Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pintu Resesi Diambang terbuka, Pintu "Teater" Wisata Mulai Dibuka

10 Agustus 2020   18:10 Diperbarui: 11 Agustus 2020   21:46 2365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Resesi ekonomi memang sedang mengancam Indonesia, seperti yang sudah dirilis oleh BPS, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami minus 5,32 persen pada kuartal II-Tahun 2020.

Sehingga dalam hal ini, Presiden RI, Jokowi mengungkapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui sektor pariwisata dan penerbangan untuk turis domestik dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Ya, memang roda ekonomi harus terus berjalan, sebab kalau Indonesia sampai terjun kedalam jurang resesi, maka yang paling terdampak adalah rakyat, yang akan semakin menderita karena negara jatuh kedalam jurang kemiskinan.

Kalau boleh diistilahkan, berkaitan dengan dibukanya pintu pariwisata ini terkait dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sedang mengalami minus ini adalah layaknya kondisi di mana ketika "pintu resesi diambang terbuka, pintu "teater" wisata mulai dibuka".

Ya, memang dari semua kondisi yang membuat semua jadi serba prihatin dan segala sesuatunya jadi tidak pasti ini adalah virus corona yang memandemi menjadi tersangka utamanya.

Sehingga mau tidak mau, suka atau tidak suka, agar roda ekonomi terus berjalan, maka pemerintah menyatakan diri untuk hidup berdampingan dengan virus corona, yang kalau boleh diistilahkan juga maka dalam hal ini pemerintah telah mengajak kita untuk "bersahabat dengan virus corona".

Namun apa yang terjadi, secara faktanya dilapangan "pada praktiknya hidup berdampingan dengan virus corona ini justru menyebabkan lonjakan konfirmasi positif corona", bahkan yang meninggal dunia terus bertambah.

Sebab apa, ini karena virus corona adalah sahabat yang toxic, berbahaya dan sangat mematikan, tak pilih-pilih terkait korbannya dan akan membantai siapapun yang akan menjadi korbannya.

Artinya disini, berdampingan hidup dengan virus corona merupakan risiko yang sangat riskan dan sangat berbahaya.

Dan yang menjadi "bom waktu" adalah, ketika pemerintah mulai ikut-ikutan menggaungkan diksi "era new normal", yang diiringkan dengan pemberlakuan PSBB Transisi.

Sehingga pada akhirnya PSBB Transisi ini yang diberlakukan dalam rangka menuju era new normal ini, dipahami secara salah oleh sebagian masyarakat, bahwa kondisi sudah menjadi normal kembali.

Meski diksi era new normal tersebut sudah diganti oleh pemerintah dengan sebutan "era adaptasi kebiasaan baru", namun tetap saja tidak berdampak signifikan dengan perilaku sebagian masyarakat yang tetap mengabaikan protokol kesrhatan terkait pandemi corona.

Tetap saja terjadi salah pemahaman sebagian masyarakat terkait PSBB Transisi yang diberlakukan pemerintah dalam rangka menuju era adaptasi kebiasaan baru ini, masyarakat tetap menganggap semuanya sudah normal kembali dan bebas beraktivitas seperti semula.

Buktinya apa, masyarakat yang terkonfirmasi positif corona tetap saja tidak dapat ditekan, terus semakin melonjak, yang meninggal terus bertambah, belum lagi yang termasuk dalam kasus suspek dan probable.

Hal ini disebabkan karena perilaku sebagian masyarakat yang sudah lebih banyak mengabaikan protokol kesehatan pandemi corona dan tak lagi menganggap kondisi pandemi ini berbahaya.

Sehingga dapat menjadi penegasan, bahwasanya di sini pemerintah memang belum optimal mengedukasi masyarakat secara masif, preventif dan persuasif, tentang bagaimana caranya hidup berdampingan dengan virus corona dan kenapa juga kok masyarakat tetap harus disiplin mematuhi protokol kesehatan terkait pandemi corona.

Protokol kesehatan terkait pandemi corona pun semakin "protol", semakin banyak masyarakat yang tak lagi mengindahkan protokol kesehatan dan kian lama semakin menggejala.

Kemungkinan hal ini bisa disebabkan salah pemahaman dan salah persepsi sebagian masyarakat terkait PSBB Transisi yang diberlakukan pemerintah dalam rangka menuju era adaptasi kebiasaan baru.

Rasa PSBB Transisi karena pertumbuhan ekonomi diambang resesi ini, membuat protokol pandemi layaknya serasa "Herd Imunity", masyarakat seolah-olah seperti dilepas begitu saja tanpa pengawalan dan pengawasan, berjuang hidup dan mati sendiri, serta menjadi korban keganasan virus corona.

Dan yang semakin menjadi lebih berisiko lagi adalah, ketika belum lagi pemerintah bisa menekan lonjakan kasus positif corona, pemerintah sudah meneken kebijakan untuk membuka pintu wisata bagi masyarakat.

Di sinilah yang perlu jadi catatan penting bagi pemerintah soal dibukanya pintu wisata ini, kalau pemerintah tidak ekstra hati-hati dan serius mengawal masyarakat dan menyadarkan masyarakat terkait protokol kesehatan ditengah pandemi, maka membuka pintu wisata ini amatlah berbahaya, apalagi bila nantinya sudah membuka jalur diluar domestik.

Karena dapat sangat berpotensi memperluas rantai penularan virus corona, cluster penularan baru berpotensi akan semakin meluas.

Ya, secara umumnya berlatar belakang ini semua, maka pemerintah pada akhirnya melibatkan aparat TNI Angkatan Darat.

Seperti diketahui Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Andika Perkasa ditunjuk sebagai Wakil Ketua Pelaksana KPCPEN.

Artinya juga disini, aparat TNI-AD telah bergabung bersama Komite Penanganan Covid-19 dan PEN, dalam penanggulangan pandemi.

Yang jelas disini, keterlibatan aparat TNI Angkatan Darat diharapkan bukanlah hanya sekedar untuk menakuti atau mem-psywar masyarakat agar disiplin terhadap protokol kesehatan.

Namun di sini yang diharapkan adalah, keterlibatan TNI sebagai pengawal masyarakat, mengedukasi masyarakat secara preventif dan persuasif, bagaimana bisa disiplin terkait protokol kesehatan pandemi corona.

Yang jelas, sisi enforcement, terutama dalam upaya meningkatkan kesadaran, kepatuhan dan kedisiplinan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan standar pandemi corona dalam kehidupan sehari-hari harus bisa disosialisasikan dan dijalankan dengan lebih intens, lebih luas, dan lebih masif.

Oleh karenanya, sambil menunggu kesiapan imunisasi vaksin Covid-19, agar roda ekonomi terus bisa berjalan beriringan dengan kesehatan masyarakat, maka mengimplementasikan formulasi terbaik demi membawa rakyat Indonesia selamat dari pandemi corona harus tetap diutamakan oleh pemerintah dan itu menjadi wajib dan harus dicamkan baik-baik oleh pemerintah.

Semoga kondisi pandemi ini segera bisa diatasi, kesehatan pulih dan ekonomi bangkit serta virus corona dapat dienyahkan dari NKRI yang kita cintai bersama ini.

Semoga bermanfaat.
Sigit Eka Pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun