Alhamdulillah beberapa tempat di kota Balikpapan ada yang masih bisa melaksanakan sholat eid (Idul fitri) secara berjamaah di masjid.
Tentunya dalam hal ini, bila berkaitan dengan pandemi korona, maka hanya masjid-masjid tertentu yang ada di zona hijau saja yang diperkenankan untuk menyelenggarakan sholat eid.
Pastinya juga masjid yang telah diperkenankan menyelenggarakan sholat eid tersebut adalah masjid yang sudah mengantongi izin resmi dari pemerintah setempat dan sudah lulus memenuhi syarat terkait protokol kesehatan pandemi korona.
Sementara masjid-masjid yang berada di zona merah pandemi tetap harus mematuhi imbauan pemerintah untuk tidak menyelenggarakan sholat eid secara berjamaah di masjid dan mengimbau agar warga yang tinggal disekitarnya untuk melaksanakan sholat eid dirumah.
Penulis beruntung dan bersyukur, karena masih bisa melaksanakan sholat eid berjamaah di masjid, sebab wilayah dimana tempat penulis tinggal adalah termasuk zona hijau yang diperkenankan menyelenggarakan sholat eid.
Seperti disalah satu masjid di wilayah zona hijau yang ingin penulis jabarkan ini dan seperti yang diterangkan juga oleh salah satu marbot masjid, bahwa malam hari sebelumnya masjid sudah disemprot dengan disinfektan, dan disterilkan.
Sajadah-sajadah masjid yang biasanya tergelar juga sudah digulung, karena dalam protokolnya masjid tidak diperkenankan menggelar sajadah, jadi hanya beralaskan lantai saja.
Lalu, sabun-sabun buat cuci tangan ditempat wudhu juga sudah disiapkan, termasuk juga hand sanitizer dan alat pendeteksi suhu badan, pengaturan saf-saf sholat yang ditentukan sesuai aturan protokol juga telah dilakukan.
Papan pengumuman di tempelkan di beberapa tempat yang mudah dibaca, isinya diantaranya tidak boleh berjabat tangan, tidak boleh berpeluk, tidak boleh bersentuhan, wajib mengenakan masker, selalu disiplin menjaga jarak, sajadah yang dibawa jamaah disemprot disinfektan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan protokol pandemi.
Ditambahkan juga oleh marbot masjid tersebut, bagi jamaah yang melanggar protokol dan membandel tidak menuruti aturan, maka akan berlaku tegas dikeluarkan dan tidak diizinkan sholat eid di masjid.
Setelah isya sudah tidak ada kegiatan lagi dan dijaga secara ketat oleh para petugas marbot masjid 24 jam secara bergantian guna mengantisipasi segala sesuatunya.
Lebih lanjut dijelaskan oleh marbot masjid, setelah subuh para marbot masjid yang sudah ditugaskan berjaga-jaga di pintu-pintu masuk masjid untuk menyeleksi setiap jamaah yang masuk ke dalam masjid.
Ya, seperti yang penulis alami sebelum masuk masjid, petugas marbot melakukan cek suhu dan mengawasi dengan ketat setiap jamaah yang wudhu dan masuk masjid.
Para jamaah mulai dari masuk pagar sudah di wanti-wanti jaga jarak dan satu persatu masuk masjid, sajadah-sajadah para jamaah juga disemprot disinfektan, sementara itu didalam masjid sudah diatur jarak dan tempat saf-saf sholat.
Sholat eid pun berlangsung khidmad, dari sholat hingga ceramah yang hanya 5 menit totalnya hanya 10 menit sholat eid diselenggarakan dan langsung disuruh segera pulang, tidak ada jabat tangan dan kegiatan lainnya.
Saat sebelum keluar pun para jamaah wajib satu persatu keluar dan wajib cuci tangan pakai sabun dan juga dibasuh hand sanitizer serta di cek kembali suhu badan.
Alhamdulillah warga yang melaksanakan sholat eid ini betul-betul menurut, manut dan disiplin mengikuti aturan protokol ketat yang diterapkan oleh masjid dan berdasar hasil cek suhu tidak ada yang reaktif pandemi.
Ya, inilah pengalaman dan kesan penulis yang masih beruntung bisa sholat eid berjamaah di masjid, yang tentunya jadi kesan yang mendalam bagi penulis karena tidak semua bisa seberuntung penulis dapat melaksanakan sholat eid berjamaah ditengah pandemi.
Sebenarnya penulis sempat ragu, kalau masjid di wilayah tinggal penulis bisa menyelenggarakan sholat eid berjamaah, sebab sesuai imbauan pemerintah bahwa berkaitan pandemi ini, sholat eid ditiadakan.
Namun penulis diyakinkan dengan pengumuman bahwa masjid diwilayah penulis tinggal telah mendapat izin resmi dan telah lulus materi protokol pandemi, akhirnya penulis jadi yakin sepenuhnya. Dan terbukti memang semuanya sudah sesuai yang direncanakan, berlangsung dengan tertib dan lancar.
Sesampainya dirumah demi menjaga dan selalu mengantisipasi berkaitan dengan pandemi, maka protokol masuk rumah juga penulis lakukan, yaitu langsung melucuti seluruh pakaian yang baru dipakai untuk dicuci dan langsung mandi.
Ya, tahun 2020 ini karena berkaitan dengan pandemi ini, suasana memang terasa begitu berbeda dan sangat kontras dengan suasana tahun lalu.
Penulis jadi ingat kesan mendalam yang membekas dibenak ingatan penulis ketika sholat eid tahun lalu ratusan pemuda gereja dengan tulus ikhlas turut membantu pelaksanaan sholat eid di lapangan Kodam VI/Mulawarman.
Betapa cerminan toleransi antar umat beragama ini masih terbina dengan kuat, meski berbeda keyakinan dalam agama namun wujud nyata toleransi, saling menjaga persatuan dan kesatuan yang sejati tercipta dengan suka cita.
Tahun 2020 ini memang prihatin pandemi, jadi bagi yang tak dapat melaksanakan sholat eid semoga bisa tabah dan sabar, meski sholat eid harus diselenggarakan di rumah tentunya tidak mengurangi amalan, ibadah, makna dan kekhidmadannya.
Tentunya seluruh bangsa ini setuju dan bahwa pandemi korona ini segera berakhir, sehingga semuanya kembali menjalani tatanan hidupnya, tatanan hidup yang tidak sekedar kembali seperti semula, tapi tatanan hidup baru yang telah belajar dari pengalaman pahit pandemi korona.
Selamat idul fitri 1441 H.
Minal aidin wal faidzin.
Mohon maaf lahir dan batin.
#Samber 2020 hari 28.
#Samber THR.
Sigit Eka Pribadi sekeluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H