Aku bergerak dalam irama dan warna Osumi
Merah mawar Kanoya
Oranye jeruk musim panas
Berpadu dalam warna Torii,
Gerbang yang mengantarkanku pada dunia sunyi
Di antara hijau rimbun pohon Yaku sugi
Atau coklat kering daun mati
Menyisip merah lepas senja
Menerobos hitam pekat Gua Mizonokuchi
Dalam gelap gua kulihat kabut emosi
Seakan membentuk semua hal yang kutakuti
Hantu, masa depan, dan menjadi tua
Kulanjutkan langkah dalam menyusuri warna lain Osumi
Perjalananku sampai pada air terjun Ogawa No Taki
Berderu, teredam pada kolam biru
Lalu ngarai Sarugajo sesunyi formasi batu-batu menjulang, menjaga kanyon kristal alami
Kuputuskan melemparkan tubuh dan frustasi
Kurasakan air membasuh semua gundah dalam kelana
Seperti membuat naskah tanpa harus mengoreksi
Seperti bernyanyi tanpa takut salah intonasi
Silir angin samudera pasifik kian menusuk
Mengusik ranting dan daun untuk berbisik
Untuk mengisyaratkan malam mengatur Yowatashi Boshi
Mengisyaratkanku untuk kembali
Menghadapi realitas yang selalu kupandang buruk
Terpuruk, terlena pada kemalasan
Tapi setidaknya, aku mempunyai peran penting
Menulis puisi untuk mengabadikan
Menjelang malam di semenanjung Osumi
Tempatku mencari kedamaian, karena alam sudah mulai terkikis oleh hama keserakahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H