Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kontroversi Pernyataan Puan (Politisi) dan Gejala Terdegradasinya Tata Krama Politik

4 September 2020   23:28 Diperbarui: 7 September 2020   08:43 3421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tata krama politik para politisi di Indonesia nampaknya sudah mulai tergerus dan terdegradasi, jiwa politik sejati yang mengedepankan nilai, norma, dan sopan santun yang hadir untuk kepentingan publik (umum) sudah mulai luntur.

Kenapa bisa dibilang seperti itu?

Ya, lihat saja bagaimana Puan Maharani yang merupakan ketua Bidang Politik dan Keamanan DPP PDI Perjuangan (PDI-P) terbentur kontrovesrsi berkaitan dengan pernyataannya.

Pernyataan politisi Puan Maharani yang meminta masyarakat Sumatera Barat menjadi provinsi yang mendukung negara Pancasila, ternyata menuai polemik dan jadi kontroversi karena dinilai sangat menyinggung dan menyakiti perasaam dan hati warga Sumbar.

Banyak pihak yang menyayangkan statemen yang dilontarkan oleh Puan, bahkan Puan sampai dituntut untuk mengklarafikasi dan meminta maaf atas statemennya tersebut.

Namun yang tak kalah kontroversi juga adalah politisi Mumtaz Rais, putra politisi kondang Amien Rais ini dinilai oleh banyak pihak sebagai anak durhaka.

Pihak loyalis Amien Rais pun sampai geram terkait sikap di luar adab dari Ketua OKK DPP PAN, Mumtaz Rais tersebut, yang mengata-ngatai bahwa gerakan PAN Reformasi sebagai halusinasi bahkan Mumtaz dinilai justru menyerang ayahnya sendiri, Amien Rais.

Sebenarnya tak hanya Puan dan Mumtaz saja bila juga mengingat bagaimana sikap dari politisi lainnya, seperti halnya Arteria Dahlan yang dinilai tidak memiliki etika karena menuding-nuding Emil Salim yang secara usia jauh lebih tua.

Tak ketinggalan juga politisi Yasona Laoly yang juga menjabat sebagai Menkumham RI, ketika sempat menuai kontroversi karena pernyataannya menyinggung dan menyakiti warga Priok.

Dan bukan hanya Puan, Mumtaz, Arteria hingga Yasona, sebenarnya masih banyak para politisi lainnya yang terkadang menuai kontroversi karena sudah kurang menjiwai lagi tata krama politik ini.

Tata krama politik sudah mulai hilang dan tak dijiwai lagi karena perbedaan pandangan politik dan kepentingan kekuasaan semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun