Saat itu beliau menjadi kurir surat dan peluru, kemudian karier beliau meningkat menjadi komandan tim sabotase. Tim tersebut bertugas mengganggu konvoi pasukan Belanda yang melintas di daerah Subang, Kalijati, dan Pamanukan.
Sampai akhirnya beliau tertangkap juga oleh pasukan Belanda di daerah Pegaden Baru. Saat itu usianya baru 14 tahun. Meskipun masih muda belia, pihak penjajah Belanda menganggap Edhi Sunarso merupakan pejuang yang sangat berbahaya maka beliaupun ditahan secara berpindah-pindah mulai dari Subang, Cibinong, Pamanukan, Purwakarta, Bandung, hingga akhirnya dibawa ke Nusakambangan.
Namun karena usianya yang masih muda belia maka beliaupun akhirnya dikembalikan ke penjara Bandung. Kemudian selama menjalani masa tahanan tersebut bapak Edhi Sunarso menekuni seni melukis dan belajar bahasa Inggris.
Kemudian berkat jerih payah usaha dari organisasi wanita Persatuan Ibu-Ibu Rantai Emas Negara Pasundan, akhirnya Bapak Edhi Sunarso dibebasan dan pada saat itu usianya telah menginjak 17 tahun.
Lalu sejak saat itu beliau pergi ke Yogyakarta menyusul induk pasukannya yang telah hijrah
ke Yogyakarta. Perjalanan menuju Yogyakarta pun tidak dilaluinya dengan mudah karena terhalang oleh garis demarkasi yang dikenal dengan nama Garis Van Mook.
Di Yogyakarta beliau sempat bertemu dengan orang tua kandungnya sendiri dan disinilah diketahui bahwasanya memiliki nama lahir Wiryanto. Namun Edhi Sunarso akhirnya memilih meninggalkan keluarga dan melanjutkan perjalanannya ke induk pasukannya.
Masa Berkarya beliau sebagai Seniman
dimulainya di Yogyakarta setelah menemukan informasi keberadaan pasukannya, ternyata didapat informasi bahwa mereka telah longmarch kembali ke Jawa Barat.
Pada saat itu kondisi kota Yogyakarta penuh dengan pemuda- pemuda yang pegang senjata dan bergaya seperti cowboy. Selain itu di setiap sudut kota, tembok-tembok bangunan dipenuhi lukisan- lukisan bertema perjuangan.
Karena terbawa suasana dengan apa yang terjadi pada masa itu Bapak Edhi Sunarso akhirnya turut serta melukis di sebuah tembok.
Pada saat itu beliau berkenalan dengan seorang pemuda bernama Hendra Gunawan seorang yang berprofesi sebagai pelukis dan kebetulan saat perkenalan tersebut ternyata keduanya  sama-sama berasal dari Jawa Barat.
Oleh Hendra Gunawan, Edhi Sunarso kemudian ditawari menjadi siswa luar biasa di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI). dan beliaupun tak menampik penawaran tersebut maka sejak itu beliau mulai belajar di ASRI.