Apalagi perhelatan Pemilu Pilpres langsung tahun 2019 lalu semacam revans dari Pilpres 2014, sebagai ajang pembuktian siapakah yang paling layak menang, kemenangan yang sangat bergengsi untuk dapat diakui, apakah Cebong atau Kampret yang layak diatas.
Kesalahan besar para elit politik yang kurang bijaksana mengusung kader kandidat calon presiden jadi penyebabnya.
Dua kali perhelatan Pilpres dengan hanya dua kandidat pasangan yang bersaing. Dengan mengusung masing masing calon presiden pada pilpres 2019 dengan kandidat yang sama pada pilpres sebelumnya.
Inilah yang patut jadi pelajaran berharga, mengapa terjadi kubu sebelah, kubu cebong ataupun kubu kampret di negeri ini.
Oleh karenanya kedepan agar dapatnya perhelatan Pemilu Pilpres tidak hanya mengusung dua Paslon yang bersaing tapi bisa tiga paslon atau empat paslon agar lebih demokratis.
Masa 10 tahun terpolarisasi bukanlah masa yang singkat begitu saja dapat hilang dari benak masyarakat. Inilah yang patut disadari, mengapa masyarakat begitu sangat sensitif dan tendensius saat ini.
Semoga saja kedepan pemerintah, para elit politik ataupun para pemangku kepentingan lainnya, dapat lebih evaluatif dan menjadikan sebagai pengalaman berharga agar jangan sampai terulang kembali.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H