Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kearifan Lokal Tradisi "Hantaran Tampah" di Kampung Saya

18 Mei 2020   18:53 Diperbarui: 18 Mei 2020   18:50 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar pendukung sebagai persamaan menikmati tradisi hantaran tampah | Dokumen via Deteksionline.com

Dulu setiap ramadan hingga jelang lebaran waktu itu tahun 1985-an sewaktu saya masih kecil, saya dan adik saya sering disuruh ibunda mengantar beberapa piring makanan berupa nasi dan lauk pauknya yang diletakan diatas tampah ke tetangga depan, samping dan belakang rumah.

Lalu seingat saya, sejak saya SMP mungkin disekitar tahun 1995-an, piring makanan berupa nasi dan lauk pauknya yang diletakan diatas tampah tersebut tak lagi di antar ke tetangga tapi berubah di antarkan ke Langgar kampung (Sekarang sudah jadi masjid) untuk hantaran buka puasa bersama para jamaah.

Nah, menurut penjelasan ibu saya, tentang tradisi antar mengantar makanan diatas tersebut namanya adalah tradisi hantaran tampah, tradisi ini adalah tradisi yang merupakan inisiasi dan keguyuban yang disepakati dari warga lokal/asli kampung saya sendiri yang dimulai sejak tahun 1978.

Kampung saya ini baru dihuni sekitar tahun 1977, sebelumnya kampung saya adalah kampung yang masih kosong, belum ada warga yang menghuninya, ketika baru dibuka hanya ada rumah-rumah yang disiapkan untuk ditempati oleh puluhan prajurit dan PNS TNI beserta keluarga, termasuk ayah dan ibunda saya, yang kedepannya mereka inilah yang akhirnya menjadi warga asli yang pertama kali mendiami kampung.

Kampung saya ini terletak di kota Balikpapan, dulu kampung saya waktu masih berbentuk desa bernama lembah damai, kalau sekarang dengan seiring berjalannya waktu, kampung kami berubah nama menjadi damai bahagia dan sudah menjadi kelurahan.

Kata ibunda saya, tradisi hantaran tampah ini awal bermulanya adalah hanya diantara para tetangga terdekat saja, jadi kalau diantara tetangga ini sedang ada sedikit rezeki lebih, maka mereka akan masak yang enak dalam jumlah banyak untuk saling berbagi dengan tetangga terdekat dan hal ini dilakukan saling berbalas diantara tetangga tersebut.

Nah, sesuai perkembangannya seiring waktu berjalan seperti yang saya ceritakan sebelumnya diatas, tradisi hantaran tampah ini berubah yang mulanya hanya antar tetangga dekat sekarang jadi hantaran tampah ke Langgar, maksudnya agar lebih banyak warga kampung yang dapat merasakan dan menikmatinya.

Ilustrasi gambar pendukung sebagai persamaan menikmati tradisi hantaran tampah | Dokumen via Deteksionline.com
Ilustrasi gambar pendukung sebagai persamaan menikmati tradisi hantaran tampah | Dokumen via Deteksionline.com
Tradisi hantaran tampah yang sekarang dihantarkan ke masjid ini sama sekali tidak dipaksakan, hanya saja ada kesepakatan bersama agar keluarga yang kiranya memiliki hajat tersebut biar rezeki berbaginya bisa lebih berkah maka disepakatilah untuk dihantarkan ke masjid agar dapat dinikmati bersama-sama para jamaah masjid.

Pokoknya tradisi hantaran tampah ini tergantung keihlasan dan kesukarelaan masing-masing keluarga, jadi siapa saja keluarga yang ingin punya hajat berniat berbagi rezeki lebih tersebut dipersilahkan.

Seperti inilah pitutur yang saya peroleh dari ibu saya, tentang bagaimana sejarah awalnya tradisi kearifan lokal hantaran tampah di kampung saya ini yang selalu rutin dilaksanakan setiap ramadan hingga jelang lebaran.

Meskipun, sekarang ini dengan seiring majunya peradaban dan makin ramainya kampung saya dan sudah tercampur baur dengan penduduk pendatang lainnya yang bhineka, tapi tradisi hantaran tampah ini masih dilestarikan oleh warga asli kampung lembah damai yang memang sejak dari awal sudah mendiami kampung.

Begitu juga kepada anak turunannya yaitu kami-kami ini, meski terkadang kami harus memaklumi para warga pendatang yang sudah semakin dominan ini dalam rangka toleransi budaya para pendatang, tapi kami sebagai anak turunan para tetua kami, maka kami akan tetap meneruskan dan melestarikan tradisi hantaran tampah para tetua kami ini sepanjang zaman.

Kalau kiranya ada yang berkesempatan berkunjung ke kampung saya ini, boleh ditanya lebih lanjut kepada para tetua kami warga asli yang mendiami kampung kami tentang bagaimana sejarahnya secara detil.

Yang jelas apa yang dipituturkan oleh ibunda saya tentang hantaran tampah ini, pasti akan sama dengan yang dipituturkan oleh para tetua warga asli kampung saya, begitu juga dengan apa yang dipituturkan para anak turunannya.

Demikianlah kiranya tradisi hantaran tampah disetiap ramadan dan jelang hari raya lebaran yang masih lestari dan rutin dilakukan oleh warga asli kampung saya dan anak turunannya semoga kiranya dapat bermanfaat.

#Samber 2020 Hari 22.
#Samber THR.

Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun