Mohon tunggu...
Sifa Salsabila
Sifa Salsabila Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi

do the best

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bipolar? Bahayakah?

28 April 2024   11:15 Diperbarui: 28 April 2024   11:17 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyakit mental selalu menghantui psikologis manusia. Lalu, manusia itu sendiri seakan-akan sudah tidak mempedulikan mental satu sama lain. Ya, ironisnya banyak manusia yang memaksakan kehendak tanpa memikirkan dampak hal tersebut. Penyakit mental masih dianggap sepele oleh beberapa orang. Bahkan, banyak dari mereka berpikiran bahwa hanya penyakit gila yang dapat menyerang mental.

Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati mulai dari posisi terendah yaitu depresi/tertekan hingga tingkat tertinggi atau manik. Penyebab pasti gangguan bipolar tidak diketahui. Namun kombinasi genetika, lingkungan, serta struktur dan senyawa kimia pada otak adalah hal yang berperan dalam terjadinya gangguan. Dilansir dari jurnal terbitan Universitas Airlangga, jumlah penderita bipolar di Indonesia adalah 2% atau mencapai 72.860 jiwa. Bipolar dapat dialami sejak usia muda. Kondisi ini dapat mulai muncul sejak anak berusia 5-6 tahun. Gejala awal bipolar yaitu fase mania dengan mengalami perubahan mood secara signifikan, jarang merasa lapar, insomnia, dan percaya diri secara berlebihan. Selanjutnya fase depresif ditandai dengan gejala pesimis, gelisah, mudah lelah, dan konsentrasi yang rendah.

Mengapa seseorang bisa terkena bipolar? Ketidakseimbangan zat kimia pada otak, sehingga membuat otak sulit mengontrol kadar hormon. Selain itu, genetik dari keluarga yang terkena bipolar juga menimbulkan resiko. Trauma pada masa kecil yang sulit dilupakan seperti terjadinya kekerasan fisik, kekerasan seksual, hingga kehilangan orang terkasih dapat menjadi pukulan bagi seseorang. Selain itu, kejadian sehari-hari yang membuat stress, lingkungan sosial, serta alcohol dan obat-obatan juga bisa menjadi pemicu.

Marshanda, merupakan salah satu artis Indonesia yang mengalami bipolar. Pasca perceraiannya dengan Ben Kasyafani, Marshanda atau yang kerap dipanggil Caca memutuskan untuk melepas hijabnya. Selang beberapa waktu, ia memposting video joget-joget dengan iringan musik yang menggiring hujatan dari netizen. Kabar terbaru dari Caca bahwasannya ia masih bolak-balik Indonesia-Amerika Serikat untuk pengobatan. Sehingga dampak dari pengobatan tersebut berat badan Caca semakin menaik. Contoh artis Indonesia yang terkena bipolar yaitu Aliando Syarief, Denny Sumargo, Ariel Tatum, Rachel Vennya, Vidi Aldiano, dan Awkarin.

Pengobatan dari bipolar itu sendiri bertujuan untuk meredakan gejalanya. Obat yang diberikan seperti obat penyeimbang suasana hati seperti carbamazepine, lamotrigine, dan lithium. Antikejang juga diberikan seperti asam valproate berfungsi mengurangi aktivitas otak agar tidak terlalu memikirkan sesuatu. Selain itu, antipsikotik seperti aripripazole, olanzapine, risperidone dan antidepresan seperti fluoxetine juga diberikan.

Selain obat-obatan, psikoterapi juga diberikan antara lain Interpersonal and social rhythm therapy (IPSRT) yang bertujuan untuk mengatur pola pikiran otak terhadap kehidupan keseharian. Cognitive behavioral therapy (CBT) atau terapi kognitif bertujuan untuk membantu pasien dalam mengidentifikasi perilaku yang dapat memicu terjadinya bipolar. Psikoedukasi, dokter akan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya. Sehingga mereka akan mengerti dan memotivasi dengan berjalannya proses pengobatan.

Mari kita jaga mental health dengan pola hidup sehat, tidak mudah memikirkan suatu hal kecil, tidak mudah memasukkan omongan orang lain tentang kita, tidak perlu menuntut diri sendiri untuk menjadi sedemikian rupa seperti orang lain. Sebab, perjalanan hidup setiap orang berbeda-beda dan telah diporsikan oleh Tuhan. Don’t be afraid to give up the good to go for the great. Keep your mental health, babe!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun