Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

3 Teknik Dasar Speaking yang Perlu Dipedomani Speaker Virtual

26 Juli 2020   12:57 Diperbarui: 26 Juli 2020   15:00 2313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Speaker Webinar | Dokumen foto via Technical Communication.org/Tekom Europe

Menggeliatnya gelaran event Webinar atau web-seminar ataupun event virtual yang sejenisnya masih menjadi solusi yang efektif di masa pandemi ini.

Bahkan semakin tren, yaitu banyak peserta yang tertarik dan meminatinya, sehingga memiliki pangsa pasar, magnet dan daya tarik tersendiri buat para brand dan pihak supported lainnya.

Oleh karenanya dengan tren gelaran event webinar dan even virtual sejenis ini, maka menuntut juga kompetensi yang mumpuni dari berbagai profesi yang terlibat di dalamnya.

Sehingga mewajibkan agar, Narasumber ataupun Speaker, Moderator, MC dan berbagai profesi pendukung lainnya haruslah memiliki kompetensi yang layak dalam gelaran webinar ini.

Nah, dalam artikel ini, penulis ingin berbagi tips yang menitik beratkan pada peran seorang speaker virtual dalam menyampaikan materi.

Sebab apa, dalam gelaran webinar hingga jenis event sejenis yang sosialisasinya diterapkan secara virtual maka peran para speaker adalah sebagai juru kuncinya.

Apakah materi yang disampaikan bisa disimak, didengar dan diterima dengan baik atau tidaknya, maka kuncinya ada tergantung pada speaker-nya.

Ya, sebenarnya peran antara narasumber webinar dan speaker virtual dalam event masing-masing tidaklah jauh berbeda, kalau narasumber webinar lebih menitik beratkan kepada materi diskusi seminar dan debat ilmiah yang bersifat akademis, sedangkan speaker virtual sifatnya lebih kepada pemateri sosialisasi.

Sehingga dalam hal ini para speaker virtual juga harus mempedomani bagaimana teknik cara bicara (Speaking) dalam menyampaikan materi.

Karena bisa dilihat, banyak para speaker virtual kurang memperhatikan teknik cara bicara ini, sehingga materi yang disampaikan jadi kurang menarik, monoton, membosankan dan menjemukan.

Padahal, materinya sebenarnya sangat menarik, tapi karena speaker virtualnya kurang kompeten, maka acara dan materi jadi tidak menarik.

Bahkan pesertanya jadi nggak fokus dan ada yang tertidur, atau satu persatu log out dari acara virtual, sudah korban kuota tapi acaranya mengecewakan karena speakernya abal-abal.

Oleh karenanya, beberapa teknik dasar mengenai cara bicara yang perlu diperhatikan dalam penyampaian materi yang akan penulis bagikan ini semoga bisa jadi tambahan wawasan yang bermanfaat.

Lalu apa saja sih?

1. Artikulasi dan modulasi suara haruslah stabil, jelas dan tegas.

Nah, terkadang sering terjadi speaker virtual kurang jelas dalam mengucapkan kata-kata dan kalimat, kadang peserta mengeluh, ngebacot apa sih itu speaker-nya nggak jelas banget.

Ditambah juga modulasi suara atau power gelombang suara yang kurang stabil, power suaranya kadang kuat kadang lemah dan nggak jelas, istilahnya yaitu grambyang, sumbang, dan fals, sehingga didengar jadi nggak enak banget.

Oleh karenanya disini, speaker virtual haruslah jelas dan tegas dalam mengucapkan kata-kata dan kalimat, mungkin bisa dilatihkan dahulu didepan cermin untuk menguatkan teknik pengucapan vokal dan konsonan.

Seperti begini misalnya, dalam mengucapkan huruf vokal A, I, U, E, O, ya harus tegas dengan diikuti dengan gerak mulut sesuai pengucapan huruf vokal, begitu juga huruf konsonan B misalnya, ya harus tegas ditekan Ba, bi, bu, be, bo.

Lalu dikuatkan dengan tekanan modulasi suara, di beri power suara agar gelombang suara yang dikeluarkan terdeteksi, dan dapat dengarkan dengan baik, setelahnya bisa di back up lagi dengan teknik selanjutnya di bawah ini.

2. Mengatur intonasi suara dalam menyampaikan materi.

Seringkali terjadi, para speaker virtual kurang dapat mengatur intonasi suara dalam menentukan tinggi dan rendahnya nada suara, serta ketepatan dalam menjeda.

Jadinya apa, speaker virtual jadi flat, monoton dan tidak ada variasi serta jadi terkesan terburu-buru dalam menyampaikan materi dan menyebabkan para peserta jenuh dan bosan.

Ini karena speaker virtual tidak mampu mengatur instrumen nada suaranya dengan baik, disinilah mengapa intonasi suara itu perlu diatur sedemikian rupa.

Jadi dalam hal ini, speaker virtual perlu mengatur bagaimana dalam berintonasi, kapan harus meninggikan suara, kapan harus merendahkan suara, dan kapan harus menjedanya.

Harus bisa variatif dalam berintonasi, sehingga speaker virtual pun harus mampu mengatur pernapasan, kapan harus satu napas mengucapkan kalimat ataupun berkata-kata.

Maksudnya disini, speaker virtual memahami kapan harus menekankan inti penting  materi dengan intonasi suaranya, dan kapan menurunkan nada suara dan menjedanya, setelah itu tinggal di back up lagi dengan teknik berikutnya dibawah ini.

3. Mengontrol pitch suara dalam menyampaikan materi.

Sejurus kelihatannya memang hampir sama dengan mengatur intonasi, tapi sebenarnya berbeda, karena soal pitch ini, adalah bagaimana speaker virtual mampu mengontrol emosinya dan adrenalinnya.

Seringkali didapati karena terlalu semangat, speaker virtual justru terlupa mengontrol pitchnya, sehingga jadi over power dan over confident.

Sehingga instrumen suara, yang meliputi, artikulasi, modulasi dan intonasi jadi tidak teratur, atau juga sering tidak tepat kapan pitch suara itu harus di soft dan di hard.

Jadi disini, pitch berfungsi sebagai gain utamanya atau volume utamanya, atau juga yang menjadi titik pengaturan equal nya.

Seperti halnya sound sistem, ketika seluruh instrumen suara sudah di atur sesuai kebutuhan equalizer, maka gain atau volume utama sudah harus di plot, dimana titik tepatnya.

Nah, sama halnya dengan picth suara para speaker virtual yang bertindak sebagai gain utama atau volume utama dari suara seorang speaker virtual dalam menyampaikan materi.

Maka pitch ini harus sudah ditentukan, ketika speaker virtual sudah ada pada posisi menyampaikan materi dan sudah menemukan posisi, artikulasi, modulasi dan intonasi, maka disitulah harus ditentukan titik volumenya, jangan dilewati atau dikurangi agar tidak over ataupun sebaliknya njegleg jadi up down.

Sehingga sampai akhir penyampaian materi, maka pitch suara seorang speaker virtual akan tetap selalu terkontrol dan tetap stabil.

Nah, selanjutnya teknik bicara ini tinggal didukung kemampuan dasar lainnya yang meliputi bagaimana mengoptimalkan penampilan, penguasaan wawasan materi, dan penguasaan area, panggung, ataupun sejenisnya, serta mengimprovisasi suasana acara.

Demikianlah kiranya, artikel yang bisa penulis bagikan ini, semoga bisa menjadi tambahan saran dan manfaat bersama.

Salam hangat.

Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun