Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hai, Agnes Mo! Ini Nasionalisme Saya!

30 November 2019   14:08 Diperbarui: 30 November 2019   14:11 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasionalisme ala saya | Dokumen Indosport.com

Nasionalisme, begitu banyak pendapat orang-orang ketika membahas dan berbicara tentang nasionilsme.

Ada yang berkata nasionalisme adalah bagaimana bentuk kecintaan tanah air seseorang terhadap negaranya, bagaimana tentang sebuah kebanggaan sebagai seorang warganegara yang lahir dalam suatu negara.

Atau bagaimana nasionalisme itu muncul ketika ada saudara setanah air dan bangsa ada yang sedang tersakiti ataupun tertimpa musibah, akan saling simpati dan empati.

Dan masih banyak lagi tentang bagaimana bentuk perwujudan nasionalisme itu pada masing-masing orang.

Semua itu adalah benar,  tapi sejatinya, pernahkah nasionalisme itu benar-benar utuh terbangun dari dasar lubuk hati, jiwa dan raga? Bagaimana rasa nasionalisme itu, seperti apakah?

Sejatinya nasionaliame itu adalah merupakan rasa dan spirit yang dimiliki dan terbangun dalam karakter setiap orang.

Secara teori kita mungkin bisa berkata seperti apa yang kita utarakan bahwa nasionalisme itu seperti ini, seperti itu dan sebagainya.

Namun ketika ditanyakan nasionaliame itu rasanya seperti apa, semangat atau spiritnya seperti apa, belum tentu semua bisa menjawabnya?

Ada sedikit pengalaman saya ketika nasionalisme itu begitu saya rasakan, semangatnya begitu membara, membakar jiwa dan raga.

Ketika saya menonton dilayar kaca, sebelum pertandingan Timnas Sepakbola Indonesia melawan Timnas sepakbola negara lainnya, selalu dikumandangkan lagu kebangsaan dari masing-masing negara.

Tiba lagu Indonesia Raya dikumandangkan, saya turut berdiri, meskipun saya hanya didepan layar kaca, bait demi bait lagu Indonesia Raya turut saya lantunkan, tangan kanan saya mengepal dan saya silangkan didada, tetiba seiring bait demi bait, serasa ada aura magis yang saya rasakan, tubuh bergetar hebat dan merinding.

Saya merasakan sebuah spirit yang luar biasa semakin lirih dan bergetar suara saya, air mata turut mengalir dan menderas, saya merasa seperti ada distadion, saya seperti ada diantara pemain, merasakan spirit mereka dan seperti ada bersama ribuan pendukung Timnas Indonesia yang menonton distadion, saya merasa berdiri satu bersama dan berdoa atas nama Indonesia.

Itulah yang saya tau, bagaimana ternyata nasionalisme itu, adalah rasa dan spirit yang terbangun dari kedalaman ruh dan jiwa.

Lebih yakin lagi saya rasakan ketika nasionalisme itu begitu menjiwa, tatkala saya turut berdiri tegak didepan layar kaca ketika, turut menyaksikan pengalungan medali emas para atlet, dan kumandang lagu Indonesia raya mengiringi bendera merah putih perlahan naik di puncak juara.

Betapa rasa kebanggaan itu benar-benar saya miliki sebagai bangsa Indonesia, betapa saya bangga pada para atlit pejuang yang berjuang demi Indonesia dan demi berkibarnya sang merah putih di tangga juara.

Padahal saya hanya menyaksikannya didepan layar kaca, tapi rasa dan spirit itu seolah menyatu bersama diantara mereka.

Inilah sedikit pengalaman yang saya rasakan ketika berbicara tentang nasionalisme itu.

Nasionalisme itu ada, ketika rasa dan spirit itu benar-benar bisa terbangun dan bangkit dari dasar ruh dan jiwa.

Untuk menumbuhkan rasa ke-Indonesia-an yang sesungguhnya, spirit sakral yang bangkit karena bangga dan pengakuan bahwa Indonesia adalah sebagai identitas sejati diri dan sebagai tanah air kelahiran diri karena tumpah darahnya di Indonesia.

Dimanapun berada diujung, dunia sekalipun, ketika rasa dan spirit itu selalu ada, maka Indonesia akan selalu di jiwa dan raga.

Dan saya akan berkata pada Agnez Mo yang lupa pada identitas sejatinya sebagai Indonesia.

Bahwa saya orang Indonesia, darah ku tumpah di Indonesia, maka bangsaku adalah Indonesia.

Hai Agnez Mo, Ini Nasionalisme saya!

Semoga bermanfaat.

Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun