Bagaimana seorang atasan dapat menfaatkan pengaruh yang dimilikinya sebagai kekuatan otoritasnya dalam rangka mendelegasikan perintah untuk memberdaya gunakan berbagai kemampuan intelektual, bakat atau potensi yang dimiliki oleh para bawahan pada bidang pekerjaannya masing-masing.
Jadi disinilah yang menjadi ruhnya, ketika kuasa untuk memberi perintah sudah ditangan, artinya para bawahan sudah terpengaruh dan terbawa dengan ritme dan irama kepemimpinan. Yang mana dalam hal ini seorang atasan berhasil membangun kredibilitasnya, para bawahan jadi patuh dan taat kepada atasan, mereka percaya bahwa apa yang menjadi perintah tersebut merupakan bentuk dipercayanya para bawahan.
Sehingga para bawahan akan menjunjung tinggi dan memegang teguh amanah dengan tidak pernah menolak perintah yang dipercayakan tersebut.
Selalu setia dan loyal dan menjalankan perintah yang diamanahkan dengan penuh rasa tanggung jawab dan kesungguhan hati. Dan pada suatu ketika enpowerment dan engagement ini dapat memberi dampak dan pengaruh yang kuat, konstan dan terus menerus, serta selalu diterapkan kepada para bawahan, sampai pada akhirnya dapat stabil pada titik yang ajeg dan konsisten, maka disinilah sejatinya seorang atasan telah berhasil menemukan wibawa dan aura kharismatiknya.
Kedua, membangun dan menguatkan karakter dan performa yang fleksibel dan adaptip.
Karakter merupakan ke khasan pembawaan sikap perilaku yang berkaitan dengan kepribadian yang dimiliki seseorang, dan biasanya juga akan selalu berkaitan dengan performa yaitu bagaimana tampilan nyata dari karakter tersebut.
Pastinya karakter dan peforma ini akan membentuk gaya kepemimpinan seorang atasan, sehingga seorang atasan harus mampu membangun dan menguatkan karakter dan peforma yang dimilikinya untuk bisa mengakomodir berbagai macam karakter dan peforma para bawahan.
Jadi disini, seorang atasan harus mampu membangun gaya kepemimpinan yang fleksibel dan adaptip, yaitu gaya kepemimpinan yang luwes dan lentur dan bisa diterima oleh para bawahan.
Sehingga para bawahan bisa menerima dan menyesuaikan diri dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang atasan.
Kalau para bawahan bisa menyesuaikan diri dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan artinya seorang atasan sudah dapat mengetahui bagaimana karakter, peforma dan kemampuan yang dimiliki oleh para bawahannya.
Dan ketika para bawahan sudah merasa selaras dan menyukai gaya kepemimpinan yang diterapkan, maka artinya seorang atasan telah mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan dinamika, baik itu situasi ataupun keadaan yang selalu bergerak dan berubah-ubah.