Saat itu, Amerika Serikat sebagai kekuataan ekonomi terbesar mulai menghadapi deficit neraca pembayaran yang meningkat setelah pertengahan tahun 1960-an. Defisit ini terutama disebabkan oleh pengeluaran secara besar-besaran untuk mendanai Perang Vietnam dan beberapa program kesejahteraan seperti Great Society. Defisit ini berakibat pada penimbunan dolar AS sebagai cadangan devisa oleh negara-negara lain, yang kemudian menempatkan tekanan pada cadangan emas Amerika Serikat, karena negara-negara lain memiliki hak untuk menukar dolar mereka dengan emas sesuai dengan nilai yang ditetapkan. Defisit ini berujung pada terjadinya inflasi besar-besaran dan membawa sistem Bretton Woods kepada kegagalan.
3. Menurunnya Kepercayaan Terhadap Dolar dan Emas
Menjelang pertengahan tahun 1960-an, timbul ketidakpastian mengenai kemampuan Amerika Serikat untuk mempertahankan nilai tukar dolarnya terhadap emas. Defisit dan inflasi yang terus meningkat menimbulkan kekhawatiran di banyak negara bahwa AS tidak akan sanggup memenuhi kewajiban untuk menukar dolar dengan emas pada harga tetap $35 per ons. Hal ini memicu spekulasi dan penarikan dolar dari cadangan emas AS, sehingga melemahkan posisi AS dalam menjaga nilai tukar dolarnya terhadap emas. Kondisi ini membuat kepercayaan negara-negara lain menurun terhadap sistem ini.
Faktor-faktor di atas menjadi penyebab runtuhnya sistem Bretton Woods pada tahun 1971, dimana Amerika Serikat mengakhiri kemampuan untuk menukar dolar dengan emas pada nilai tetap.
Keruntuhan Bretton Woods System: Awal Kemajuan dalam Sistem Moneter InternasionalÂ
Runtuhnya Bretton Woods System tidak hanya menyisakan dampak buruk dalam sistem moneter internasional, melainkan membawa sebuah kemajuan baru. Kegagalan sistem tersebut memberikan pelajaran berharga tentang fleksibilitas dan adaptabilitas dalam merancang sistem keuangan global. Salah satu perubahan yang paling signifikan adalah pergeseran dari nilai tukar tetap (fixed exchange rate) ke nilai tukar mengambang (floating exchange rate). Perubahan ini dinilai lebih fleksibel dan responsif terhadap dinamika pasar.
Keruntuhan sistem Bretton Woods menghilangkan kewajiban untuk menetapkan nilai tukar tetap terhadap dolar AS dan emas. Ketidakterikatan ini membuat negara-negara bebas menentukan nilai tukar mata uang mereka berdasarkan mekanisme pasar, atau yang dikenal sebagai floating exchange rate. Dalam sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar mata uang ditentukan oleh kekuatan pasar, berdasarkan pada permintaan dan penawaran di pasar valuta asing. Hal ini memberikan fleksibilitas yang lebih besar bagi negara-negara untuk menyesuaikan nilai tukar mereka sesuai dengan kondisi ekonomi dan perubahan pasar yang dinamis.
Selain itu, sistem ini juga dapat membantu mengurangi ketegangan antara negara-negara dan meminimalkan spekulasi valuta asing. Dengan memungkinkan nilai tukar untuk berfluktuasi secara alami sesuai dengan kondisi pasar, tekanan untuk intervensi mata uang asing dapat berkurang dan mengurangi potensi konflik serta ketidakstablian ekonomi. Nilai tukar yang lebih fleksibel juga dapat merangsang perdagangan internasional dan menciptakan peluang baru untuk pertumbuhan ekonomi global.
Perubahan ini membawa sistem moneter internasional pada sebuah kemajuan yang masih bisa kita lihat penerapannya hingga saat ini. Di balik kegagalan sistem Bretton Woods dalam menciptakan stabilitas ekonomi global, tersisa pelajaran yang berharga dalam mengembangkan perekonomian global yang lebih baik.
Referensi: