Mohon tunggu...
Gandi
Gandi Mohon Tunggu... -

Seorang yang senang menulis dan mendesain

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Inter Milan, Adu Penalti, dan Mental Juara

3 Maret 2016   10:42 Diperbarui: 3 Maret 2016   11:41 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 [caption caption="Sumber : gilabola.com"][/caption]

Menang, telak, tapi tersingkir. Itulah kisah tentang kiprah Internazionale Milan di ajang Copa Italia musim ini. Pun kiprah mereka di Liga Serie A. Sempat menjanjikan hingga pertengahan musim, tapi kembali melempem mendekati akhir musim. Berulangkali mereka tersandung di laga-laga krusial sehingga saat ini mereka melorot ke papan kelima klasemen.

Setelah dalam pertandingan leg pertama semifinal Copa Italia mereka luluh lantak 3 – 0 di Turin, dan kembali kalah 0 – 2 dalam lanjutan liga, Inter bangkit pada pertemuan mereka dengan Juventus di pertandingan semifinal Coppa Italia leg kedua yang berlangsung di kandang mereka, Stadion Giuseppe Meazza. Mereka menang telak 3 – 0 sehingga agregat mereka menjadi sama kuat 3 – 3.

Sebuah come back yang manis mengingat dua kekalahan beruntun mereka dari Juventus sebelumnya. Tapi menyamakan kedudukan saja memang tak pernah cukup, dan kedudukan yang sama membuat pertandingan semifinal di waktu normal berakhir tanpa pemenang.

Pada akhirnya adu penaltilah yang menjadi ujungnya. Di sinilah perbedaan antara Inter Milan dengan Juventus. Pengalaman dalam menghadapi situasi sulit untuk bisa meraih kemenangan begitu menentukan. Keberuntungan adalah nomor sekian karena pada dasarnya keberuntungan selalu mengikuti semangat juang pihak yang menginginkan keberuntungan itu sendiri.

Come back Inter Milan berupa kemenangan 3 – 0 menjadi begitu sia-sia karena mereka kalah dalam adu penalti. Sekali lagi adu penalti adalah ‘hal kejam’ dalam sepak bola. Maka ia berada di opsi terakhir terhadap dua tim yang tak mampu saling mengalahkan dalam sebuah pertandingan.

Tapi seringkali keadaan memaksa dua tim tak punya pilihan kecuali melaksanakan opsi terakhir yang ‘kejam’ itu. Demikian juga Inter Milan. Mereka berhasil membalas dua kekalahan beruntun mereka sebelumnya. Tapi kemenangan itu hanya membawa mereka pada keadaan bahwa mereka memaksakan kedudukan imbang, dan hanya itu saja, bukan balik mengungguli lawan.

Ketika dalam adu penalti itu akhirnya mereka hanya mampu menceploskan bola sebanyak tiga kali sedangkan Juventus lima kali, maka sejatinya pertandingan itu tidak dimenangkan Inter Milan. Kedudukan 3 – 0 di waktu normal itu hanyalah kemenangan absurd, karena terhapus oleh kemenangan Juventus di dalam adu penalti.

Mental juara.

Inter Milan jelas bukan klub abal-abal. Mereka memiliki sejarah kuat dalam persepakbolaan Italia dan Eropa. Satu-satunya klub Serie A yang belum pernah mengalami degradasi dan pada musim 2009/2010 mereka merengkuh treble winner. Ini persoalan mental juara. Juventus memiliki keunggulan lebih baik dari Inter Milan dalam hal mental juara. Deretan trofi di lemari mereka adalah bukti sahihnya.

Juventus pernah bermasalah. Benar. Tapi jika mereka berkarakter seperti Inter Milan, barangkali mereka masih berkutat di Serie B akibat hukuman didegradasi karena kasus Calciopoli.

Di awal musim ini Juventus terseok-seok. Mereka mengawali musim kurang meyakinkan sejak ditinggal playmaker mereka, Andrea Pirlo dan penyerang andalan mereka Carloz Tevez. Tapi seiring waktu, mereka bangkit dan perlahan mereka mendekati puncak klasemen hingga akhirnya mereka pun kini memuncaki klasemen dan berpeluang mempertahankan Scudetto. Dan peluang itu cukup besar lantaran Inter Milan, Napoli, dan Fiorentina yang bersaing di puncak klasemen di awal dan pertengahan musim, performanya justru mengalami tren menurun.

Juventus mampu membuat kemenangan Inter Milan menjadi sia-sia dan seperti bukan kemenangan saja layaknya, karena kemenangan itu hanya membawa mereka pada kedudukan imbang, tapi kemudian kalah dalam adu penalti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun