Mohon tunggu...
Sifa Sanjurio
Sifa Sanjurio Mohon Tunggu... Dosen - Traveler

Perempuan asli Cianjur Jawa Barat Indonesia yang bercita cita ingin membahagiakan Ummi tercinta. Pernah kuliah di UIN Ciputat, UI salemba dan Tehran University. Open Minded, Cinta NKRI. Farsi in advance. sifasanjurio@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tanggapan untuk "Pesta Cerai Semakin Populer di Iran"

23 Mei 2014   10:33 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:12 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin, Rabu, 21 Mei 2014, saya baca berita dari Kompas.com tentang Pesta Cerai semakin populer di Iran, beritanya sendiri diambil dari BBC News (Iran: Divorce Parties take off in major cities) disana disebutkan referensinya dari Koran Harian Konservatif Iran, Jomhoriye Islami. Saya penasaran, karena terus terang baru mendengar ada pesta perceraian, kemudian saya mulai dengan menghunting berita di koran berbahasa Farsi, Jomhoriye Islami, yang menjadi referensi utama berita Kompas.com tersebut. Dan sesuai dengan berita koran Farsi tersebut, memang betul ada penjualan kartu undangan untuk pesta perceraian, sifatnya masih tertutup, dan di koran itu disebutkan, si pemesan kartu perceraian itu berasal dari Kamraniyah, sebuah kota di Tehran yang kebanyakan dihuni oleh orang orang 'jetset' Iran, rumahnya yang 'wow', gaya hidup mereka yang 'modern dan kebarat baratan' terkenal sekali di daerah ini, di samping memang mereka selalu pulang pergi ke luar negeri. Dan ini baru terjadi di Ibukota, yaitu Tehran, itu pun hanya bagian utaranya saja. Ketika saya tanyakan ke orang orang Iran sendiri, mereka malah kaget dan tidak tahu sama sekali dengan berita Pesta Cerai ini, dan ini menandakan pesta cerai belum populer apalagi semakin populer di Iran.

Koran Jomhoriye Islam itu sendiri melakukan investigasi tertutup dengan mendatangi tukang kartu yang biasa dipesan untuk pernikahan, tunangan, atau undangan untuk selamatan Haji yang banyak tersebar di daerah Jomhori, Tehran, (dekat dengan kampus saya, Tehran University), dan dari penuturan tukang kartu sendiri si wartawan koran Jomhoriye Islami mendapatkan informasi, ditambah ketika sedang melakukan investigasi, ada seorang perempuan yang menanyakan pesanan kartu undangan pesta cerainya, dan tukang kartu pun menjawab bahwa kartu cerainya bisa diambil dua hari lagi.  (http://www.jomhourieslami.com/1393/13930229/13930229_06_jomhori_islami_goonagoon_0017.html).

Kartu undangan pesta cerai itu sendiri tidak diiklankan sebagaimana undangan kebahagiaan yang lain, tetapi dipesan secara tertutup.

Dari situ, saya mulai lagi mencari berita di beberapa media online yang lain, www.parsmonji.com. menjelaskan tentang pengalaman seseorang (Orang Iran, tentunya) mendatangi undangan pesta cerai di Tehran, karena keanehannya dia pun menghampiri ayah dari yang punya acara. dan terjadilah dialog sebagai berikut, saya paparkan inti dari dialognya saja: Kenapa acara pesta cerai ini diselenggarakan, bukankah ini bukan kebudayaan kita (Iran, red), dan cerai itu sendiri adalah suatu perbuatan halal, yang dibenci oleh Allah Swt. lalu sang ayah itu pun menjawab: Saya mengadakan pesta ini, sebagai hari kebebasan puteri saya, saya berharap kepercayaan dirinya meningkat, karena kejadian ini pada siapapun bisa terjadi. dan untuk memulai hari barunya, setelah acara pesta ini, dia akan jalan jalan ke luar negeri. Dan saya pun terinspirasi mengadakan pesta cerai ini dari teman saya yang berada di luar negeri, dimana disana sudah biasa merayakan pesta cerai seperti ini.

Berbeda dengan berita yang ada di http://ehavadar.ir/ Disana dijelaskan tentang pesta cerai yang diselenggarakan oleh kedua mempelai, dimana mantan suaminya memberikan mahar atau mas kawin sebesar 1000 Sekeh (emas dalam bentuk koin, satu Sekeh biasanya sekitar 5 juta riyal Iran) kepada mantan isterinya. Sudah menjadi tradisi di Iran, bahwa mahar untuk sang isteri sangat mahal sekali, berupa ratusan bahkan ribuan Sekeh, tetapi tidak dibayar kontan, melainkan dihutang, dan akan dibayarkan ketika perceraian terjadi. Di Iran terkenal dengan tingginya mahar yang diinginkan sang mempelai perempuan, ini juga yang sedang disosialisasikan oleh para ulama Iran sampai sekarang, agar sang perempuan tidak mematok tinggi mahar dan kembali ke ajaran Alquran "Dan berikanlah mahar kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan" (Quran, Surat an Nisa ayat 4).

Mungkin oleh sebab inilah, banyak para lelaki Iran yang lebih memilih membujang, atau lebih memilih perempuan Luar Iran untuk dijadikan isteri, karena maharnya lebih murah, termasuk mungkin perempuan Indonesia bisa menjadi pilihan. Dan Begitu pula banyak lelaki di penjara, karena tidak bisa membayar mahar ketika perceraian terjadi.

Pesta Cerai di Dunia

Saya tak menemukan kapan mulainya pesta cerai di dunia dimulai, saya jelajahi Mr. Google dan Mr. Wikipedia, dan hanya menemukan di Wikipedia, Laura Dave seorang yang menulis novel pada tahun 2008 tentang Pesta Cerai atau Divorce Parties. dengan judul novelnya: The Divorce Party. disusul oleh Christine Gallagher dengan judul bukunya: How to throw a Divorce Party.

Divorce party atau Divorce Ceremony sudah biasa dilakukan oleh sebagian komunitas di Barat, Inggris, Australia juga China dan Jepang. Di China pesta cerai itu sendiri dinamakan Lihun Yishi dan di Jepang bernama Rikon Shiki. Saya belum mendengar di Indonesia, apakah para selebritis atau jutawan dan miliyuner kita juga melakukan pesta cerai?

Berikut tanggapan dari orang orang 'sana' kenapa mereka melakukann pesta cerai:

1. ''When you marry, you marry a whole community and a family, and it's the same when you divorce,''

2. ''People forget how tough it is for friends and family. I had the party to say, 'It's all OK … I am not going to sit in the corner and cry. It is well and truly done and dusted.''

3. "It helps people move on knowing they have the support of their friends, and that [divorce] is not something to be ashamed of,''

4. ''I was extremely depressed in that marriage … I felt like I was in jail in that I wasn't free to be me. The reason I wanted to celebrate [the divorce] was that it was the next chapter in my life - and it was all looking good.''
4. ''It wasn't about him in any way. There were no burning effigies of him. It was about moving on, not man bashing,''
Read more: http://www.smh.com.au/national/divorce-parties-all-the-rage-as-decoupling-couples-follow-celebrities-lead-20140405-365p9.html#ixzz32Tdg68Ku
Sekarang, terserah anda semua, setujukah dengan pesta cerai? atau cerai merupakan sesuatu yang 'aib' yang tidak seharusnya dipestakan. lebih tepatnya lagi kalau kita 'intropeksi' dan 'mawas diri' juga lebih 'hati hati' memilih pasangan hidup kita selanjutnya. Terkadang menikah itu tidak baik dilakukan, Pun begitu Bercerai Terkadang justeru baik dilakukan.

Kalau pembaca bertanya kepada saya tentang status yang saya sandang sekarang, maka akan saya jawab:

I m Single and very happy. Tetapi saya ingin very very very very happy dengan menikah.....(Mohon doanya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun