Mohon tunggu...
Gandi
Gandi Mohon Tunggu... -

Seorang yang senang menulis dan mendesain

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Prediksi : Tim yang Bisa Menyingkirkan Bayern Munchen Akan Juarai Liga Champions 2015/2016

13 Januari 2016   13:15 Diperbarui: 13 Januari 2016   13:15 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

gambar

Mengacu pada gelaran Liga Champions Eropa sejak musim 2008/2009 hingga 2014/2015, ada ‘fenomena’ unik yang mungkin tak begitu banyak dilirik. Tim yang sukses menjadi juara adalah tim yang mengalahkan Bayern Munchen. Ketika tak ada yang mampu mengalahkan, Munchen-lah juaranya.

Anomali hanya terjadi pada musim 2010/2011 di mana Internazionale Milan yang mengalahkan Munchen di babak 16 besar tak menjadi juara karena kemudian dikalahkan wakil Jerman lain, Schalke 04 di perempat final. Lalu Schalke sendiri dikalahkan Manchester United di semifinal, dan di final mereka kalah dari Barcelona yang akhirnya menjadi juara.

Tapi selain musim 2010/2011, tim-tim yang menjadi juara adalah tim yang mengalahkan Bayern Munchen. Di musim 2012/2013 ketika tak ada tim yang sanggup mengalahkan Munchen, termasuk Borussia Dortmund dalam pertandingan final, maka Bayern Munchen-lah yang juara.

Di musim 2008/2009 – yang adalah merupakan musim fenomenal bagi FC Barcelona di mana pada musim perdananya melatih Blaugrana, Pep Guardiola yang banyak diragukan mengantar timnya meraih treble winners serta mengangkangi tiga trofi lainnya sehingga total Barcelona merebut semua trofi yang mungkin diraih sebuah tim dalam semusim – Barcelona menjadi juara setelah mengandaskan Manchester United di final. Sebelumnya, mereka mengalahkan Bayern Munchen di perempat final dan Chelsea di semifinal.

Musim 2009/2010, Internazionale Milan yang saat itu dilatih Jose Mourinho menjadi juara Liga Champions setelah mengalahkan Bayern Munchen di final. Di tahun itu juga Inter meraih treble winner.

Musim berikutnya 2010/2011 terjadi anomali. Inter Milan yang kembali mengalahkan Munchen di babak 16 besar gagal mengulangi sukses musim sebelumnya karena kemudian disingkirkan Schalke di perempat final. Schalke kemudian digulung Manchester United, yang kemudian dikalahkan Barcelona di final.

Di 2011/2012, Chelsea dibawah asuhan Caretaker Roberto Di Matteo menjadi juara setelah mengalahkan Bayern Munchen di final. Ini menjadi raihan luar biasa bagi Chelsea sejak kepemilikannya diambil alih Roma Abramovich.

Dan di musim selanjutnya 2012/2013, tak ada tim termasuk Dortmund di final yang sanggup mengalahkan Bayern Munchen, sehingga Bayern Munchen menjadi juara di musim ini.

Musim 2013/2014 adalah musimnya Real Madrid. Dalam final sesama Spanyol, mereka mengalahkan tim sekota Atletico Madrid. Perlu diingat bahwa di semifinal mereka menyingkirkan juara bertahan Bayern Munchen.

Terakhir, masih segar dalam ingatan, musim 2014/2015 yang baru lalu, Barcelona kembali sukses di ajang Liga Champions Eropa setelah mengubur harapan Juventus di final. Sekali lagi Barcelona masuk final setelah lebih dulu menghentikan Bayern Munchen di semifinal.

‘Fenomena’ ini tentu saja hanya ‘gelitikan’ pikiran saya saja. Tidak untuk dijadikan patokan apalagi untuk diperdebatkan. Dan namanya juga prediksi, bukan ramalan, boleh-boleh saja to, jika saya katakan bahwa tim yang memiliki peluang paling besar untuk menjadi Juara Liga Champions adalah tim yang berhasil menyingkirkan Bayern Munchen, jika mengacu pada catatan beberapa gelaran terakhir sejak musim 2008/2009?

Bagaimana jika tak ada yang bisa menghentikan Bayern Munchen? Tentu saja Bayern Munchen akan menjadi juara. Memangnya Liga Champions hanya persoalan mengalahkan Bayern Munchen, setelah itu gelar dan trofi pasti di tangan? Bukankah Juventus – yang di babak 16 besar ini ‘beruntung’ akan menghadapi Bayern Munchen – setelah (misalnya mampu) mengalahkan Bayern Munchen, harus mengalahkan tim yang menghadangnya di babak perempat final, lalu jika menang masih ada tim lain lagi yang akan menghadangnya di semifinal, lalu final? Karpet merah baru akan tergelar setelah lawan di final dikalahkan, kawan!

Memang, persaingan menuju tangga juara tak semudah dan sesederhana imajinasi yang mengutak-atik catatan dari gelaran yang sudah usang. Gothak-gathuk waton mathuk (utak-atik asal ngeklik (biarpun maksa)). Kenyataan di lapangan dengan imajinasi kita sebagai penonton dari ‘lain dunia’ jelas berbeda.

Tapi sepak bola memang telah membuat orang (penggemar atau pengamat) menghubung-hubungkan catatan-catatan lampau dengan imajinasi mereka, membuat ‘benang merah’, mencampurnya, lalu membuat prediksi-prediksi yang (uniknya) terkadang bisa kebetulan benar.

Apalagi sekarang para pelatih tim sepak bola sudah menggunakan statistik baik dalam membaca kekuatan lawan, meracik taktik, bahkan menyusun starting eleven. Catatan tentang apa pun sekarang memiliki pengaruh terhadap kehidupan sepak bola. Jurnalis (yang berjualan) sepak bola juga menggunakan statistik dan bermacam catatan, termasuk catatan sejarah untuk melengkapi ulasan sehingga menjadi kemasan berita yang menarik.

Mungkin ‘fenomena’ tim yang sanggup menyingkirkan Bayern Munchen akan menjadi Juara Liga Champions, mengacu pada catatan tujuh gelaran terakhir minus musim 2010/2011, bukan hanya menggelitik saya saja, tapi juga banyak orang yang gemar mengamati. Bahkan mungkin para jurnalis.

Orang bisa menyanggah atau mementahkannya dengan argumen lain, tapi boleh diyakini bahwa jika catatan ini disodorkan pada Juventus, ini bisa menambah moral mereka, bisa menggandakan energi mereka menjadi berlipat-lipat kali. Statistik, catatan, atau apa pun namanya, sekarang sudah menjadi perhatian besar bagi tim-tim sepak bola.

Jika pun Juventus kalah dari Bayern di babak 16 besar, tak akan mengurangi dampak dari catatan ini bagi tim mana saja yang akan bertemu Bayern selanjutnya di babak perempat final. Sekali lagi ini hanyalah prediksi berdasarkan catatan (usang) yang bisa saja salah, tapi tetap tak mengurangi persentase peluangnya untuk menjadi nyata.

Setiap gelaran meninggalkan catatan dan dari catatan-catatan yang ada terkadang ada benang merah yang tertangkap dan imajinasi manusia mencoba menghidupkan alurnya, menyambungkannya ke sebuah titik di masa depan yang belum lagi terjadi. Sesekali terkadang waktu mengamini, maka di situlah kemudian manusia kecanduan untuk melakukannya lagi. Menjadi nyata atau meleset, bermain imajinasi berbumbu catatan tetap mengasyikkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun