Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sang Burung Hantu "Bicara dalam Keheningan"

11 Desember 2016   13:39 Diperbarui: 11 Desember 2016   13:53 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TUGU BURUNG HANTU /Dokpri

Mata besar,  tajam, paruh mengatup melengkung kebawah lugas,  kepala bulat dan dapat bergerak setengah lingkaran, bulu - bulu yang indah, tubuh besar, tegap, kaki berotot, cakar selalu mencengkram kuku tajam, aura penuh kharisma dan wibawa, siang hari beraktivitas  seperti jenis lainnya, malam hari melebihi jenis lainnya. Mengepak dengan sayap yang sangat lebar, terbang kearah manapun, suara memecahkan hiruk - pikuknya ataupun kesunyian malam, kicaunya adalah penterjemahan nalar dan intuisi manusia, itulah sang burung hantu.

Kepak sayapknya tak hanya disemesta, namun mengepak juga dalam simbol-simbol nyata dalam dunia, Pengejawantahannya adalah sifat sang pencipta,realitanya adalah kuasa sang pencipta, kudapati salah satu simbolnya ketika aku melangkah masuk di Pusat Pendidikan Pengetahuan Militer dan Umum, Cimahi, Bandung, sejenak kutatap simbol itu dalam satu bentuk tugu dan arca. Ternyata ditempat ini burung hantu. juga menjadi simbol dan lambang, langkahku kumantapkan untuk siap menempuh ilmu di tempat ini, di setiap kesempatan aku melintas sesekali ku pandang tugu burung hantu itu, langkahku juga terhanyut dalam kata motivasi yang terdapat disudut - sudut yang sering dilintasi ataupun ruangan belajar, “Belajar untuk memimpin”  satu dari beberapa motivasi yang sering ku resapi, didalam relung hatiku.

Awal ku langkahkan kakiku masuk gerbang tempat ini, sedikit aku kecewa, melihat tempat ini, tidak seperti yang aku bayangkan, bahwa tempatnya megah dengan arsitektur moderen, ternyata tempat ini masih berarsitektur bangunan tua khas zaman perjuangan, namun hari demi hari kulewati sedikit demi sedikit aku merasakan maknanya, tempat ini adalah gudang ilmu, tempat ini adalah saksi sejarah, sekali lagi ku langkahkan kakiku hingga ke tempat tugu burung hantu itu berdiri, kutatap lagi dalam - dalam,  

dan menyadari adanya tempat ini, yang menghasilkan orang – orang hebat, tempat orang-orang yang hebat, tadinya  buta (tidak tahu) akhirnya  bisa melihat(dapat ilmu), disinilah sebenarnya makna kharisma dan aura memimpin diri yang sebenarnya, orang – orang tadinya dalam gelap (butuh ilmu) kini cahaya – cahaya (hasilnya) bersinar dimana – mana, ikut menerangi dan menuntun orang – orang ke jalan yang benar.

Saatnya nanti ku bagikan ilmu yang kudapat ini kepada siapapun yang membutuhkan, sebelum berlalu kutatap lagi  tugu burung hantu itu,  suatu saat mungkin tugu itu akan dipindahkan ataupun hancur atau tempat ini yang akan dipindahkan, namun realita burung hantu akan tetap memaknai dan menerangi orang – orang yang membutuhkan ilmu, “bicara dalam keheningan” itulah sang burung hantu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun