Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Para "Lady Boy" Semakin Banyak?

17 Juli 2019   23:03 Diperbarui: 19 Juli 2019   07:28 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya, memperlakukan anak laki-laki sama dengan perempuan dengan memanjakannya atau tidak adanya sikap tegas dalam memperlakukan anak. Selain itu juga kurang peka memperhatikan dan mengontrol perkembangan serta perilaku anak lelakinya yang menjurus ke feminim dan kewanita-wanitaan.

Dari penelitian oleh para ahli terhadap waria, ada pengaruh psikis yang merasa bahwa dirinya sebenarnya bukan pria namun perempuan yang sedang terjebak dalam tubuh yang salah, yang harus berada di tubuh laki-laki.

Sehingga kondisi ini mempengaruhi pola pikir mereka dalam menentukan gendernya, yang pada akhirnya mereka memutuskan menjadi wanita.

Merunut dari kondisi psikis ini, patut diruntun kembali bagaimana peran orang tua saat dahulunya sebelum jadi waria saat masa kanak kanaknya hingga menuju dewasa pasti ada yang salah dalam pola pengasuhan.

Ditambah lagi kondisi faktor ekonomi setelah lepas dari tanggung jawab orang tua juga sangat berpengaruh, mau tidak mau mereka yang tersesat dan salah jalan ini harus tetap mencari nafkah, sehingga bekerja jadi bahan hiburan dengan gaya wanita harus pun ditempuh.

Faktor lainnya adalah faktor genetik, faktor ini tidak terkait dengan faktor orang tua karena memang bawaan semenjak lahir. Faktor tersebut menyebabkan seseorang merasa bingung menentukan identitas gendernya. Apakah dirinya memang terlahir untuk menjadi seorang laki-laki atau perempuan.

Berkaitan dengan ini ada istilah interseks, di mana membuat kondisi seorang pria tidak memiliki ciri eksklusif sebagai laki-laki maupun perempuan. Ini bisa disebabkan karena memang kromosomnya berbeda dari manusia lainnya. Akhirnya memutuskan untuk memilih menjadi seorang perempuan walaupun sebenarnya adalah laki-laki.

Dalam menelisik perkembangan jumlah waria di Indonesia penulis hanya mendapat data dari laporan Kementerian Kesehatan yang dikutip dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional yang mengungkap jumlah Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki (LSL) alias gay sudah mencapai angka jutaan.

Berdasarkan estimasi Kemenkes pada 2012, terdapat 1.095.970 LSL baik yang tampak maupun tidak. Lebih dari lima persennya (66.180) mengidap HIV. Sementara, badan PBB memprediksi jumlah LGBT jauh lebih banyak, yakni tiga juta jiwa pada 2011.

Padahal, pada 2009 populasi gay hanya sekitar 800 ribu jiwa. Mereka berlindung di balik ratusan organisasi masyarakat yang mendukung kecenderungan untuk berhubungan seks sesama jenis.

Sampai akhir 2013 terdapat dua jaringan nasional organisasi LGBT yang menaungi 119 organisasi di 28 provinsi. Pertama, yakni Jaringan Gay, Waria, dan Laki-Laki yang Berhubungan Seks dengan Laki laki Lain Indonesia (GWLINA) didirikan pada Februari 2007.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun