Di tengah keramaian selisih keris dan pedang, Hayam Wuruk bungkam
Seperti kerisnya yang masih tertancap rapat di selongsong kayu ukir
Bibirnya pun tertancap pada kebisuan abadi.
Tak seperti saat janinnya yang menggetarkan bumi Pabayu Pindah
Atau tangisan pertamanya yang menggemparkan Gunung Kelud, sekarang dia hanya bisa pasrah pada kekarepake bumi dan pangestune gunung.
Matanya terus mencari di antara darah-darah dalam silsilah
Pajajaran!
Pajajaran!
Gajah Mada! Matanya berhenti pada sebuah ironi
Dengan tajam dia mengamati patih yang menopangnya dalam kejayaan.