Mohon tunggu...
Gandi
Gandi Mohon Tunggu... -

Seorang yang senang menulis dan mendesain

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan featured

Ketika Berita Sepak Bola Begitu Berharga

8 Februari 2016   17:19 Diperbarui: 26 Oktober 2018   09:05 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover edisi terakhir Tabloid BOLA No. 2915 yang terbit pada Jumat, 26 Oktober 2018.(DOK. TABLOID BOLA)

Tahun 90an, ketika pesona Serie A Italia menyihir dunia, berbagai media cetak mulai menambah kuota berita sepak bola minimal seminggu sekali. Tabloid olahraga yang terbit sekali dalam seminggu tak ketinggalan menambah halaman untuk berita cabang olahraga sepak bola, karena pesona sepak bola sudah memantik penggemar sepak bola di Indonesia untuk juga mengikuti berita dan perkembangannya di media cetak.

Tayangan langsung sepak bola yang mulai marak seiring munculnya televisi swasta membuat penggemar sepak bola dimanjakan. Ketika TVRI masih menjadi satu-satunya televisi, tayangan langsung sepakbola sangat jarang. 

Paling-paling final Piala Champions (waktu itu, sekarang Liga Champions), final Piala UEFA (sekarang Europa League), final Piala winner (yang sekarang sudah dilebur dengan Liga Champions), final Piala FA di Inggris, serta laga-laga penting Piala Eropa, atau Piala Dunia.

Sebagai televisi plat merah yang tak menerima tayangan iklan, tentu saja TVRI hanya memilih pertandingan-pertandingan ‘yang penting saja’. Sementara sejak kemunculan televisi swasta yang dibiayai iklan, setiap akhir pekan penggemar sepak bola bisa menyaksikan tayangan Liga Serie A Italia (yang waktu itu sedang menjadi kiblat sepak bola dunia) dan juga Liga Inggris secara rutin.

Dari sini, karena kemudian sepak bola dengan segala serba-serbi yang menghibur dihadirkan sebagai tontonan rutin, maka penggemar juga mulai ingin mengikuti berita terkait dengan sepak bola. Seperti ingin melihat posisi klub favorit di papan klasemen, jadwal pertandingan atau berita terbaru dan sebagainya.

Banyak orang yang sebelumnya tak pernah membeli dan membaca koran merasa perlu membeli koran karena ingin menyimak berita sepak bola. Yang pembelinya meningkat selain media cetak harian tentu saja tabloid khusus olahraga yang terbit sekali dalam seminggu. Meski terbit sekali seminggu, tapi tabloid khusus olahraga memiliki lebih banyak halaman untuk sepak bola dan menyajikan berita sepak bola secara lebih lengkap.

Semakin lama, minat penggemar sepak bola pada berita sepak bola semakin meningkat. Apalagi bagi (Sebagian) penggemar sepak bola yang selain menggemari sepak bola juga senang bertaruh. 

Kebutuhan untuk mengetahui jadwal pertandingan, posisi sebuah tim di klasemen, ulasan dan prediksi serta nama-nama pemain bintang dalam sebuah tim sebagai bahan referensi mereka membuat penjualan media cetak (terutama tabloid olahraga) semakin lama semakin meningkat.

Selain menambah halaman, media tersebut juga mulai berinovasi dengan menghadirkan tulisan tentang sepak bola mulai dari tokoh, profil pemain bintang, ulasan taktik, prediksi, bahkan poster pemain top. Semua karena kebutuhan berita dan segala cerita seluk beluk sepak bola semakin meningkat, dan berita sepak bola sendiri telah menjadi komoditi yang menggiurkan.

fandom.id
fandom.id
Ketika tayangan sepak bola semakin banyak, bahkan dalam setiap akhir pekan sebuah stasiun televisi bisa menayangkan lebih dari satu pertandingan, persaingan liga yang terjadi di belahan dunia lain lantas menjadi terasa ada di depan mata dan orang semakin merasa tak bisa untuk tak mengikutinya.

Sayangnya sebuah pertandingan pada akhir pekan beritanya baru akan bisa dinikmati menjelang akhir pekan depan. Di sinilah media harian mendapat limpahan rejeki meski porsi berita sepak bolanya tak lebih banyak dari tabloid olahraga. Berita yang turun menjelang akhir pekan berikutnya di tabloid olahraga menjadi ‘agak basi’. Maka kemudian  beberapa tabloid olahraga memaksa untuk terbit dua kali dalam satu minggu agar berita mereka tetap bisa dinikmati selagi masih lumayan hangat.

Meski harus menambah anggaran, berlangganan tabloid olahraga kemudian menjadi semacam gaya. Sebagai penggemar sepak bola, berlangganan tabloid olahraga terasa menjadikan mereka ‘penggemar intelek’. 

Obrolan kaum pinggiran tentang sepak bola mulai ‘berisi’ seiring pengaruh bahasa berita yang mereka baca. Kita bisa mendengar beberapa orang membicarakan sepak bola seperti seorang komentator di televisi.

Tapi kecuali menjadi semacam gaya, berita sepak bola di tabloid olahraga dan media cetak lain memang kemudian menjadi kebutuhan. Penggemar merasa tak cukup hanya menyaksikan tayangan di televisi, tapi juga mengikuti berita dan cerita yang mengupas habis sepak bola tanpa sisa. Berita sepak bola begitu berharga.

Banyak orang menyisihkan sebagian uang untuk membeli tabloid olahraga demi bisa mengikuti berita sepak bola.

Ketika jaman dengan perlahan tapi pasti akhirnya sampai ke jaman digital, di mana internet memungkinkan informasi bisa tersebar lebih cepat daripada sebuah jet yang sedang meluncur, maka berita sepak bola pun bisa dilahap dalam sekejap tanpa harus menunggu hingga menjelang akhir pekan depan.

Berita sepak bola, yang di tahun 90 an begitu berharga (apalagi) untuk media cetak, telah menjadi sesuatu yang biasa-biasa saja karena situs-situs berita di internet secara masif terus memberikan update terbaru nyaris setiap menitnya. Sepak bola dikupas habis dan asal anda terhubung ke internet, anda punya akses nyaris tanpa batas untuk kebutuhan berita sepak bola.

Selain mengkonsumsi berita, orang bahkan bisa ikut memberitakannya melalui media sosial atau blog. Bayangkan, semua orang bisa menjadi wartawan sepak bola, bisa menjadi pengamat, bisa menjadi pundit, bahkan bisa memberikan analisis meskipun pekerjaan sehari-harinya jauh dari urusan sepak bola.

Dulu orang menanti-nanti kabar terbaru dari seorang Rayana Djakasuria untuk mengetahui apa yang terjadi di dunia sepak bola Italia dan Eropa setiap malam senin, dan menunggu catatan-catatannya setiap minggu di tabloid olahraga.

Sekarang? Orang-orang yang ada di Italia atau Eropa bisa menjadi reporter untuk mereka sendiri. Bahkan orang yang tak pernah ke mana-mana bisa mengabarkan apa yang terjadi di panggung Ballon d’Or, di Stadion-stadion, dan di mana pun.

Berita sepak bola bukan lagi sesuatu yang berharga. Ia sekarang tak ubahnya kabar tetangga yang terdengar biasa bagi tetangga yang lain. Berita sepak bola tetap penting, tapi sudah tak berharga karena bisa dinikmati secara utuh dengan gratis. Benar bahwa kuota internet tidak gratis, tapi bayangkan tak terbatasnya akses anda terhadap berita sepak bola dengan kuota (misalnya) 1 gigabyte seharga 18 ribu.

Bandingkan dengan jika uang itu anda belikan tabloid olahraga. Tak akan memuaskan anda. Berita di media cetak harian atau tabloid terasa sudah basi karena internet bisa mengabarkannya bahkan pada saat pertandingan masih berlangsung. 

Sekarang, kemudahan internet membuat media cetak dilupakan dan keberadaan mereka berada di masa senjakala. Mereka seperti identik dengan masa lalu ketika berita sepak bola sangat berharga dan menghidupkan mereka, sampai akhirnya internet merenggutnya paksa.

Sayang, dua tahun ke belakang ketika berita sepak bola bisa kita akses dengan mudah kapan pun secara update, tayangan sepak bola mulai ‘langka’ seperti jaman TVRI. Faktor mahalnya hak siar menjadi penyebab utamanya. 

Sepak bola telah menjadi industri dan orang tak bisa menikmatinya tanpa ‘membayar’. Harga hak siar melambung tinggi sementara permainan sepak bola itu sendiri praktis memakan waktu 2 x 45 menit penuh dengan hanya jeda 15 menit di antara dua babak untuk menyisipkan iklan yang membiayai siaran.

Itulah yang membuat tayangan langsung sepak bola menjadi langka sekarang ini. Di saat informasinya begitu mudahnya diperoleh, pertandingannya sendiri mulai langka di saluran gratis. 

Memang, bagi anda pelanggan saluran berbayar tayangan sepak bola di layar tivi anda tak berkurang, bahkan bisa dibilang semakin banyak pilihan. Tapi bagi kami yang mengandalkan antena Mandra, kami seperti kembali ke jaman di mana tayangan langsung pertandingan sepak bola terasa sangat berharga karena mulai langka. Sampai-sampai, tim tim mana pun yang bermain, kami suka hati menontonnya.

Pilihan sudah berkurang. Situasinya sekarang terbalik, berita dan informasinya mudah didapat, tapi tayangan pertandingannya sendiri mulai langka. Seperti tahun 90 an, ketika tayangan sepak bola mulai banyak pilihan tapi beritanya mesti sabar, terbatas, dan harus membayar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun