Ya, kalau juga boleh dibilang, butir-butir keprihatinan yang menjadi tuntutan dalam deklarasi KAMI tersebut adalah semacam manuver politik yang mengkritisi pemerintah.
Disinilah penulis membaca nampaknya Jokowi juga sedang "menyerang" Â ataupun semacam melontarkan sindiran yang ditujukan untuk membuat kuping panas para pihak-pihak yang bermanuver secara kritis terhadap pemerintahannya.
Yang jelas, bila melihat dinamika politik ini, maka politik mulai ada warna ketika KAMI dideklarasikan, aroma oposisi seperti hidup kembali, dan sebenarnya ini merupakan hal yang wajar dan logis dalam iklim demokrasi dan politik.
Kalaupun adanya KAMI adalah menjadi penyeimbang sebagai check and balance bagi pemerintah, seharusnya Jokowi bersama para jajaran pemerintahannya termasuk parpol koalisinya tidaklah perlu ketakutan, kegerahan dan kepanasan.
Takut mau di kudeta lah, mau di jatuh kan lah, mau di rongrong lah, lalu menekan setiap yang berseberangan dengan pemerintah menjadi lawan politik.
Kalau Jokowi dan para jajaran pemerintahannya dan koalisinya amanah dalam mengelola negara ini, mengapa harus kepanasan dan kegerahan bila ada pihak-pihak yang mengkritisi pemerintahannya.
Justru apa yang diucapkan Jokowi terkait zona nyaman secara ekonomi, zona nyaman karena status, dan merasa terusik ketika dilakukan perubahan-perubahan, bisa membalik kembali menjatuhkan kredibilitas diri dan pemerintahannya, termasuk para parpol koalisi pemerintahan.
Sebab apa, justru KAMI lah yang menjadi warna dari perubahan tersebut, kalau dengan munculnya KAMI ini, pemerintahan Jokowi dan koalisinya merasa terusik dan menganggapnya sebagai lawan politik, justru malah menunjukan, siapa sebenarnya yang terusik, siapa sebenarnya yang sedang berada di zona nyaman, dan siapa yang sedang nggak nyaman sekarang ini berkuasa.
Karena yang pasti, kehidupan politik Indonesia tidaklah boleh lepas dari kontrol dan kritik, jalannya roda pemerintahan haruslah seimbang dengan hadirnya oposisi sebagai penyeimbang, harus ada pihak yang bertindak sebagai check and balance pemerintahan.
Ya, karena pada faktanya oposisi memang sedang nyaris mati, lebih banyak Parpol koalisi yang berada dalam pemerintahan, jomplang banget kekuatannya.
Sehingga kondisi tersebut telah menimbulkan kesenjangan dan ketidakseimbangan dalam rangka check and balance terhadap pemerintah.