Mungkin ada yang pernah mengalami atau sekarang justru sedang mengalami ketika karir pekerjaan yang sedang ditempuh, begitu sangat terseok-seok atau bahkan sedang terpuruk.
Dan secara bersamaan juga berbagai cibiran, olok-olok hingga selalu diremehkan datang menyertai dan bertubi-tubi memberi cobaan yang rasanya seperti mengoyak-ngoyak harga diri.
Lalu, dengan kondisi tersebut apakah harus menyerah, apakah mental harus runtuh, diam dan pasrah tanpa memperjuangkan karir pekerjaan dan harga diri tersebut?
Seharusnya jangan sampai menyerah dulu, apapun realitanya jangan pernah sampai melarikan diri dari realita tersebut sebelum bisa membuktikan seberapa mampu untuk berbuat yang terbaik dalam menempuh karir pekerjaan.
Meskipun halangan, rintangan dan tantangan yang dihadapi dalam perjuangan tersebut memang bukan merupakan perkara mudah untuk dihadapi.
Seperti halnya pengalaman penulis yang coba penulis jabarkan ini, semoga bisa jadi sesuatu yang bisa bermanfaat bagi siapa saja yang berkenan membacanya.
Penulis juga ada salah satu rancangan timeline dan visi yang mungkin bisa sebagai contoh penerapan. Rancangan timeline dan visi tersebut adalah,
"Kesuksesan berkarir, merupakan balas dendam yang terbaik"
Ya, inilah salah satu rancangan timeline dan visi yang menjadi penguat pondasi dari beberapa prinsip penulis yang ternyata mampu memotivasi penulis dalam pekerjaan penulis hingga sekarang ini.
Sebelum lebih jauh artikel ini penulis tuangkan, maka dalam hal ini penulis mohon izin, dengan bermaksud menjabarkannya berdasarkan tempaan pengalaman ketika penulis memulai karir pekerjaan dari nol atau dari bawah, hingga pencapaiannya.
Sehingga, tentang bagaimana parameter atau ukuran kesuksesan berkarir tersebut nantinya bisa dikondisikan atau disesuaikan dengan lingkungan pekerjaan masing-masing.
Ya, sepertinya memang sudah menjadi hukumnya bila seorang yang menempuh karir pekerjaan dari posisi nol atau dari posisi terbawah akan melewati berbagai tempaan pengalaman berupa tantangan, ujian dan cobaan yang tidak mudah.
Seperti halnya ketika penulis pernah menjadi seorang salesman mobil, sebenarnya juga pekerjaan ini adalah pilihan terpaksa, tapi mau bagaimana lagi, dari sekian banyaknya lamaran pekerjaan yang dicoba, hanya pekerjaan inilah yang memberi jawaban.
Penulis juga sempat memimbang-nimbang, masa sih seorang sarjana strata 1 harus jadi sales, apa kata orang tua, apa kata tetangga, apa kata teman, akan tetapi penulis tetap mencobanya, daripada menganggur terus, tidak ada salahnya untuk dicoba.
Dan memang benar saja, cibiran, olok-olok dan diremehkan datang menerpa dari orang-orang yang penulis sebutkan diatas, termasuk juga datang dari orang kantor sendiri.
Akan tetapi, disinilah letak motivasi untuk menebalkan mental itu tumbuh, sekaligus keinginan untuk membuktikan kemampuan itu bangkit dengan berprinsip,
Jangan pernah menyerah kalah sebelum bertempur, realita harus dihadapi dengan realita, karena realita yang akan membuktikan siapa kita.
Tak akan bisa berubah nasib, ketika kamu ada di bawah, karena tanpa usaha yang gigih, kamu tak akan pernah bisa sampai ke atas.
Ya, beberapa prinsip inilah yang memperkuat rancangan timeline dan visi penulis untuk selalu berupaya semaksimal mungkin membuktikan bagaimana penulis harus berbuat yang semestinya sesuai tugas pokoknya sebagai salesman mobil.
Sebagai salesman, mampu bertahan atau tidaknya, mampu membuktikan keberhasilan atau tidaknya, sangat ditentukan, bagaimana salesman berhasil lulus uji dari berbagai penolakan-penolakan para calon costumer yang terkadang sangat begitu menyakitkan.
Termasuk juga, seberapa bisa untuk mampu memenuhi atau melampaui target jualan, seberapa bisa mampu menjalin hubungan dengan calon costumer dan membina hubungan dengan costumer.
Jadi, penulis pertaruhkan segala perjuangan itu dengan sebaik-baiknya dan selayaknya apa yang harus penulis lakukan sebagai salesman mobil.
Strategi, rencana, prospek, selalu belajar dari setiap harinya, belajar dari orang, menyerap ilmu baik dari rekan kerja ataupun costumer, sampai harus tebal muka alias muka tembok dan tak pernah putus asa.
Inilah kiranya yang selalu penulis teguhkan setiap harinya dan selalu penulis teguhkan dalam realitanya dalam pekerjaan sebagai salesman mobil.
Dan dalam hal ini, jangan pernah pesimis dengan realita yang ada, atau menyerah duluan sebelum semuanya dicoba, niscaya bila terus berjuang dengan gigih, selalu percaya diri dengan mental yang kuat, keberhasilan dan kesuksesan bisa dicapai.
Dan pada puncaknya bila selalu berbekal segala apa yang penulis sampaikan tersebut, maka keniscayaan kesuksesan itu bisa saja terwujud.
Seperti halnya yang telah diraih oleh penulis dari posisi bawah sebagai salesman mobil akhirnya secara perlahan, setahap demi setahap bisa mencapai posisi menjadi kepala perwakilan cabang bukanlah suatu kemustahilan.
Inilah salah satu pengalaman penulis yang sangat memberi pengalaman dan pelajaran berharga bagi perjalanan karir pekerjaan penulis yang berikutnya, bahkan rintisan bidang usaha penulis, ketika penulis memutuskan untuk mengundurkan diri dari kantor, untuk merintis usaha sendiri di bidang penyiaran radio.
Sekaligus juga disamping merintis usaha radio tersebut, karena penulis juga mendapat keberuntungan diterima dan lulus ujian CPNS maka penulis juga memutuskan untuk mengabdikan diri sebagai abdi negara, sebagai aparatur sipil negara disalah satu instansi pemerintah hingga sekarang ini.
Tapi yang jelas, dua bidang yang penulis geluti sekarang ini, sangat belajar banyak dari tempaan pengalaman ketika penulis pernah jatuh bangun, terseok-seok, terpuruk termasuk mendapat penolakan yang menyakitkan, cibiran, olok-olok dan diremehkan saat menjadi seorang salesman.
Dan bukan bermaksud apa-apa, yang jelas sekarang ini penulis bisa membuktikan bahwa kesuksesan berkarir itu bukanlah suatu hal yang mustahil untuk dicapai.
Jadi, ketika karir pekerjaan diremehkan, dicibir, diolok-olok, terseok-seok, terpuruk, ataupun hingga jatuh bangun, asalkan punya rancangan timeline dan visi yang kuat dan memiliki prinsip yang teguh dan kokoh dalam menghadapinya dan diterapkan atau diejawantahkan dalam realita yang dihadapi.
Maka, kesuksesan berkarir itu bukan suatu hal yang mustahil untuk dicapai dan ketika sudah mencapai kesuksesan dalam berkarir, itulah "balas dendam" yang terbaik sebagai bukti sejatinya menghadapi sepahit apapun itu realita dalam pekerjaan.
Semoga bermanfaat.
Sigit Eka Pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H