Mohon tunggu...
Sifril fuadi
Sifril fuadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa unej

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

KKN Unej Terjun Menangani Permasalahan Sampah Organik

3 September 2021   01:40 Diperbarui: 3 September 2021   01:52 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasuruan, Jawa Timur - Sampah merupakan salah satu permasalahan yang dialami oleh Kabupaten Pasuruan. Kabupaten Pasuruan sendiri merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki luas wilayah 1.474,02 km2 dengan jumlah kecamatan sebanyak 24 kecamatan yang terdiri dari 265 desa atau kelurahan. Kecamatan Pohjentrek termasuk ke dalam kecamatan dengan hasil sampah yang cukup banyak, tetapi ada beberapa desa yang sudah memiliki bank sampahnya sendiri, salah satunya Desa Pleret. Desa dengan luas 1.474 km2 ini terletak di kecamatan Pohjentrek kabupaten Pasuruan, yang terdiri dari 5 dusun antara lain Dusun Pleret, Dusun Lohduwur, Dusun Magesari, Dusun Pandean dan Dusun Bunguran. 

            Limbah yang ada di Bank Sampah kampung limo umumnya berasal dari limbah rumah tangga seperti bahan organik seperti sisa sayur, buah buahan, limbah pertanian, dan daun-daunan. Bahan anorganik yang sering ditemukan yaitu limbah berbahan plastik. Limbah plastik umumnya akan dijual ke pengepul karena tidak perlu membutuhkan perlakuan khusu dan bisa langsung dijual. Sementara untuk sampah organik akan dibiarkan sampai kering terlebih dahulu dan dibakar. Hal ini tentunya tidaklah efektif mengingat dapat mengakibatkan polusi udara dan juga tanah. Sampah yang dibakar pun tidak sepenuhnya terolah dengan baik, hasil pembakaran yang dihasilkan akan terbawa oleh sungai. Hal ini dapat terjadi karena lokasi pembakaran dekat dengan sungai. Sebenarnya limbah organik jika dimanfaatkan dengan baik akan mendatangkan keuntungan yang besar.

            Sifril Fuadi Mahasiswa KKN BTV 3 dapat melihat permasalahan tersebut dengan bantuan perangkat desa dan pengelola bank sampah kampung limo. Permasalahan tersebut kemudian didiskusikan secara bersama dan diperolehlah suatu program kerja, dimana sampah yang dihasilkan oleh masyarakat (terutama limbah organik) akan dimanfaatkan menjadi pupuk kompos. Permasalahan pertama yang ditangani adalah mengenai wawasan dan pemahaman mengenai pupuk kompos baik secara pengolahan, pemanfaatan, dan pemilihan sampah apa saja yang bisa digunakan sebagai bahan pupuk kompos. Menurut ibu Peny yang menjabat sebagai Ketua Pengelola Bank Sampah Kampung Limo mengungkapkan bahwa pembuatan pupuk organik sebelumnya sudah pernah dilakukan namun untuk saat ini tidak lagi dilaksanakan karna beberapa alasan. Sedangkan jika dilihat dari manfaat yang diperoleh jika melakukan pembuatan pupuk kompos itu cukup banyak. Selain dari sektor pertanian, lingkungan pun akan menjadi bersih jika sampah tersebut hanya dibakar atau dibuang ke sungai yang jelas hal tersebut akan mengotori lingkungan.

Pembuatan pupuk kompos dilakukan secara bersama antara pelaksana dan pengelola bank sampah dengan mengambil limbah organik dari yang sudah dikumpulkan oleh pekerja bank sampah. Selain menggunakan limbah dari masyarakat, ada bahan lain yang ditambahkan seperti daun pisang dan pepaya. Alat yang digunakan dalam pembuatan pupuk kompos ini bernama komposter yang telah didesain dan dirancang oleh pelaksana. Waktu pengkomposan pupuk dari limbah organik memang cukup lama, oleh karena itu selama proses KKN BTV 3 selesai pupuk tersebut kurang matang maksimal. Namun pupuk tersebut sudah bisa digunakan karena sudah memenuhi krteria yang sudah ditetapkan oleh SNI 19-7030-2004 tentang spesifikasi kompos dari sampah organik yaitu berbau seperti tanah, memiliki warna kehitaman (seperti tanah), dan memiliki tekstur seperti tanah.

 "bagus mas nanti punya pupuk sendiri, bisa buat mupuk tanaman yang ada di sekitar bank sampah, dan gak dibuang ke sungai lagi sampahnya". Sedangkan tanggapan dari ibu Peny selaku Katua Pengelola menyatakan kalau pembuatan pupuk ini nantinya diharapkan tidak hanya berjalan di skala bank sampah saja, tetapi ibu ibu pengelola bank sampah yang sudah menerapkan pembuatan pupuk dengan bantuan mahasiswa KKN BTV 3 bisa menerapkan keahliannya guna membuat daya tarik baru yaitu pembuatan pupuk organik yang bisa dimasukkan di salah objek tarik di wisata Dam Pleret 1904. Sehingga nantinya pengolahan sampah di Desa Pleret selain menghasilkan produk yang bagus tetapi juga dapat menjangkau wilayah yang lebih luas lagi guna mengurangari pencemaran lingkungan akibat sampah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun