Daerah ini menjadi daerah potensial untuk wisatawan baik mancanegara dan nusantara. Hanya saja, pemerintah bisa mendukung melalui pembangunan sarana dan prasarana umum. Seperti kamar mandi umum di titik-titik tertentu dekat pantai. Â
Bagi wisatawan yang ingin menikmati ikan mujahir danau toba hingga lobster tawar, bisa membeli dari warga penduduk yang banyak bergelut sebagai nelayan.
Jika musim jagung, warga juga bisa menikmati jagung. Karena petani di sana juga selain menanam padi, juga menanam jagung. Ikan biasanya didapat warga dengan menembak ikan, memancing, atau menjala (mardoton).
Tentu, harganya jauh lebih murah dibanding daerah Porsea atau Balige. Jika tidak, bisa memancing sendiri (jika sabar menunggu). Â
Untuk membakar, wisatawan bisa meminta petunjuk warga setempat, untuk tempat membakar. Termaksud bahan bakar yang akan digunakan. Warga setempat yang terkenal ramah biasanya akan dengan senang membantu. Ini juga tidak lepas dari kehidupan masyarakat, yang mesih kental dengan budaya gotongroyong.
Budaya gotong royong (saling membantu) masih kental dibudaya daerah Sigaol. Hanya penting bagi wisatawan untuk menghargai warga lokal disana.
Budaya gotong royong yang berjalan dalam kehidupan budaya dan adat istiadat di Sigaol, menjadi nilai positif dan menarik. Kehidupan itu membuat kriminalitas sangat minim di daerah itu. Bahkan aparat kepolisian yang bermarkas di Uluan, tergolong jarang menyambangi desa itu, karena kehidupan masyarakat, yang harmonis. Â
Oleh-oleh Keramik dan Ulos
Bagi wisatawan yang ingin membeli oleh-oleh, sementara ini, ciri khas yang di hasilkan masih lebih banyak ulos. Ulos yang ditenun secara manual dan lebih bermutu, dapat dengan mudah ditemukan. Demikian dengan warga yang menenun ulos disela-sela kegiatannya bertani atau menjadi nelayan.
Pemerintah Kabupaten Tobasa juga sudah menghadirkan pusat kerajinan tenun di Sigaol Barat. Wisatawan juga bisa berkunjung ke lokasi yang berada dekat pantai danau Toba, tepatnya di Huta Bagasan.