Lalu yang jadi pertanyaan adalah kenapa bisa APBN diprediksikan defisit sampai Rp. 853 Milyar, darimana menakarnya dan bagaimana menalar kebijakan pemerintah menjaga stabilitas keuangan dan ekonomi negara terkait defisitnya APBN?
Sebelumnya penulis perlu membatasi dahulu, penulis hanya ingin berbagi manfaat, bahwa apa yang akan di jabarkan ini hanyalah berdasarkan analisis dan opini saja, karena pastinya banyak yang lebih pakar lagi dari penulis tapi setidaknya semoga sedikit cara sederhana ini bisa bermanfaat.
Seperti yang diketahui prediksi defisit APBN adalah Rp. 853 Triliun (ini merupakan pembulatan dari Rp. 852,9 Triliun).
Target APBN awal yang sudah ditetapkan negara adalah sebagai berikut;
Pendapatan Rp. 2.233,2 Triliun
Belanja Rp. 2.233,2 Triliun
Pendapatan negara sampai sekarang adalah Rp. 1.760,9 Triliun, kalau sesuai target awal APBN secara normalnya beban target pendapatan negara harusnya hanya tersisa Rp. 472,3 Triliun, sehingga total pendapatan sesuai target APBN Awal adalah Rp. 2.233,2 Triliun.
Belanja negara sampai saat ini adalah Rp. 1.760,9 triliun.
Sesuai APBN Awal bila tidak terjadi defisit maka pagu belanja normal hanya tersisa Rp. 472,3 Triliun saja, jadi total belanja negara sesuai pagu belanja APBN awal yaitu Rp. 2.233,2 Triliun.
Namun rupanya pemerintah meleset dari target APBN awal, karena seiring waktu berjalan setelah pemerintah mengalkulasinya, ternyata ada peningkatan beban pagu belanja negara sebesar Rp. 307,2 Triliun dari target pagu belanja APBN awal.
Sehingga pagu belanja APBN awal yang semula adalah Rp. 2.233,2 Triliun, mesti ditambah lagi pembiayaannya sesuai peningkatan pagu beban belanja, maka pagu belanja APBN naik menjadi Rp. 2.504,4 Triliun.
Artinya telah terjadi defisit, pada APBN pendapatan, maka agar pos pendapatan APBN tetap imbang pemerintah harus menggenjot pendapatan negara untuk menutupi tombokan pembiayan Rp. 307,2 Triliun, sehingga target pendapatan APBN awal yang semula adalah Rp. 2.233,2 Triliun naik terbebani atau meningkat menjadi Rp. 2.504,4 Triliun.
D itengah morat maritnya APBN karena sudah mengalami defisit pendapatan Rp. 307,2 Triliun, tak dinyana serangan global wabah pandemi corona yang sempat diremehkan pemerintah, ternyata mampu masuk menyerang Indonesia dan semakin membuat morat marit APBN.
Pemerintah memang sempat gugup, gagap dan kebingungan, belum lagi selesai mengatasi defisit APBN Rp. 307,2 Triliun, tetiba datang badai serangan pandemi corona.