Sejarah ajang penetapan Piala Sudirman yang terselenggara hingga saat ini, ternyata dimulai dengan lika liku perjalanan yang tidak semudah membalik telapak tangan.
Dalam rangka menetapakan ajang tersebut Indonesia membutuhkan upaya dan usaha yang keras demi memperjuangkan Piala Sudirman agar disetujui IBF. Karena pada saat itu para anggota IBF dari Eropa juga mengusulkan Herbert A. E. Scheele Trophy yang merupakan sekretaris jenderal IBF sebagai nama piala untuk kejuaraan beregu campuran putra-putri, yang digelar dua tahun sekali.
Sejarah penetapan nama dan ajang Piala Sudirman berawal dari perbincangan Suharso yang diutus Komisi IBF Indonesia Titus Kurniadi sebagai diplomat Bulutangkis Indonesia untu menemui Presiden IBF Ian Palmer, sesuai dari buku yang diterbitkan oleh Suharso yang dikisahkan dalam bukunya Suharso Suhandinata, diplomat bulutangkis.
Suharso menayakan, Saya ingin bertanya, jika ada piala lagi, harus dari mana?" tanya Suharso. Dengan spontan Ian Palmer menjawab, "Harus dari Asia." Suharso pun mendesak Ian untuk menyebut nama jika akan diadakan piala baru untuk turnamen IBF. "Sudirman," jawab Ian lebih lanjut.
Berangkat dari perbincangan tersebut akhirnya Ian Palmer presiden IBF mengemukakan ide tersebut dalam sidang IBF pada 1988. Gagasan itu langsung disetujui dalam sidang dan dicetuskanlah nama "Piala Sudirman" sebagai ajang turnamen beregu campuran yang baru.
Dan untuk pertama kalinya Indonesia diberi kehormatan menjadi tuan rumah untuk pertama kalinya. Ajang Piala Sudirman ini mempertandingkan nomor ganda campuran, tunggal putra, tunggal putri, ganda putri, dan ganda putra.
Turnamen Piala Sudirman pertama dilaksanakan pada 1989 di Jakarta, dan diikuti oleh 28 negara. Pertandingan Final berlangsung pada 29 Mei 1989 di Istora Senayan, Jakarta yang mempertemukan Indonesia vs Korea Selatan.
Piala ini hampir saja digondol oleh Korea Selatan, karena dua partai ganda Indonesia kalah, yakni pasangan ganda putra Eddy Hartono/Gunawan, dan pasangan ganda putri Verawaty Fajrin/Yanti Kusmiati. Indonesia tertinggal 0-2.
Beruntung dalam partai ketiga, perjuangan heroik nan sengit tunggal putri Susi Susanti yang berhadapan dengan Lee Young-suk, memberikan Indonesia 1 angka kedudukan jadi 1-2 saat itu.
Pada partai berikutnya Indonesia menurunkan tunggal putra Eddy Kurniawan melawan Han Kok-sung. Eddy menang mudah dalam dua set dengan skor Kemenangan ini pun menyamakan poin Indonesia atas Korea Selatan, menjadi 2-2 saat itu.
Partai penentuan ada di tangan pasangan ganda campuran. Indonesia menurunkan Eddy Hartono/Verawati berhadapan dengan Park Joo-bong/Chung Myung-hhe. Pertandingan ini berlansung sangat menegangkan dan mendebarkan degub jantung.