Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Venezuela di Ambang Petaka dan Kehancuran

15 Maret 2019   15:56 Diperbarui: 12 Juli 2019   21:59 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Venezuela, Negara dengan ibukota Caracas dengan populasi sekitar 31 juta penduduk ini yang dahulunya kaya nan raya, kini diambang kehancuran, bahkan terakhir sebelum krisis bahwa pendapatan perkapita penduduknya sekitar $ 4.300. Ini terbilang makmur untuk suatu negara.

Kondisi Venezuela terakhir di tahun 2019, semakin memprihatinkan, sehingga pemerintahnya menyatakan Venezula sedang dilanda krisis.

Beberapa hal yang menjadi penyebab dibalik krisis tersebut sampai kini masih belum dapat diatasi oleh pemerintah, sesuai hasil analisa dan beberapa sumber yang merilis kondisi negara tersebut mengemukakan hasil analisis yang kurang lebih hampir seragam.

Seperti halnya menurut analisa Bloomberg, produksi minyak makin menurun hingga 100 ribu barel per hari pada serta didukung pernyataan dari Universitas Pusat Venezuela mengatakan produksi minyak ini mencapai titik terendah dalam 70 tahun terakhir, sedangkan sebagian besar cadangan minyak di Venezuela punya andil hampir 25 persen dari semua minyak mentah yang dikendalikan oleh produsen terbesar dunia. Venezuela juga mengalami kegagalan industri mengimpor pengencer minyak untuk pertama kalinya dalam sejarahnya. Hingga kini kondisi Impor makin menurun hingga sebanyak 200 ribu barel per hari.

Tribunnews.com
Tribunnews.com
Inflasi yang terjadi di Venezuela tetap tinggi sejak kepresidenan Chavez dan menjelang akhir masa jabatannya sampai Kepresidenan Maduro.

Beberapa data statistik yang dirilis kepada media yaitu, tingkat inflasi pada tahun 2014 mencapai 69 persen dan merupakan yang tertinggi di dunia. Angka tersebut kemudian meningkat menjadi 181 persen pada tahun 2015, 800 persen pada tahun 2016, 4.000 persen pada tahun 2017 dan 833,997 persen pada Oktober 2018.

Kemudian pada 20 Agustus 2018, Presiden Maduro mengumumkan mengeluarkan mata uang baru, dengan artian satu juta Bolivar lama sama dihargai dengan 10 Bolivar baru, ditambah lagi dengan penurunan sektor bisnis penerbangan, menurut pernyataan Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), Pemerintah Venezuela menahan 3,8 miliar dolar dari maskapai penerbangan, sehingga makin memperparah krisis.

Kemudian analisa dari Indeks Persepsi Korupsi Transparency International (TNI), juga menyatakan bahwa korupsi di Venezuela sangat tinggi. Awal kemunculan korupsi di Venezuela adalah minyak. Transparency International saat ini menempatkan Venezuela di antara 20 negara terkorup di dunia.
Didukung jajak pendapat Gallup yang menemukan bahwa 75 persen rakyat Venezuela percaya bahwa korupsi menyebar di seluruh pemerintah Venezuela.

Tribunnews.com
Tribunnews.com

Krisis Venezuela juga karena terlilit utang. Menurut Bank Sentral Venezuela, utang luar negeri negara Venezuela mewakili 55 persen termasuk dalam bentuk obligasi utang domestik dan luar negeri, tagihan treasury dan pinjaman bank.

Sejak pemberlakuan kontrol harga dan kebijakan lain selama kebijakan ekonomi pemerintah Hugo Chavez. Kekurangan makin parah di bawah kebijakan ekonomi pemerintah Nicolais Maduro. Kebijakannya Maduro saat itu menahan dolar Amerika Serikat dari importir dengan kontrol harga semakin memparah keadaan.

Kekurangan tersebut terjadi pada produk yang diregulasi, seperti susu, berbagai jenis daging, ayam, kopi, beras, minyak, tepung terigu, harga mentega, dan juga kebutuhan dasar seperti kertas toilet, produk kebersihan pribadi dan obat-obatan. Sebagai akibat dari kekurangan ini, warga Venezuela harus mencari makanan. Mereka harus menunggu antrean berjam-jam untuk bisa mendapat makanan.

Merdeka.com
Merdeka.com
Sampai kinipun krisis yang terjadi semakin berkelanjutan, ribuan penduduknya banyak yang mengungsi keluar dari Venezulea, beberapa negara sudah menarik para duta besarnya keluar dari Venezuela, karena tingkat kriminialitas yang makin tinggi, dan kondisi yang tak kunjung membaik.

Bantuan ditawarkan dari negara Turki, China dan Spanyol serta negara lainnya, namun masih belum dapat mengakomodir semua krisis yang terjadi, sementara itu terdapat opini tudingan tudingan bahwa krisis Venezuela adalah adanya peran AS dan Rusia yang sesungguhnya turut andil menjadi penyebab krisis Venezuela.

Entah sampai kapan Venezula dapat keluar dari krisis, karena kondisi realita sampai saat ini masih terpuruk, semoga seluruh dunia dapat mengambil sikap yang bijak, serta PBB juga harus mengeluarkan resolusinya untuk menyelamatkan Venezuela.

Berkaca dari Negara Venezuela, kita layak mengambil makna, bagaimanapun suatu negara kaya dapat hancur juga, karena berbagai kepentingan yang menjadi blunder bagi negaranya sendiri, sehingga Indonesia seyogyanya Mawas diri, instrospeksi diri dan bijaksana.

Sejarah membuktikan bahwa Indonesia pernah mengalami krisis krisis yang cukup membuat negeri ini goncang yaitu krisis tahun kurang lebih dimulai tahun 1964 s.d 1965 an dan krisis tahun 1998 s.d 2000 an.

Sehingga patutlah kita sadari, jangan sampai apa yang sudah terjadi di Venezuela dan sejarah masa lalu Indonesia terulang kembali, demi Indonesia yang kita cintai bersama.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun