Mohon tunggu...
Sigit Pristiyanto
Sigit Pristiyanto Mohon Tunggu... Freelancer - Berbagi sudut pandang

Mulai kembali aktif menulis fiksi dan esai setelah lepas dari pekerjaan kantoran. Menyukai seri cerita misteri atau detektif terutama dari Jepang. Puisi dan karya ilmiah dapat ditemui di beberapa media.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Balada Perang Bubat

13 Desember 2023   11:31 Diperbarui: 13 Desember 2023   11:37 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://nationalgeographic.grid.id/

Di tengah keramaian selisih keris dan pedang, Hayam Wuruk bungkam

Seperti kerisnya yang masih tertancap rapat di selongsong kayu ukir

Bibirnya pun tertancap pada kebisuan abadi.

Tak seperti saat janinnya yang menggetarkan bumi Pabayu Pindah

Atau tangisan pertamanya yang menggemparkan Gunung Kelud, sekarang dia hanya bisa pasrah pada kekarepake bumi dan pangestune gunung.

Matanya terus mencari di antara darah-darah dalam silsilah

Pajajaran!

Pajajaran!

Gajah Mada! Matanya berhenti pada sebuah ironi

Dengan tajam dia mengamati patih yang menopangnya dalam kejayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun