Pepatah bijak mengatakan apabila engkau ingin mengenal dunia maka membacalah dan apabila engkau ingin dikenal oleh dunia maka menulislah. Kalimat tersebut walaupun terkesan sederhana akan tetapi sangatlah mempunyai makna yang teramat dalam karena dibalik kesuksesan kita hingga dapat meraih gelar sarjana bahkan lebih dari itu, tentulah tidak terlepas dari kedua aktivitas menulis dan membaca.
Peserta didik jenjang SMP/Fase D biasanya cenderung lebih tertarik dengan gawai dan beraktifitas dengan sosial medianya dari pada membaca buku. Di zaman canggih sekarang untuk membaca buku serta mendapatkan informasi lainnya tidaklah sulit. Buku elektronik dan artikel-artikel pendidikan mudah diperoleh dengan browsing internet. Yang menjadi pertanyaannya kini adalah sudahkan kita sebagai guru ataupun orang tua berupaya maksimal dalam menumbuhkan minat membaca dan menulis terhadap para peserta didik atau anak-anak kita? Menumbuhkan minat membaca dan menulis merupakan hal yang teramat penting? Kita tentu berharap peserta didik kita dapat meraih kesuksesan serta kebahagiaan di masa depan, maka dari itu marilah kita arahkan mereka kepada hal-hal positif, salah satunya adalah dengan menumbuhkan minat membaca.
Peran keluarga juga teramat sangat penting dalam menumbuhkan minat baca khususnya anak-anak usia sekolah, karena pada umumnya waktu mereka sebagian besar dihabiskan di rumah bersama keluarganya. Oleh karena itu, guru harus berkolaborasi dengan orang tua murid dalam mengembangkan kemampuan berliterasi peserta didiknya.
Nah, dalam artikel ini saya kembali mencoba untuk berbagi tentang bagian dari literasi yaitu aktivitas membaca ditinjau dari sudut pandang seorang guru jenjang SMP. Pada artikel sebelum-sebelumnya di Kompasiana hal ini pun telah saya tuliskan.. Literasi pada mulanya lebih diartikan sebagai melek aksara, dalam arti tidak buta huruf ataupun bisa membaca. Sehingga pada fase-fase awal, literasi secara umum selalu diidentikan dengan kemampuan membaca. Dalam perkembangannya saat ini, literasi tidak hanya berkaitan pada aktivitas membaca saja. Menurut definisi yang dikemukakan di dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, literasi adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara (2017).
Tujuan utama pembelajaran literasi membaca adalah agar peserta didik mampu memperoleh pemahaman yang mendalam dari informasi yang didapatkan (membaca untuk belajar). Pembelajaran literasi membaca ditekankan pada aktivitas peserta didik, agar peserta didik mampu:
- Menganalisis isi teks baik secara eksplisit maupun implisit.
- Menggambarkan inferensi analitis atas teks.
- Mengkritisi teks melalui penggunaan logika berpikir yang benar, serta ditunjang oleh fakta-fakta yang lengkap baik dari dalam teks maupun luar teks.
- Memproduksi secara kreatif pemahamannya melalui berbagai media representasional yang bersifat multimoda, multi genre, multimedia, dan multibudaya.
Mengutip pendapat Abidin (Vacca, 2015), untuk mencapai tujuan pembelajaran literasi membaca, proses pembelajaran setidaknya harus melewati tiga tahapan kegiatan, antara lain yaitu aktivitas prabaca, aktivitas membaca, dan aktivitas pascabaca.
1. Aktivitas Prabaca
Guru harus mampu mengarahkan peserta didik pada topik pembelajaran yang akan mereka pelajari. Terkait asumsi dasar ini, aktivitas prabaca adalah kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum peserta didik melakukan kegiatan membaca. Beberapa aktivitas prabaca yang dapat dilakukan guru antara lain yaitu :
- Memilih atau menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membaca.
- Memilih teks yang dibutuhkan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
- Menyusun pertanyaan pemandu yang terkait dengan teks.
- Membangkitkan pengetahuan awal yang berhubungan dengan topik teks.
- Mengarahkan peserta didik untuk membuat pertanyaan dan prediksi baik yang berkenaan dengan topik ataupun topik secara umum.
2. Aktivitas Membaca
Setelah aktivitas prabaca, dilanjutkan dengan kegiatan inti yaitu membaca. Dalam pandangan pendekatan respons pembaca, aktivitas membaca yang dilakukan berfokus pada upaya mendapatkan pemahaman secara literal, inferensial, maupun kritis. Hal ini juga dikorelasikan dengan 3 strategi pembelajaran yaitu: memorisation strategies, elaboration strategies dan control strategis. Oleh karena itu ragam aktivitas membaca lebih banyak berkaitan dengan upaya menganalisis, membandingkan, dan mengkritik teks.
Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan guru dalam aktivitas membaca ini sebagai berikut:
- Memfasilitasi peserta didik untuk membaca, menganalisis, dan mengutip teks untuk tujuan tertentu, sambil membangun pemahaman dalam membaca.
- Mendorong peserta didik untuk menghubungkan skematanya (baik berupa pengalaman, pengetahuan, sikap, maupun keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya), teks lain yang pernah dibaca, serta konteks kehidupan dengan teks yang sedang dibaca.
- Memfasilitasi peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang dibuat (menguji prediksi) dan/atau melakukan kegiatan lain yang relevan dengan tujuan pembelajaran.
- Mendorong terciptanya percakapan dan pengalaman yang kaya dan terikat teks untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.
- Mendorong peserta didik untuk mengkomunikasikan dengan peserta didik lain terkait hasil kajian dan respons yang dibuatnya.
- Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis tujuan penulisan teks, mengevaluasi argumen dan bukti-bukti yang dibuat penulis, serta menemukan makna mendalam dari sebuah teks. proses ini bisa dilakukan melalui kerja kooperatif ataupun kolaboratif.
3. Aktivitas Pasca Baca
Aktivitas pasca baca merupakan tahapan pembelajaran literasi yang menguji sekaligus memantapkan kemampuan berpikir kritis. Pada dasarnya tahap ini adalah tahapan yang dilakukan untuk merespons, mengeksplorasi, merefleksi, dan mengevaluasi teks yang telah dibaca. Beberapa kegiatan yang dapat dikembangkan dalam tahap pascabaca antara lain:
- Merespon teks menjadi sebuah proyek atau produk lain yang menggambarkan kemampuannya menemukan intisari informasi.
- Menganalisis opini dan fakta yang terkandung dalam teks.
- Mengevaluasi teks berdasarkan pengetahuan awal atau informasi dari berbagai sumber lain.
- Mengembangkan dan mendukung intisari yang dibuatnya dengan bukti-bukti yang terdapat dalam teks.
- Peserta didik juga bisa membuat informasi baru yang berhubungan dengan informasi yang terkandung dalam teks, berdasarkan hasil pemahaman baru yang diperolehnya.
- Menilai kebaruan informasi teks (up to date) yang telah dibaca dan objektivitas informasi dalam teks yang dibaca (tidak bias, bukan hoak).
Upaya untuk mengembangkan kemampuan literasi peserta didik di sekolah pada jenjang SMP tidak hanya menjadi tugas guru Bahasa Indonesia saja, akan tetapi menjadi tugas seluruh guru mata pelajaran. Aktifitas pengembangan literasi tersebut dapat terwujud dengan salah satunya meningkatkan minat baca peserta didik, caranya yaitu membuat lingkungan kelas kaya teks, membuat sudut baca, memfasilitasi terbitnya majalah dinding serta mengefektifkan Perpustakaan sekolah. Yuk, kita saling berkolaborasi dengan rekan sejawat dan mengajak peserta didik kita untuk rajin membaca. Semoga artikel ini bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H