Indonesia negara kepulauan yang hampir berjumlah 18.306 Pulau (sumber : wikipedia) dengan luas garis pantai indonesia mencapai 99.000 KM (sumber : National Geographic) tentunya ini menunjukan indonesia memiliki banyak sekali sumber daya air, ya tentu saja itu air laut.
[caption caption="Garis Pantai Indonesia"][/caption]
Apakah air laut tidak bisa kita konsumsi?
Secara langsung tentu saja tidak bisa karena pasti asin banget rasanya, untuk itu diperlukan sebuah proses untuk merubah air laut menjadi air yang bisa dikonsumsi. mungkinkah itu, tentu saja. Pertanyaannya adalah mau atau tidak menerapkan teknology perubahan air ini untuk kepentingan bangsa.
Teknology perubahan air laut menjadi air konsumsi ini sebenernya sudah banyak yang meneliti, dan saya yakin LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) sesungguhnya sudah pernah meneliti hal ini atau sudah pernah tercetus ide ini, tinggal penerapannya (implementasi) saja untuk kepentingan bangsa yang masih terkendala dengan berbagai macam rintangan dan hambatan.
Sebuah contoh implementasi penerapan teknology ini pernah dilakukan oleh anak sma dari Lumajang, Jawa Timur di terbitkan oleh koran tempo pada tahun 2012, mengenai teknology perubahan air laut menjadi air tawar telah dilakukan riset dan hasilnya air tersebut mampu digunakan untuk konsumsi, hanya saja pengembangannya hingga tahun 2015 kekeringan ya tetap saja terjadi di wilayah indonesia tercinta ini.
Menurut Arif penciptaan alat tersebut sebagai solusi murah mengatasi kebutuhan air bersih yang layak dikonsumsi, terutama bagi warga pesisir pantai. Apalagi peralatannya cukup sederhana dan bisa dibuat oleh siapa saja.
Sejumlah peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk merancang alat yang disebut sebagai Penukar Ion itu di antaranya drum plastik dengan kapasitas 100 liter. Pada bagian bawahnya dipasang kran untuk mengeluarkan air. Dibutuhkan juga niru atau tampah untuk pembatas setiap lapisan.
Adapun bahan-bahan yang diperlukan, seperti pasir, karbon atau arang, kerikil, ijuk serta batuanmineral clay jenis piropylite atau zeonit. Batuan ini gampang ditemukan di pegunungan kapur.
Para siswa SMA 3 memperoleh batuan jenis ini dari daerah Turen, Malang. Batuan ini biasa digunakan untuk campuran pembuatan keramik.
Teknologi mengubah air laut menjadi air tawar mirip dengan teknologi penjernihan air. Menggunakan metode penyaringan atau filtrasi. Yang membedakan hanyalah pada formula batuan. Untuk mengubah air laut menjadi air tawar, batu piropylite atau zeonit harus direndam terlebih dahulu dalam cairan Natrium Hydroksida (NAOH2) selama waktu tertentu untuk kemudian dijemur hingga kering.
Batuan piropylite kemudian dihancurkan menjadi tiga ukuran yang berbeda, mulai dari yang halus, agak kasar, dan kasar. Semua bahan kemudian dimasukkan ke dalam drum plastik secara terpisah dan berlapis.
Lapisan paling bawah adalah batuan zeonit yang ditumbuk halus. Kemudian berturut-turut di atasnya batuan yang agak kasar, kemudian batuan yang kasar. Setiap lapisan dipisahkan oleh tampah yang terbuat dari anyaman bambu yang bagian tepinya dihilangkan.
Lapisan di atas batuan adalah ijuk. Di bagian atasnya berturut-turut kerikil, karbon, atau arang hingga lapisan paling atas yakni pasir.
Menurut Arif, formula yang sementara ini diterapkan adalah untuk kapasitas 100 liter. Sedangkan untuk bahannya masing-masing 10 kilogram. Sedangkan natrium Hidroksida untuk merendam batuan ini diperlukan lebih kurang 10 gram. "Air laut mengandung garam yang merupakan ion negatif. Dalam prosesnya nanti ion negatif ditukar dengan ion negatif dari batuan yang sudah direndam dalam larutan NAOH2.”
Teknologi ini, kata Arif, jauh lebih murah dibandingkan dengan alat sekelas Reverse Osmosis (RO) yang harus melalui tahap penyulingan. Harganya pun sangat mahal.
Arif mengakui tahapan percobaan dilakukan berulang kali sebelum ditemukan formula yang pas, sehingga kadar garamnya bisa nol persen.
Sumber : Tempo
Teknology yang lain adalah
Metode paling umum—setelah destilasi atau ‘desalinasi termal’—adalah reverse osmosis, di mana air laut dialirkan melalui membran untuk menyaring garam. Di seluruh dunia, sekitar 50 juta meter kubik air laut didesalinasi tiap hari dengan menggunakan metode ini. Angka tersebut terus meningkat: dalam kurun waktu empat tahun, operator memperkirakan akan memproduksi sekitar 100 juta meter kubik air terdesalinasi per hari. Sebagian besar air tersebut digunakan di pertanian, konurbasi utama, dan resort wisata, di mana konsumsi per kapita sangat tinggi.
Sumber :MMIndustri
Rasanya dengan jumlah air yang berlimpah di dunia ini, sesungguhnya masalah kekeringan itu hanyalah sebuah alasan, kita boleh beranggapan kekeringan disebabkan karena perubahan cuaca dan memang iklamnya saat ini seperti itu, namun bukan berarti kita harus selalu pasra tanpa berusaha. Perkembangan teknology yang pesat saat ini sudah mampu untuk mengolah air laut menjadi air tawar.
[caption caption="Air Minum"]
Pertanyaannya apakah pemerintah kita mau, berinvestasi membangun industri air minum yang bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya - Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H