Karena bisa dilihat keguyuban dan gotong royong bangsa yang bhineka ini telah tercipta, yang artinya nasionalisme yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa mulai terbangun kembali.
Meski diantara proses kebangkitan nasionalisme tersebut, masih ada oknum-oknum masyarakat yang berlaku egois dan individual dan terdapat juga tindak tanduk pemerintah yang pada perkembangannya menghadapi pandemi ini justru banyak membuat kebijakan yang membingungkan.
Tapi secara umumnya nasionalisme yang terdegradasi dan mulai terkikis tersebut perlahan demi perlahan mulai bangkit.
Inilah sejatinya yang bisa dijadikan landasan bersama dalam peringatan hari kebangkitan nasional tahun ini, sehingga bisa menjadi sebuah momentum untuk memulai langkah bangkit yang sesungguhnya. Langkah untuk berjuang bersama bangkit dari keterpurukan karena terpolarisasi dan pandemi korona.
Apalagi momentum peringatan hari kebangkitan nasional tersebut jatuh pada bulan suci ramadhan, bulan yang sangat berkah bagi umat islam. Perjuangan puasa ramadhan yang pastinya pada puncaknya nanti menuju cita-cita kemenangan saat hari raya idul fitri tiba.
Sehingga momentum hari kebangkitan nasional, puasa ramadhan dan hari raya idul fitri agar kiranya bisa di padukan sebagai kekuatan yang membangkitkan bangsa ini dari berbagai keterpurukan.
Ya, lebaran sebentar lagi, artinya bagi umat islam kemenangan menuju hari raya sudah didepan mata, meski masih berjuang bersama ditengah pandemi, tapi kemenangan hari raya idul fitri tentu bisa menjadi pondasi yang semakin menguatkan perjuangan memenangkan perang melawan pandemi korona.
Indonesia pasti bisa bangkit dari segala keterpurukan bila nasionalisme yang menyatukan bangsa kembali kepada kesejatian karakter bangsa, nasionalisme yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa demi tegak dan utuhnya NKRI yang kita cintai bersama ini.