Mohon tunggu...
Gandi
Gandi Mohon Tunggu... -

Seorang yang senang menulis dan mendesain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Wanita Lain

29 September 2012   02:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:31 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Selamat pagi, Jeng!"

Ah, dia lagi!

"Pagi!" aku memaksa senyum. Tak berselera sebenarnya untuk melakukannya. Tapi aku tak ingin menarik perhatiannya. Jadi, senyum saja, agar ia biasa saja. Tak banyak mendengar pertanyaan darinya selalu lebih baik. Karena dia takkan berhenti melakukannya, seakan seperti ingin menguliti bersih-bersih. Seperti polisi menanyai pencuri.

Dia senang bertanya dan senang pula menjawab. Kadang dia melakukannya tanpa pertanyaan sebelumnya. Begitulah dia, harus ada jawaban untuk pertanyaannya, sebagaimana dia senang memberi jawaban, meski tak ada pertanyaan untuknya.

"Ini, semalam ke Gardena! Aku tak berminat sih, sebenarnya. Tapi bapaknya Nisa mengatakan, sepertinya cocok buat kamu, Ma! Aku bilang, Papa ada uang?"

Nah, dia sudah mulai berceloteh sambil mematut pakaiannya. Jadi itu pakaian baru? Dan langsung dipakainya pagi ini? Hmmm...menunggu lebaran hanya untuk memakainya memang akan terlalu lama. Apalagi untuk memamerkannya.

"Aku sedang ada rejeki, Ma! Ya, sudah, aku ambil untuk menyenangkannya. Apa susahnya sih, nurutin suami yang ingin menyenangkan istrinya?" imbuhnya sambil mengerling dan tersenyum lebar.

Aku mengangguk dan kembali mengangsurkan sedikit senyum lagi. Apa susahnya untuk menyenangkan dia yang semalam sudah disenangkan suaminya.

Celotehannya mendapat sedikit senyumku. Tapi tidak dengan dua anak kecil itu. Satu dalam gandengan tanganku dan seorang lagi bersamanya. Keduanya hanya memandangnya tanpa ekspresi. Entah apa yang dirasakan keduanya. Kagum, heran atau aneh. Aku tak tahu, dan biar saja mereka pada rasa masing-masing.

"Menurut Jeng bagaimana, apa ini memang kelihatan cocok untuk saya?"

Benar kan? Sebelum kukatakan sesuatu untuk memuaskannya, maka ia akan menanyakan itu lagi nanti. Tentu saja dengan mengganti pertanyaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun