Amerika Serikat (USA) yang terus berlarut larut diindikasikan semakin memanas saja.
Konflik perang dagang yang terjadi antara Tiongkok (China) danMeskipun kadang kala juga mereda, namun saat kondisi tengah memanas tak sedikit pengaruhnya pada pasar global, maka ketika Kondisi perang dagang ini semakin meruncing sangat berdampak besar bagi berbagai sektor bursa saham pasar global dunia.
Seperti saat konflik panas keduanya saat China dinilai sengaja melakukan pembiaran terkait melemahnya nilai mata uang Yuan hingga level 7,0 lebih terhadap Dollar Amerika dan ini baru kali pertama terjadi dalam sejarah mata uang China.
Kemudian hal ini semakin dipicu dengan pernyataan Donald Trump Presiden USA beberapa waktu lalu, yang menilai China secara sengaja melakukan manipulasi nilai mata uang Yuan. Seperti dikutip dari akun twitternya dengan tegas Trump berkicau " ini namanya manipulasi nilai mata uang."Kicau Trump.
Terkait tudingan Trump, dalam hal ini Yi Gang Gubernur Bank Central China atau BI nya China turut ambil bicara dan membantah cuitan Trump, dikatakan oleh Yi Gang, China tidak akan menggunakan mata uang Yuan sebagai alasan untuk bertikai dengan USA.
Menurutnya langkah China melalui Bank Central untuk menjual Obligasi senilai 30 Milyar Yuan atau setara 4,2 Milyar Dollar Amerika di Hongkong yang rencananya akan dilakukan pada medio 14 Agustus 2019 mendatang akan menguras likuiditas di luar negeri, sehingga hal ini akan berpengaruh pada nilai mata uang Yuan yang menjadi lebih mahal. "Ungkap Yi Gang.
Sementara itu dampak dari konflik antara kedua negara ini, memicu kekhawatiran para pelaku pasar dan para Investor sehingga bursa saham Asia sampai anjlok pada hari Senin 5 Agustus 2019 lalu dan juga berdampak global pada bursa saham Amerika Serikat dan Eropa.
Menurut analisa berbagai pakar bisnis dunia dan senada juga menurut penulis, langkah China ini memang dinilai adanya indikasi China hanya bergerak berlandaskan bisnis semata sehingga memicu gelombang aksi jual di seluruh pasar global dan diprediksikan konflik dagang yang terus berlanjut diantara kedua negara ini akan membuat suram pasar global seluruh dunia dalam beberapa jangka waktu kedepan.
Lalu mengenai Konflik dagang China dan USA ini apa dampaknya bagi Indonesia?
Tentu saja bagi Indonesia terkait hal ini tidak bisa dipandang sebelah mata, meskipun konflik dagang kecua negara tersebut terkadang memanas, mereda lalu meruncing lagi, karena ini menjadi ancaman baru bagi perekonomian Indonesia.
Apalagi saat ini sektor Ekspor Indonesia tengah terpuruk, ini dapat dilihat dari Data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yang menyatakan bahwa kinerja Ekspor Indonesia sampai Triwulan II TA.2019 mengalami perlambatan sekitar 1,81 persen dibanding pada periode yang sama di Tahun 2018 lalu.
Perlambatan ini ditengarai berasal dari menurunnya sektor Ekspor Migas yang juga dibarengi dengan penurunan harga terhadap komoditas Migas sampai Semester I Triwulan II Tahun 2019.
Selain itu secara umum perekonomian Indonesia mencapai angka terendah dalam 2 tahun ini, yang hanya tumbuh sekitar 5,05 Persen sampai Semester I Triwulan II Tahun 2019.
Namun terkait kondisi ini, Menko Perekonomian, Bapak Darminto turut memberikan pernyataan, mengenai hal ini, Darminto merasa tetap optimis kalau pertumbuhan Ekonomi dapat terus tumbuh meskipun perlu usaha keras dihadapkan dengan dinamika yang terjadi.
Memang perlambatan Ekonomi Indonesia hingga 5,05 tersebut terjadi diluar perkiraan, namun tetap yakin pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2019 akan tetap tumbuh hingga 5,2 Persen.
Lalu berkaitan permasalahan perlambatan Perekonomian Indonesia ini, tentunya pemerintah Indonesia ini harus mengambil langkah mengatasinya.
Seyogyanya pemerintah harus sesegera mungkin membenahi permasalahan yang menjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi ini, tentunya juga hal ini harus dibarengi dengan memaksimalkan sektor yang telah memberikan andil besar dalam pertumbuhan ekonomi.
Dan yang tak kalah penting, pemerintah diharapkan mempercepat dan mempertegas implementasi kebijakan reformasi di bidang ekonomi, seperti memaksimalkan dan mengoptimalkan hilirisasi dan menciptakan iklim yang kondusif bagi para pelaku pasar dan para investor.
Ancaman demi ancaman pada sektor pasar global semakin nyata, oleh karena itu bila tidak secepat mungkin pemerintah Indonesia bertindak maka niscaya kondisi perlambatan pertumbuhan ekonomi ini akan terus berlarut-larut.
Namun bila pemerintah serius mengatasi dan menghadapinya Niscaya pertumbuhan ekonomi yang diinginkan akan tercapai sesuai tujuan dan sasaran, dan ini semua demi kemajuan Ekonomi Indonesia.
Semoga bermanfaat.
Sigit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H