Kabar mengejutkan mewarnai berita-berita yang beredar baik melalui gambar dan video dari berbagai media yang tersebar ke seluruh pelosok nusantara, yang menginformasikan peristiwa penyerangan yang mengakibatkan ditusuknya Menkopolhukam RI Wiranto di pandeglang, Banten.
Peristiwa ditusuknya Wiranto dilakukan oleh pasangan suami istri yang sangkaannya adalah sebagai terduga simpatisan terosis ISIS. Dan Wiranto sampai harus dirawat secara intensif akibat luka tusukan sekitar perut di RSPAD Gatot Subroto Jakarta.
Motif penusukan diselidiki oleh pihak kepolisian dan pihak terkait lainnya dan dilakukan pengembangan kasus, untuk mencari dalang dibalik peristiwa penusukan Menkopolhukam RI Wiranto.
Berlatar dari peristiwa penusukan ini, berbagai kalangan hingga masyarakat, masih banyak bertanya-tanya dan menduga-duga terkait motif serta bagaimana peristiwa tersebut bisa terjadi.
Dan yang pasti bila melihat secara kronologis peristiwa penusukan tersebut, maka penusukan yang dilakukan terhadap Wiranto sudah sangat direncanakan secara matang sebelumnya.
Namun yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana bisa sang pelaku bisa melakukan penusukan tersebut, bagaimana bisa pelaku dapat menembus pengamanan yang berlapis dan berada dengan jarak yang begitu dekat dengan Wiranto.
Padahal secara prosedural pengamanan pejabat seperti pengamanan Presiden, Menteri atau pejabat setingkat menteri lainnya sangat ketat dan berlapis, inilah yang jadi tanda tanya besar?
Sejauh pengalaman dan pengetahuan penulis yang pernah terlibat dalam tim peliput yang diikutkan tergabung dalam Satgas Pam VVIP Pejabat Negara. Maka dalam setiap even-even lawatan atau kunjungan pejabat Negara prosedur pengamanan yang diterapkan benar-benar sangat berlapis dengan tingkat keamanan yang sangat superketat.
Maka dengan pengamanan berlapis dan sangat superketat tersebut sejatinya tidak akan bisa sembarang orang mampu mendekati batas jarak yang ditentukan oleh Satuan kelompok  pengamanan pejabat Negara.
Tingkat pengamanan dari Pam Ring 4, 3, 2, 1 sampai Pam VVIP seluruhnya memiliki SOP pengamanan yang sangat ketat, sebaran personel-personel Intelijen, Sniper Khusus, dan personel berkemampuan khusus lainnya, sudah pasti sangat melekat pada pejabat negara yang diamankan dan sudah ditempatkan pada titik-titik yang telah ditentukan guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Di samping itu personel-personel yang bertugas tersebut sudah tentu telah dibekali kemampuan khusus dan sangat mumpuni serta sangat terlatih dalam situasi dan kondisi bila terjadi kemungkinan yang menjurus dalam kontinjensi atau darurat.