Semua makanan keliatan lezat, rasanya mau dimakan dan dihabisin semua, pengen dibeli semua dan pengen diborong semua.
Padahal ketika baru dimakan sedikit, tapi rasanya sudah kenyang, beginilah kira-kira fenomena kalau perut lagi lapar yang bikin lapar mata, yang seringkali menyebabkan "kalap" soal makanan.
Padahal kalau bisa beli secukupnya saja atau makan sesuai porsi terlebih dahulu, pengeluaran bisa lebih dihemat dan tidak menyesal karena boros, dan tidak mubazir jadi buang-buang makanan secara percuma.
Apalagi saat sedang puasa, lapar mata soal makanan ini seringkali muncul dan tak tertahankan, ketika pandangan mata teriming-iming tampilan cantik nan menggoda berbagai makanan yang kelihatan lezat semua untuk disantap ini.
Seringkali terjadi saat waktu berbuka puasa tiba, semua lauk dan pauk diambil secara berlebihan, piring makan penuh, tapi yang terjadi ternyata seringkali tidak habis saat dimakan, tersisa dan mubazir.
Padahal kalau tadi sebelumnya bisa mengambil dengan porsi secukupnya terlebih dahulu dan kalau kurang bisa nambah lagi, makanan tidaklah jadi mubazir.
Ya, inilah yang sebenarnya yang jadi sangat disayangkan, apalagi sampai jadi mubazir, lapar mata soal makanan terkadang membuat terlupa jadi nampak serakah.
Sayang sekali rasanya kalau makanan itu jadi mubazir, atau terbuang percuma, padahal kalau bisa dipikir lebih dalam lagi, masih banyak orang-orang susah di luaran yang kesusahan soal makanan atau susah beli makan.
Lapar atau kelaparan soal perut, memang wajar adanya, apalagi saat sedang berpuasa, tapi perut lapar jangan juga  jadi bikin lapar mata.
Karena belum tentu semua makanan yang nampaknya terlihat lezat dimata itu dapat sesuai selera rasa dan diterima oleh perut.
Memang tidaklah dipungkiri lapar mata soal makanan terkadang justru menimbulkan rasa lapar yang begitu menggoda, tapi agar dapatnya bisa menahan diri, sehingga tidak menimbulkan sifat serakah ataupun rasa kurang bersyukur.
Selain itu, lapar mata soal makanan ini bisa jadi kebiasaan yang merugikan kalau tidak dapat diatasi atau dapat menahan diri.
Jadi sebenarnya kalau menurut penulis, maka lapar mata soal makanan ini agar hendaknya memang harus bisa dikontrol, seyogianya ketika lapar perut tidak harus mengikuti keinginan ketika lapar itu mempengaruhi pandangan mata ketika melihat makanan.
Janganlah juga gegara lapar mata jadi kelupaan, malah jadi terlihat serakah, malah jadi merugi karena justru pengeluaran jadi boros dan justru kelihatan kurang bersyukur.
Diakui atau tidaknya, maka lapar mata soal makanan ini, seringkali membuat sebuah rasa penyesalan yang selalu datangnya dibelakang.
Lapar mata soal makanan seringkali membuat kekhilafan ketika hasrat dan keinginan itu berubah jadi hawa nafsu yang tidak terkontrol.
Maka lapar mata soal makanan ini, tentunya tak harus atau jangan selalu dituruti, mengikuti atau mewujudkan apa yang nampak terlihat indah dan lezat dipandang oleh mata.
Karena belum tentu semua yang nampak indah dan lezat dipandangan mata untuk dimakan itu saat benar-benar dimakan dapat sesuai selera dan diterima oleh perut.
Begitu juga lapar mata soal beli makanan yang nampaknya kelihatan enak semua, sehingga saat melihat makanan ini rasanya ingin dibeli semua secara berlebihan.
Karena belum tentu saat semua makanan yang telah terlanjur dibeli tersebut ketika disajikan dapat habis dimakan.
Lebih baik beli secukupnya saja, yang sekiranya saat disajikan dapat habis dimakan dan daripada juga jadi mubazir dan jadi menyesal.
Semoga bermanfaat.
Sigit Eka Pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H