Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Momok Hantu Golput dalam Demokrasi

3 Maret 2019   11:24 Diperbarui: 3 Maret 2019   12:03 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam setiap perhelatan pesta demokrasi entah mengapa setelah kesemua proses tersebut usai selalu didapati sekian persen yang golput.  Suara yang disalurkan sesuai hak politik masing-masing warganegara tidak seutuhnya digunakan, padahal dalam setiap daftar pemilih tetap yang dikeluarkan KPU terpampang jumlah para pemilih.

Di Indonesia sendiri golput adalah merupakan momok yang selalu menjadi kontroversi, sehingga paradigma golput ini bagaikan hantu yang menggelayuti dalam setiap perhelatan Pemilu.

Dari berbagai sumber golput dalam setiap pesta demokrasi semakin meningkat, lihat saja pada tahun 2004 golput mencapai 21,8 % pada putaran pertama, 23,4% pada putaran kedua, tahun 2009 golput meningkat menjadi 28,3%, terakhir ditahun 2014 golput mencapai 29%, lalu bagaimana tahun 2019?

Jatimtimes
Jatimtimes
Rapler
Rapler
Mengapa ini bisa terjadi?

Kasus golput ini harus menjadi perhatian khusus oleh pemerintah karena bukannya berkurang tapi malah meningkat di setiap pemilu, baik itu pilkada, pileg, dan pilpres.

Asal mula Kata golput adalah singkatan dari golongan putih. Makna inti dari kata golput adalah tidak menggunakan hak pilih dalam pemilu dengan berbagai faktor dan alasan. 

Menurut beberapa pakar politik, seperti Arbi Sanit, golput adalah gerakan protes politik yang didasarkan pada segenap problem kebangsaan, sasaran protes dari dari gerakan golput adalah penyelenggaraan pemilu. Berbeda dengan kelompok pemilih yang tidak menggunakan hak pilih karena berhalangan di luar kontrolnya. Kaum golput menggunakan hak pilih dengan tiga kemungkinan :

Pertama, menusuk lebih dari satu gambar partai.

Kedua , menusuk bagian putih dari kartu suara.

Ketiga, tidak mendatangi kotak suara dengan kesadaran untuk tidak menggunakan hak pilih.

Jadi golput adalah mereka yang dengan sengaja dan dengan suatu maksud dan tujuan yang jelas menolak memberikan suara dalam pemilu.

Orang-orang yang berhalangan hadir di Tempat Pemungutan Suara (TPS) hanya karena alasan teknis, seperti jauhnya TPS atau terluput dari pendaftaran, otomatis dikeluarkan dari kategori golput.

Sementara Eep Saefulloh Fatah, mengklasifikasikan golput atas empat golongan.

Golput teknis, yakni mereka yang karena sebab-sebab teknis tertentu (seperti keluarga meninggal, ketiduran, dan lain-lain) berhalangan hadir ke tempat pemungutan suara, atau mereka yang keliru mencoblos sehingga suaranya dinyatakan tidak sah.

Golput teknis-politis, seperti mereka yang tidak terdaftar sebagai pemilih karena kesalahan dirinya atau pihak lain (lembaga statistik, penyelenggara pemilu).

Golput politis, yakni mereka yang merasa tak punya pilihan dari kandidat yang tersedia atau tak percaya bahwa pemilu legislatif/pemilukada akan membawa perubahan dan perbaikan.

Golput ideologis, yakni mereka yang tak percaya pada mekanisme demokrasi (liberal) dan tak mau terlibat di dalamnya entah karena alasan fundamentalisme agama atau alasan politik-ideologi lain.

Geotimes
Geotimes
Solusi golput?

Pemerintahlah yang harus intensif melakukan langkah-langkah misalkan memaksimalkan peran KPU atau Bawaslu untuk sosialisasi.

Meminimilasir kesalahan yang tidak perlu dalam proses penatapan daftar pemilih tetap.

Memberikan pendidikan politik yang baik pada warganegara Indonesia ke sekolah, kampus, instansi, ataupun desa desa terpencil.

Memberi citra dan opini yang baik kepada publik.

menebarkan opini tentang kandidat yang terpercaya, memberikan wawasan tentang para kandidat pemilu dengan rekam jejaknya dan reputasinya yang baik.

Dan lain sebagainya.

Sangat disayangkan kalau dalam setiap perhelatan panggung pesta demokrasi masih terdapat sekelompok orang orang yang apatis terhadap kemajuan dan kesejahteraan bangsa.

Semoga kedepan dalam setiap pelaksanaan pesta demokrasi tidak ada lagi golput, demi Negara Indonesia yang kita cintai bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun