jejaknya masih mampu memberi pengaruh bagi partai.

Bagaimana opsi Jokowi untuk mendirikan partai baru?

Terang saja, kalau menyikapi bagaimana realitas dinamika politik di negeri ini, segala kemungkinannya yang berlaku bisa saja terjadi.

Ingat saja, dalam politik itu tidak ada kawan dan lawan abadi yang ada hanyalah kepentingan abadi, karena ada unsur kepentingan di dalamnya dan akan selalu ada, baik dalam kawan maupun lawan.

Jadi, bukanlah tidak mungkin Jokowi bakal cerai dari PDIP dan mendirikan Parpol baru untuk turut berkontestasi pada pesta demokrasi kedepannya.

Bahkan legacy Jokowi saat menjabat sebagai presiden, bisa memperkuat posisi politik untuk kemudian bikin parpolnya sendiri.

Yang jelas Jokowi tentu bakal sulit untuk meneruskan kepemimpinan Megawati Soekarnoputri di PDIP, sekalipun digaungkan regenerasi, karena yang jelas ada Puan Maharani di situ.

Daripada Jokowi bikin kudeta ataupun bikin dualisme di dalam tubuh partai, bermanuver untuk membuat kondisi PDIP tidak normal, lebih elegan kalau Jokowi cerai dari PDIP.

Pun juga kalau melihat bagaimana sepak terjang putra Jokowi, Gibran Rakabuming yang memutuskan terjun ke dunia politik, bukan tidak mungkin untuk jangka panjang kedepannya menjadi arah baru bagi peluang Gibran pada bursa Pilpres 2029, apalagi juga tren dinasti politik nggak ada matinya.

Maka, yang paling memungkinkan bagi Jokowi pasca turun tahta nanti, agar kedepannya masih tetap bisa eksis di panggung politik adalah dengan membuat partai baru.

Juga kalau diamati bagaimana organisasi masyarakat pendukung Jokowi saat pemilihan presiden silam, yaitu Ormas Pro-Jokowi (Projo), nampaknya memang siap menjadi partai baru.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Projo Budie Arie Setiadi pernah mengatakan, sejumlah anggota di daerah ingin Projo bermetamorfosis menjadi partai. "Ada banyak cabang yang meminta itu," tutur Budie kepada Tempo, Selasa, 3 Februari 2015.

Yang jelas, Partai baru bagi Jokowi bisa menjadi sarana untuk proses regenerasi dan menyiapkan pewarisnya, karena anak dan menantu Jokowi sudah memilih untuk terjun di dunia politik.

Artinya, kalau Jokowi memang nantinya kedepannya akan mendirikan partai baru, maka Jokowi menyadari, bahwa memang ahli warisnya butuh partai politik.
***

Analisa dan prediksi sesuai apa yang penulis tuangkan ini, tentulah boleh saja diungkapkan, meskipun hanyalah analisa recehan belaka, yang jelas kebebasan berpendapat itu dijamin konstitusi.

Jadi, bagaimana kedepannya bisa dilihat saja seiring waktu, bagaimana nantinya tentang realitas dinamika politik di negeri ini.

Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun