Inilah yang perlu ditelusuri dengan teliti, jangan sampai  niat masyarakat yang memang murni melestarikan sejarah dan budaya tapi dihantam rata dianggap subversif ataupun sesat.
Tentu saja yang murni ingin melestarikan sejarah dan budaya, maka inilah yang sangat perlu diasuh diperhatikan dan difasilitasi.
Apalagi di tengah agak terbatasnya jumlah para sejarawan dan budayawan sekarang ini ditambah juga proses regenerasi yang sedikit lamban, seyogianya pemerintah bisa lebih peduli.
Dengan memberdayagunakan, membina dan mengarahkan potensi potensi sejarah dan budaya di dalamnya terkait keraton dan kerajaan baru tersebut menuju kearah yang lebih baik dan benar.
Sejarawan dan budayawan lokal yang turut bermunculan dari dampak adanya fenomena kerajaan dan keraton baru tersebut adalah potensi yang sangat besar, dan sangat perlu diarahkan dan dibina.
Seperti juga diketahui keraton dan kerajaan yang baru baru ini ikut viral bermunculan malah ada yang sudah bertahun tahun lamanya eksis tapi belum terjamah dan belum ada sentuhan tangan pemerintah untuk perduli dan memperhatikannya.
Mereka bersusah payah berjuang dengan inisiatif sendiri untuk melestarikan warisan sejarah dan budaya nusantara.
Giliran ada polemik, baru kemudian pemerintah ramai mempersoalkannya, inilah yang jadi tanda tanya besar, kenapa kok bisa begitu, selama ini ke mana, kok baru tau sekarang, kan agak kurang elok jadinya, ini menandakan pemerintah agak kurang asuh dengan potensi potensi baru sejarah dan budaya yang mulai muncul tersebut.
Oleh karenanya, terkait fenomena munculnya kerajaan dan keraton baru tersebut di seluruh nusantara ini agar dapatnya menjadi kepekaan dan perhatian yang lebih mendalam lagi dari pemerintah.
Agar kiranya jangan hanya dinilai dari sudut pandang yang negatif dan sempit saja, tapi perlu ditelusuri dengan sudut pandang yang lebih luas lagi.
Sehingga kearifan kearifan lokal nusantara, baik mengenai, orang orang yang terlibat didalamnya hingga sejarah maupun budaya yang terkandung didalamnya bisa tetap lestari dan tidak semakin punah.