Mungkin sebagian besar pembaca Kompasiana masih ada yang bertanya, apa itu Tanjungpinang, di mana itu Tanjungpinang, dan respon-respon lainnya yang penuh tanya ketidaktahuan. Ya, lebih kurang begitulah reaksi orang-orang ketika mendengar kata Tanjungpinang. Sebuah Ibu Kota Provinsi yang tidak banyak orang tahu, jangankan orang-orang yang berasal dari daerah luar Pulau Sumatera, mereka yang berasal dari Pulau Sumatera pun ada juga yang tidak tahu dengan Kota Tanjungpinang. Sedih.
Ya, Tanjungpinang adalah sebuah kota. Ibu Kota di Provinsi Kepulauan Riau, ingat, Kepulauan Riau ya, bukan Riau. Itu berbeda lho. Provinsi Kepulauan Riau merupakan Provinsi ke 32 yang merupakan hasil pemekaran wilayah dari Provinsi Riau. Provinsi yang 95% luas wilayahnya merupakan lautan ini disahkan pada 24 September 2002. Adapun saat ini Provinsi Kepulauan Riau atau yang sering disingkat menjadi Kepri terdiri atas 2 Kota dan 5 Kabupaten, diantara Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Natuna, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga dan Kabupaten Anambas.
Lho, kok ada Kota Batam? Nah, baru tahu kan, kalau Kota Batam merupakan bagian dari wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Lantas kenapa banyak orang lebih mengenal dan mengetahui Kota Batam dibandingkan Kota Tanjungpinang?
Padahal Ibu Kota Provinsinya kan di Kota Tanjungpinang, pusat pemerintahan provinsi pun di Kota Tanjungpinang, tapi mengapa masih banyak yang keliru dan bahkan tidak mengetahui Kota Tanjungpinang?
Ah, sebagai mahasiswa asal Kota Tanjungpinang yang sedang menempuh pendidikan di Kota Jogja, saya sering sekali merasa bingung, kesal dan jengkel terhadap respon teman-teman saat saya katakan bahwa saya berasal dari Kota Tanjungpinang. Ya, mungkin hampir sebagian dari mahasiswa asal Kota Tanjungpinang pernah merasakan hal serupa.
Saat teman-teman kuliah bertanya tentang asal saya dari mana, dengan bangga dan pede-nya saya jawab dari Kota Tanjungpinang. Namun sesaat kemudian rasa bangga dan pede saya berubah mendengar respon dari teman-teman.
Sebagian ada yang merespon dengan celetuk sok tahunya "oh, Pangkal Pinang ya."
What? Pangkal Pinang? Beda woi, beda!! Dari penggalan katanya saja sudah berbeda, apalagi posisinya. Coba deh teman-teman lihat map, posisi Tanjungpinang dimana dan posisi Pangkal Pinang dimana, itu cukup jauh loh.
Pangkal Pinang itu di Kepulauan Bangka Belitung, sementara Tanjungpinang di Kepulauan Riau. Jauh kan? Lantas mengapa masih ada orang-orang yang menyamakan Tanjungpinang dengan celetukan Pangkal Pinang? Heran saya!
Selain itu, ada juga yang merespon dengan sebuah pertanyaan balik, "Tanjungpinang itu dimana ya?" Nah, kalau respon seperti ini masih wajar dan makin membuat saya bangga untuk menjelaskan bahwa Kota Tanjungpinang merupakan Ibu Kota dari Provinsi Kepulauan Riau. Namun tidak hanya berhenti sampai disitu, celetukan teman saya yang kemudian membuat rasa bangga itu kembali memudar, "oh, Riau ya?"
What? Riau dan Kepulauan Riau itu berbeda ya, teman-teman. Memang kami serumpun, namun bukan berarti di wilayah territorial yang sama. Jelas-jelas Riau Ibu Kotanya Pekanbaru, lah kok bisa pula disamakan dengan Tanjungpinang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau. Hadeuh.
Tidak hanya respon-respon itu saja, bahkan saya juga pernah mendapati respon yang cukup buat saya kesal. Waktu itu, teman saya bertanya asal saya darimana, dan saya dengan bangga seperti biasanya menjawab dari Kota Tanjungpinang.
Respon yang keluar dari teman saya kemudian adalah "oh, Tanjungpinang ya." Sebuah respon yang mengungkapkan pengetahuan, saya pikir.
Lantas saya bertanya dengan penuh rasa bangga, "Kamu tahu Tanjungpinang?"
Dan seketika itu juga situasi perasaan saya berubah. Dengan polosnya dia menjawab "heehee, enggak tahu." Lalu respon sebelumnya tadi bentuk pengetahuan atau apa?
Baiklah, dengan sabar kemudian saya menerangkan Tanjungpinang itu, bla..bla..bla.. Namun respon dari teman saya tetap sama, tidak tahu.
Lantas dengan sedikit kesal saya tanya, "Kamu tahu Kota Batam?"
Dengan santainya dia menjawab "Nah, kalau Batam mah saya tahu."
Nah ini nih, jawaban yang membuat saya semakin miris dan prihatin, karena banyak orang lebih mengenal Kota Batam dibanding dengan Kota Tanjungpinang.
"Batam kan kota industry", "Batam kan kota metropolitan", "Batam kan dekat dengan Singapura dan Malaysia", bla..bla..bla.. berbagai ragam respon mereka yang lebih mengetahui Batam daripada Tanjungpinang. Ah, miris sekali rasanya.
Tanjungpinang yang menjadi Ibu Kota Provinsi, tetapi malah tidak dikenal dan tidak menjadi perhatian di luar daerah. Kalau dikatakan Kota Batam lebih dekat dengan Singapura dan Malaysia, apa bedanya dengan Tanjungpinang? Bahkan para TKI yang dideportasi dari Malaysia aja dideportasinya melalui Kota Tanjungpinang yang lebih dekat dengan Malaysia.
Kalau perbandingannya kemudian adalah kota industri dan maju, ya yang ini sih saya akui, Tanjungpinang jauh dari kata kota industri. Tapi bukan berarti Tanjungpinang tidak memiliki daya tarik lainnya.
Pariwisata contohnya, Tanjungpinang memiliki ragam situs budaya dan sejarah melayu yang dapat dieksplor. Selain itu, untuk wisata alam lainnya, Tanjungpinang juga memiliki bentangan pantai yang indah. Ya, meski harus diakui bahwa pantai-pantai yang indah itu hampir seluruhnya berada di wilayah Kabupaten Bintan. Namun karena Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan berada dalam satu pulau yang sama, yaitu Pulau Bintan jadi masyarakat Tanjunpinang menganggap itu sebagai daya pikat dan daya jual Pulau Bintan.
Hal ini karena Tanjungpinang dapat dikatakan sebagai gerbang masuk utama ke Pulau Bintan. Sebab, jika para wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal mau mengunjungi Pulau Bintan maupun Kabupaten Bintan, maka mereka dapat memilih dua jalur. Jalur laut mereka akan tiba di Pelabuhan Sri Bintan Pura ataupun jalur udara yang akan tiba di Bandara Raja Haji Fisabilillah, yang mana kedua gerbang masuk tersebut berada di wilayah Kota Tanjungpinang.
Selain soal pariwisata dan situs budaya melayu yang masih terjaga di Pulau Bintan, khususnya Kota Tanjungpinang, Tanjungpinang juga menyuguhkan ragam makanan khas melayu maupun seafood.
Ya, olahan berbahan dasar hewan laut tentu saja menjadi makanan yang paling banyak diburu di Kota Tanjungpinang. Hal ini tentu saja dikarenakan wilayah kepulauan yang sebagian besar terdiri atas lautan.
Sebut saja salah satunya "Gonggong". Ya, hewan laut sejenis siput ini menjadi salah satu makanan khas yang ada di wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Bahkan saking menjadi ciri khasnyanya, Pemerintah Daerah sampai membangun Gedung Gonggong di daerah Taman Laman Bunda Kota Tanjungpinang, yang mana bentuk bangunannya menyerupai hewan Gonggong itu sendiri.
Gedung Gonggong di Taman Laman Bunda Tanjungpinang
Sumber foto: @kurniawanbahri
Menurut saya, banyak hal yang bisa dieksplorasi dari Pulau Bintan, dan khususnya Kota Tanjungpinang. Dari segi budaya melayu, sejarah melayu, makanan khas melayu hingga bentangan alam dan wisata lainnya.
Nah, sekarang tinggal bagaimana pemerintah daerah mampu mengoptimalkan apa yang dimiliki itu untuk menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Bintan, khususnya Kota Tanjungpinang.
Selain itu, Pemerintah Provinsi juga harus meningkatkan pembangunan yang merata di seluruh Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini tentu saja dengan tujuan agar tidak hanya Batam yang menjadi pusat pembangunan.
Terakhir, saya pikir ini juga menjadi tugas para pelajar/mahasiswa yang berasal dari Kota Tanjungpinang dan sedang menempuh pendidikan di perantauan.
Dari para pelajar/mahasiswa tersebut, dapat sekiranya mereka memperkenalkan Tanjungpinang di kota perantauan.
Dengan berbagai cara, membuat event kedaerahan misalnya, serta memberi pemahaman dengan sabar bagi sebagian mereka yang masih sering menganggap Tanjungpinang sebagai Pangkal Pinang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H