Hari Vesakha atau Waisak disebut sebagai hari keberuntungan yang memperingati kelahiran, pencerahan (nirwana) dan kematian Buddha Gautama.
Hari raya Waisak merupakan hari yang paling bersejarah dalam agama Buddha, karena merupakan hari suci bagi umat Buddha untuk memperingati tiga peristiwa penting yang dikenal dengan istilah Trisuci Waisak.
Inilah referensi yang penulis  dapatkan dari berbagai sumber dan literasi mengenai hari raya Waisak yang dirayakan oleh umat Buddha.
Sudah tiga tahun berturut turut yaitu 2018, 2019 dan 2020 hari raya Waisak yang dirayakan oleh umat Buddha bertepatan dengan pelaksanaan puada pada bulan suci ramadan yang di jalankan oleh umat muslim.
Seperti yang diketahui perayaan Waisak tahun 2020 ini jatuh pada hari Kamis, tanggal 7 Mei 2020 bersamaan dengan berjalannya bulan suci ramadan 1441 hijriah dan pada tahun ini juga hari raya Waisak dirayakan dengan suasana yang berbeda, sebab Indonesia tengah prihatin karana dilanda bencana nasional pandemi korona.
Jika tahun-tahun sebelumnya umat Buddha Indonesia memenuhi Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah dan sejumlah candi-candi yang lainnya pada perayaan hari raya Waisak, namun karena pandemi korona ini tak dapat terlaksana.
Sehingga perayaan hari raya Waisak yang biasanya dilakukan di tempat-tempat suci ibadah umat Buddha secara beramai-ramai seperti di candi Borobudur dan candi-candi lainnya tersebut  pada tahun 2020 ini semuanya dilaksanakan dari rumah.
Seperti halnya juga yang di sampaikan oleh, Hendri Suwito, selaku Romo Pandita di Budhist Center Kalimantan Timur yang mengimbau kepada semua umat Buddha di Benua Etam Kalimantan Timur untuk melaksanakan perayaan hari raya Waisak di rumah saja.
Hal ini diimbau dan dilakukan sebagai salah satu upaya dan tindakan nyata umat Buddha sebagai bagian dari Darma umat Buddha, dalam rangka pemutusan rantai penyebaran virus korona.
Sehingga untuk ibadah perayaan hari raya Waisak akan disiarkan secara langsung melalui digital (live streaming) dan dapat disaksikan oleh umat Buddha dari rumah.
Begitulah yang disampaikan oleh Hendri, dan pastinya apa yang disampaikan olehnya tersebut tentu berlaku sama bagi seluruh umat Buddha yang tersebar di seantero nusantara ini.
Ya, memang inilah realita yang terjadi, pandemi korona membuat semuanya terdampak, termasuk ibadah umat beragama, namun meski harus dihadapkan dengan kondisi pandemi korona perayaan hari raya Waisak, puasa ramadhan, dan secara umumnya seluruh ibadah umat beragama di Indonesia tak kehilangan esensinya dan tetap memiliki makna persakeberagaman dalam keberagamaan.
Justru di saat musibah seperti pandemi korona inilah, seluruh umat beragama dapat mempraktikkan toleransi itu secara nyata, tanpa adanya diskriminasi semua umat beragama saling mengerti dan memahami saling membantu dan gotong royong ditengah keberagaman dan keberagamaan.
Sebab keberagaman adalah merupakan ciri khas Indonesia yang bhineka, keberagaman yang juga terwujud pada keberagamaan umat yang pada hakekatnya adalah kekuatan yang menyatukan umat beragama dan bukan hal yang melemahkan dan mencerai beraikan umat beragama.
Keberagaman merupakan sebuah interpretasi demokrasi dalam kehidupan masyarakat Indonesia guna membangun kebersamaan antar masyarakat yang merupakan cerminan semboyan Indonesia yaitu "Bhineka Tunggal Ika", berbeda-beda tapi tetap satu jua.
Sehingga keberagaman ras, suku, budaya, dan agama bukanlah suatu penghalang bagi masyarakat Indonesia untuk saling toleransi dan saling menghormati diantara sesama umat beragama.
Selamat Hari Trisuci Waisak 2564. Semoga semua makhluk tetap saling mengasihi antar sesama, semoga persaudaraan dan rasa gotong royong bersama ini, dapat membuat Indonesia mampu melewati ujian yang tengah dihadapi saat ini.
Semoga bermanfaat.
Sigit Eka Pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H