‘Fenomena’ ini tentu saja hanya ‘gelitikan’ pikiran saya saja. Tidak untuk dijadikan patokan apalagi untuk diperdebatkan. Dan namanya juga prediksi, bukan ramalan, boleh-boleh saja to, jika saya katakan bahwa tim yang memiliki peluang paling besar untuk menjadi Juara Liga Champions adalah tim yang berhasil menyingkirkan Bayern Munchen, jika mengacu pada catatan beberapa gelaran terakhir sejak musim 2008/2009?
Bagaimana jika tak ada yang bisa menghentikan Bayern Munchen? Tentu saja Bayern Munchen akan menjadi juara. Memangnya Liga Champions hanya persoalan mengalahkan Bayern Munchen, setelah itu gelar dan trofi pasti di tangan? Bukankah Juventus – yang di babak 16 besar ini ‘beruntung’ akan menghadapi Bayern Munchen – setelah (misalnya mampu) mengalahkan Bayern Munchen, harus mengalahkan tim yang menghadangnya di babak perempat final, lalu jika menang masih ada tim lain lagi yang akan menghadangnya di semifinal, lalu final? Karpet merah baru akan tergelar setelah lawan di final dikalahkan, kawan!
Memang, persaingan menuju tangga juara tak semudah dan sesederhana imajinasi yang mengutak-atik catatan dari gelaran yang sudah usang. Gothak-gathuk waton mathuk (utak-atik asal ngeklik (biarpun maksa)). Kenyataan di lapangan dengan imajinasi kita sebagai penonton dari ‘lain dunia’ jelas berbeda.
Tapi sepak bola memang telah membuat orang (penggemar atau pengamat) menghubung-hubungkan catatan-catatan lampau dengan imajinasi mereka, membuat ‘benang merah’, mencampurnya, lalu membuat prediksi-prediksi yang (uniknya) terkadang bisa kebetulan benar.
Apalagi sekarang para pelatih tim sepak bola sudah menggunakan statistik baik dalam membaca kekuatan lawan, meracik taktik, bahkan menyusun starting eleven. Catatan tentang apa pun sekarang memiliki pengaruh terhadap kehidupan sepak bola. Jurnalis (yang berjualan) sepak bola juga menggunakan statistik dan bermacam catatan, termasuk catatan sejarah untuk melengkapi ulasan sehingga menjadi kemasan berita yang menarik.
Mungkin ‘fenomena’ tim yang sanggup menyingkirkan Bayern Munchen akan menjadi Juara Liga Champions, mengacu pada catatan tujuh gelaran terakhir minus musim 2010/2011, bukan hanya menggelitik saya saja, tapi juga banyak orang yang gemar mengamati. Bahkan mungkin para jurnalis.
Orang bisa menyanggah atau mementahkannya dengan argumen lain, tapi boleh diyakini bahwa jika catatan ini disodorkan pada Juventus, ini bisa menambah moral mereka, bisa menggandakan energi mereka menjadi berlipat-lipat kali. Statistik, catatan, atau apa pun namanya, sekarang sudah menjadi perhatian besar bagi tim-tim sepak bola.
Jika pun Juventus kalah dari Bayern di babak 16 besar, tak akan mengurangi dampak dari catatan ini bagi tim mana saja yang akan bertemu Bayern selanjutnya di babak perempat final. Sekali lagi ini hanyalah prediksi berdasarkan catatan (usang) yang bisa saja salah, tapi tetap tak mengurangi persentase peluangnya untuk menjadi nyata.
Setiap gelaran meninggalkan catatan dan dari catatan-catatan yang ada terkadang ada benang merah yang tertangkap dan imajinasi manusia mencoba menghidupkan alurnya, menyambungkannya ke sebuah titik di masa depan yang belum lagi terjadi. Sesekali terkadang waktu mengamini, maka di situlah kemudian manusia kecanduan untuk melakukannya lagi. Menjadi nyata atau meleset, bermain imajinasi berbumbu catatan tetap mengasyikkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H