Seni Bela diri tradisional Pencak Silat merupakan merupakan salah satu warisan kebubayaan bangsa Indonesia yang sampai dengan saat ini masih lestari. Bahkan telah mendunia dan menjadi cabang olah raga yang dipertandingkan dalam ajang kejuaraan dunia seperti Sea Games maupun Asian Games.
Pencak silat banyak terdapat diberbagai daerah provinsi di Indonesia. Pencak silat dapat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter dari seseorang, melalui keselamatan atau kesiagaan dalam diri seseorang menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh dalam rangka menumbuhkan jiwa patriotik, luhur, disiplin, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dituangkam dalam irama gerak yang serasi dan menarik.
Pencak adalah gerak langkah keindahan dengan menghindar, yang disertakan gerakan berunsur komedi. Pencak dapat diperlombakan sebagai sarana hiburan, sedangkan silat adalah unsur teknik bela diri menangkis, menyerang dan mengunci yang tidak dapat diperagakan didepan umum (Abdus Syukurmaryono: 1998).
Seperti halnya pencak silat yang ada didaerah Minangkabau, Provinsi Sumatera Barat. Silat, Â dalam bahasa Minang disebut "silek", juga
berkembang ke seluruh penjuru Sumatera Barat.
Salah satu silek yang terkenal diantaranya adalah silek lanyah yang merupakan silek yang berasal dari Desa Kubu Gadang, Kelurahan Ekor Lubuk, Kecamatan Padang Panjang Timur, Kota Padang Panjang.
Kampung Kubu Gadang ibarat kata bagaikan sebuah permata yang terpendam, harta karun yang tersimpan di Wilayah Nusantara Indonesia.Â
Menurut pengalaman rekan rekan penulis yang pernah berkunjung kesana, bila ada di Kubu Gadang, tidak ada perasaan lain selain kebahagiaan yang begitu menenangkan jiwa raga, Â karena penuh dengan pesona keindahan alam dan suasana hangat serta humanis dari kebersamaan masyarakat.
Silek Lanyah menurut daerah asalnya secara harfiah dapat berarti silat di atas tanah basah atau lumpur. Silek Lanyah sering dilakukan di petak petak sawah yang basah atau tergantung petakan mana yang tersedia.Â
Sebenarnya, Silek Lanyah secara turun temurun merupakan atraksi silat yang dikembangkan dari Silek Tuo Gunuang yang diwariskan dari masa ke masa di Desa Kubu Gadang.
Silek lanyah akhirnya bereinkarnasi kembali sejak gelar baru disandang oleh Kubu Gadang. Silek lanyah di gagas oleh anak muda, dari usia tujuh hingga lima belas tahun yang dengan kesungguhan berkeinginan melestarikan tradisi.Â
Menurut pengunjung, bila datang ke Desa Kubu Gadang, maka sesuai dengan tradisi di sana pengunjung yang memakai rok atau celana pendek akan dipinjamkan kain secara gratis.
Ketika silek lanyah di peragakan, biasanya akan disertai dengan tabuhan Gendang dan diiringi oleh tiupan serunai, kemudian beberapa pasang
pesilat turun ke sawah dengan kuda- kudanya.
Para Pesilat-pesilat menunjukan jurus jurus seperti jurus bantingan dan tatkala jatuh maka airpun berkecipak ke mana-mana. Sesekali mereka beradu jurus. Silat ini bagaikan tarian jebakan terkadang elok menawan, terkadang menaklukkan.
Setelah pertunjukan Silek Lanyah, biasanya pengunjung yang datang ke Kubu Gadang juga akan disuguhkan Kuliner yang dinamakan makan baradaik di tempat lesehan.
Wadah nampan besar berisi piring-piring lauk. di isi dengan lauk atau samba dendeng batokok, gulai telur puyuh, sayur anyang atau sejenis urap dan karupuak ubi balado lalu menyantapnya secara bersama-sama di tempat lesehan.
Inilah Kampung Kubu gadang dengan silek lanyah yang dimiliki  dan ikon wisata lainnya seperti edukasi, seni, budaya dan wajah Indonesia kota Padang Panjang di Sumatera Barat yang memiliki kebersahajaan masyarakat sehari-hari, penampilan kesenian, tempat bersejarah dan pemandangan alam yang masih asri.
Hanya berbagi.
Ditulis berdasarkan referensi berbagai sumber.
Sigit.