Abdul hadi, pria yang lahir di Demak, Jawa Tengah 27 tahun silam, sosok yang sedari kecil sekitar usia 5 tahun ini, telah menyandang disabilitas kebutaan total ini, siapa sangka ternyata pandai menulis berbagai macam artikel, menginstal software, dan terapis handal,  tulisan tulisan  hadi sering muncul di website milik TNI AD.
Disabilitas yang disandangnya tak menyurutkan langkah hidupnya untuk tetap berbuat yang terbaik, selain itu hadi seorang terapis pijat tuna netra yang bersertifikat dari yayasan kartika destrata Jakarta, dan profesi inilah yang menjadi sandaran hidupnya mencari nafkah.
Hadi terus berjuang dan menunjukan pada dunia bahwa dalam kegelapan masih ada cahaya Ilahi yang menuntun selaksa perjalanannya untuk mengemban amanah Tuhan.
Kemampuan Hadi pun bisa di bilang cukup mumpuni, selepas ia mempelajari huruf braile hingga menjadi terapis sampai tuntas, berbekal semangat dan dorongan yang kuat ia juga mempelajari aplikasi pembaca layar pada komputer dan android sampai mahir dan dari sinilah ia tersadar, bahwa Tuhan memberikan cobaan padanya akan disabilitas tetap ada satu hikmah yang terkandung didalamnya.Â
Bermula dari situlah ia mulai memanfaatkan teknologi untuk terus berkarya pada dunia ini, jadi selain terapis hadi kini juga memiliki kemampuan menginstalasi software pada komputer, dan juga penulis handal di blog kesehatan website TNI AD.
Habis gelap terbitlah terang begitulah kira kira yang dapat kita ambil hikmahnya dari seorang Abdul Hadi, disabilitas yang disandangnya bukan suatu hambatan ataupun penghalang untuk mengais rezeki halal, hadi membuktikan penglihatan itu tidak hanya secara indrawi saja, tetapi hati dan nurani.
Hadi dengan segenap kiprahnya seolah menembus suatu dimensional realita kehidupan, menyerah bukanlah jalan akhir tapi terus berjuang yakin pada Tuhan pasti ada jalan.
Hadi dengan kebutaannya menunjukan pada dunia, untuk selalu menggunakan mata hati dan nurani dalam menjalani hidup.
Cahaya yang ada dalam kegelapan hadi bisa menjadi satu pelajaran berharga, bahwa hati dan nurani adalah yang paling kita pegang dalam meniti kehidupan, karena buta hati dan nurani, insan bagai seonggok tubuh tanpa makna.
Referensi sumber artikel diangkat dari :Â
Tniad.mil.id